Perubahan Perilaku - Belajar
Perubahan Perilaku - Belajar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era
sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Namun apa sebenamya
belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai tangkapan yang tidak sama. Sejak
manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanan aktivitas belajar. Oleh sebab itu, kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa aktivitas itu telah ada sejak adanya manusia.
Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar ? Jawabannya adalah karena belajar
itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya
di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Salah satu definisi modern dari
Gintings tentang belajar menyatakan bahwa belajar adalah pengalaman terrencana yang
membawa perubahan tingkah laku. Belajar dimanifestasikan dengan adanya perubahan
tingkah laku, yaitu tingkah laku yang dapat diamati (Observable behavior). Perubahan
di sini menyangkut perubahan afektif, kognitif & psikomotor. Perubahan tingkah laku
tersebut mungkin tidak aktual, tetapi potensial saja.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin diajukan pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan belajar ?
2. Jelaskan ciri ciri dari perubahan tingkah laku?
3. Apa bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar ?
C. Tujuan
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku
4. Anderson
Belajar adalah suatu proses, yang mana perubahan - perubahan yang terjadi
bersifat relatif permanen dalam potensi perilaku sebagai suatu akibat pengalaman
(1995). Definisi ini mengandung : (a) Proses, (b) Sifat perubahan relatif permanen, (c)
Perilaku, (d) Potensi, dan (e) Pengalaman.
5. Hergenhan & Olson
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau dalam
potensialitas perilaku yang diakibatkan pengalaman dan tidak dapat diatribusikan pada
kondisi tubuh sementara seperti kondisi tubuh yang disebabkan oleh penyakit,
kelelahan, atau obat-obatan. Definisi ini mengandung : (a) Perubahan perilaku, (b)
Relatif permanen, (c) Belajar dan performan, (d) Pengalaman.
6. Mazur
Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
pengalaman individual. Selain itu ia juga menambahkan bahwa peneliti-peneliti
dibidang belajar tidak hanya mempelajari proses belajar melainkan juga produk belajar,
perubahan jangka panjang suatu perilaku yang diakibatkan oleh suatu pengalaman
belajar. Belajar dan performan (perilaku).
7. Hastjarjo
Merangkum beberapa pendapat ahli mengatakan bahwa beberapa pendapat
mengandung persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu terjadi perubahan yang
relatif permanen. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan yang
masih terjadi silang pendapat adalah belajar merupakan perubahan potensialitas
perilaku, tapi ada yang merumuskan belajar sebagai perubahan perilaku itu sendiri, ada
yang menyatakan bahwa dalam belajar dapat terjadi perubahan potensialitas perilaku
ataupun perilaku, serta ada pendapat yang menyatakan bahwa belajar mengandung
pemerolehan harapan-harapan mengenai lingkungan.
8. Moh. Surya
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Suciati, belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan
lingkungannya. Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk pengetahuan,
sikap dan keterampilan dan pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Crwo dan
Hilgard bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru
sedangkan menurut Vista dan Thompson, belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relative menetap sebagai hasil pengalaman.
Maka dari pendapat para ahli pendidikan seperti tersebut diatas dapat simpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang
secara sadar dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga diperoleh kecakapankecakapan yang baru yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku didalam
dirinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Belajar dimanifestasikan dengan adanya perubahan tingkah laku, yaitu tingkah
laku yang dapat diamati (Observable behavior). Perubahan di sini menyangkut
perubahan afektif, kognitif & psikomotor. Perubahan tingkah laku tersebut mungkin
tidak aktual, tetapi potensial saja.
a. Perubahan tersebut sifatnya relatif permanen, yaitu bertahan cukup lama, tetapi
juga tidak menetap terus menerus, bisa berubah lagi dalam proses belajar
selanjutnya.
b. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari pengalaman atau latihan,
terjadinya perubahan karena adanya unsur usaha atau pengaruh dari luar.
c. Perubahan tersebut tidak harus segera nampak mengikuti pengalaman belajar
itu. Perubahan dari hasil belajar itu tidak harus nampak pada saat itu juga, tapi
dapat nampak pada saat lain.
d. Pengalaman/latihan
tersebut
mengandung
sesuatu
yang
memperkuat
bahwa
dalam
dalam
Prose
Belajar
Mengajar
tidak
perlu
lingkungannya
dengan
menggunakan
simbol-simbol,
misalnya:
agar
terjadi
aktivitas
yang
efektif.
Kecakapan
intelektual
perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah
laku tersebut.
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar
yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Namun dalam kesempatan ini hanya akan
dikemukakan lima jenis teori belajar saja, yaitu: teori behaviorisme, Social Learning
menurut Albert Bandura, teori belajar kognitif menurut Piaget, teori pemrosesan
informasi dari Gagne, dan teori belajar gestalt.
1. Teori Behaviorisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa behaviorisme merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus Respons akan semakin kuat.
Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin
lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa
kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar
(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan
oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
4. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu
motivasi, pemahaman, pemerolehan, penyimpanan, ingatan kembali, generalisasi,
perlakuan dan umpan balik.
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar
belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan
sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat
samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang
berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagai suatu figure
atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan
(simplicity);
bahwa
orang
cenderung
menata
bidang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2012, Belajar dan pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Yrama Widya.
Dimyati & Mudjiono.2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
Gintings, abdorrahman., 2010. Esensi praktis belajar dan pembelajaran.
Yogyakarta, humaniora.
http://edyekoguru.edublogs.orsg/2009/12/14/perubahan-tingkah-laku-sebagaibuktiindikator-belajar/ (Diakses tanggal 31 Maret 2014)
http://dewandadari.wordpress.com/2013/03/24/belajar/ (Diakses tanggal 31
Maret 2014)
repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf (Diakses pada tanggal 16
April 2014 )