PENDAHULUAN
molar ketiga rahang atas, gigi kaninus rahang atas, dan gigi kaninus rahang bawah
(Obimakinde, 2009).
Dalam memutuskan akan dilakukan atau tidaknya odontektomi sebagai
tatalaksana pengangkatan gigi impaksi, didasari oleh pertimbangan manfaat dan
risiko masing-masing pilihan. Keputusan diambil bersama oleh dokter dan pasien,
setelah pasien diberikan penjelasan selengkapnya.2
Laporan kasus ini membahas prosedur odontektomi gigi 48 pada seorang
pasien laki-laki yang dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2016 di bagian Oral
Surgery Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (B).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
impaksi, dan gigi molar tiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi
(82,5%).4
Adapun sumber lain yang menyebutkan bahwa erupsi gigi molar ketiga
rahang bawah banyak ditemukan pada pasien berusia 16 sampai dengan 21 tahun.
Disebutkan bahwa penyebab adanya kesulitan erupsi gigi adalah kurangnya atau
terbatasnya ruang untuk erupsi, sehingga gigi molar ketiga bawah sering
mengalami impaksi.6
Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang
berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi, meskipun demikian gigi anterior di
rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga
dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang.
Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8%. Ditinjau dari letaknya, 85%
posisi gigi kaninus yang impaksi terletak di daerah palatal lengkung gigi,
sedangkan 15% terletak di bagian labial ataubukal.7
Frekuensi gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut :
1. Molar ketiga rahang bawah
2. Molar ketiga rahang atas
3. Kaninus rahang atas
4. Premolar rahang bawah
5. Kaninus rahang bawah
6. Premolar rahang atas
7. Insisivus sentralis rahang atas
8. Insisivus lateralis rahang atas
dysplasia,
defisiensi
hormone
endokrin
(hipotiroid
dan
hipopituitari), penyakit demam, dan akibat radiasi adalah beberapa faktor sistemik
yang mempengaruhi impaksi gigi permanen. Faktor lokal dapat berupa halangan
karena kekurangan ruang dalam lengkung rahang yang mengakibatkan tabrakan
folikular antara gigi yang sedang mengalami masa pertumbuhan, tertahannya gigi
tersebut oleh gigi sulung, arah erupsi gigi tersebut menyimpang atau kegagalan
erupsi yang tidak diketahui asalnya. Penyebab lain impaksi dapat dihubungkan
dengan adanya gigi supernumerary, gigi crowded, dan obstruksi jaringan lunak
dan jaringan keras seperti tumor odontogenik. Pada beberapa kasus, gigi dapat
menjadi impaksi karena gerakan rotasi selama masa pertumbuhan gigi.5,9
Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah
ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi
adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi.8Etiologi dari gigi
impaksi
bermacam-macam
diantaranya
kekurangan
ruang,
kista,
gigi
supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik.5
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi, pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi.10
Hambatan erupsi gigi biasanya berupa hambatan dari sekitar gigi atau
hambatan dari gigi itu sendiri.4
1.
2.
3.
4.
5.
2.2.1
mengecilnya ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola
makan pada manusia. Beberapa faktor yang diduga juga menyebabkan impaksi
antara lain perubahan patologis gigi, kista, hiperplasi jaringan atau infeksi lokal.5
Seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan bahwa sivilisasi
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju suatu bangsa
maka stimulan untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang. Kemajuan bangsa
mempunyai hubungan dengan pertumbuhan rahang, karena bangsa yang maju diet
makanannya berbeda dalam tingkatan kekerasan dibandingkan dengan bangsa
yang kurang maju. Misalnya bangsa-bangsa primitif lebih sering memakan
makanan yang lebih keras sedangkan bangsa modern lebih sering makan malanan
yang lunak, sehingga tidak atau kurang memerlukan daya untuk mengunyah,
sedangkan mengunyah merupakan stimulasi untuk pertumbuhan rahang.11
anaknya berahang kecil dan bergigi besar. Sebagai akibat dari kondisi tersebut,
dapat terjadi kekurangan tempat erupsi gigi permanen sehingga terjadi impaksi.11
Kausa umum :
1. Kausa prenatal
2. Keturunan
3. Miscegenation
Kausa postnatal :
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan
pada anak-anak seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ricketsia
Anemia
Syphilis kongenital
TBC
Gangguan kelenjar endokrin
Malnutrisi
Kelainan pertumbuhan :
a. Cleido cranial dysostosis
Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau
ketidak beresan dari pada tulang cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan
persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi
permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang
rudimeter.
b. Oxycephali
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka
belakang sama dengan dua kali kanan atau kiri. Hal ini mempengaruhi
pertumbuhan rahang.
Gambar 2.1. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell
dan Gregory.8
Klas II
Klas III
Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula akses yang sulit.
Pada klas III mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.
10
Gambar 2.2. Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory.16
1. Berdasarkan Kedalaman Impaksi dan Jaraknya ke Molar Kedua
1. Posisi A : Permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit
lebih tinggi dari gigi molar kedua.
2. Posisi B : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada
pertengahan mahkota gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis
servikal
3. Posisi C : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada di bawah
garis servikal molar kedua.
2. Posisinya Berdasarkan Jarak Antara Molar Kedua Rahang Bawah dan
Batas Anterior Ramus Mandibula
1. Klas I : Jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus
mandibula cukup lebar mesiodistal molar tiga bawah
2. Klas II : Jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus
mandibula lebih kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah
3. Klas III : Gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
2.3.2 Klasifikasi Winter7
Winter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula
berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua
mandibula. Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti
impaksi vertikal, horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular,
dan linguoangular. Quek et al mengajukan sebuah sistem klasifikasi menggunakan
11
12
Gambar 2.3. Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Archer
dan Kruger (1Mesioangular, 2 distoangular, 3 vertical, 4 horizontal, 5
buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted)
A. Mesioangular: Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua
dalam arah mesial.
B. Distoangular: Axis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke
posterior menjauhi molar kedua.
13
Gambar.2.5.
Impaksi
horizontal bilateral molar ketiga rahang bawah.12
D. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama
dengan axis panjang gigi molar kedua
atau
lingual:
Sebagai
kombinasi
impaksi
yang
14
15
Klasifikasi posisi gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalam
memeriksa arah pencabutan gigi impaksi dan juga mendeterminasikan jumlah
kesulitan yang akan dialami selama pencabutan.15
Nilai
Hubunganruang
Mesioangular
Horizontal/melintang
Vertikal
Distoangular
Kedalaman
Level A
Level B
Level C
Ruangan
ramus
yang
tersedia/hubungan
dengan
1
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Indeks kesulitan
Sangat sulit: 7-10
Kesulitan sedang: 5-7
Kesulitan minimal: 3-4
Contoh : Impaksimesioangular = 1
Level B
=2
16
Kelas II
=2
Skortingkatkesulitan = 5
Jadigigiimpaksitersebutmempunyaitingkatkesulitansedang
Tabel 2.1 : Indeks kesulitan dari pembedahan molar ketiga bawah yang impaksi.15
Kategori ini merupakan titik awal untuksuatu analisa atau memperkirakan
tingkat kesulitan pencabutan gigiimpaksi. Secara umum, semakin dalam letak gigi
impaksi dan semakin banyak tulang yang menutupinyasertamakin besar
penyimpangan angulasi gigi impaksi dari kesejajaran terhadap sumbu panjang
molar kedua, makin sulit pencabutannya. Pilihan yang diperoleh dari analisa ini
adalah :
1. Tidak diapa-apakan
2. Pencabutan gigi impaksi
3. Rujukan.15
17
2. pembengkakan
3. mulut bau
4. pembesaran limfenode submandibular.
3. Pencegahan Karies
18
Gigi yang impaksi juga bertendensi menimbulkan infeksi atau karies pada
gigi di dekatnya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar dua karena
gigi molar ketiga mengalami impaksi. Gigi molar ketiga merupakan
penyebab tersering karies pada molar kedua karena retensi makanan.
Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar
ketiga.
4. Untuk Keperluan Terapi Ortodontik
Pencabutan gigi impaksi pada perawatan ortodontik dapat menjadi suatu
indikasi apabila ruangan yang dibutuhkan kurang untuk ekspansi lengkung
gigi atau juga dikhawatirkan akan menjadi faktor relapse setelah
dilakukannya perawatan ortodontik.
5. Menimbulkan Kerusakan Pada Akar Gigi Yang Berdekatan.
Gigi impaksi dapat menyebabkan tekanan pada akar gigi sebelahnya
sehingga mengalami resorpsi akar. Pencabutan gigi impaksi dapat
menyelamatkan gigi terdekat dengan adanya perbaikan pada
sementumnya.
6. Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.
Rasa sakit dapat timbul bila gigi impaksi menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di
dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat
timbul karena gigi impaksi langsung menekan nervus alveolaris inferior
pada kanalis mandibularis.
7. Diperkirakan Akan Mengganggu Pembuatan Protesa.
Pencabutan gigi impaksi dilakukan apabila berada dalam denture bearing
area yang dapat menghambat adaptasi landasan dan mengganggu retensi
serta stabilitas dari protesa yang akan dibuat.
2.5.2 Kontra Indikasi Odontektomi
1. Tidak Ada Keluhan.
Apabila tidak ada keluhan dari pasien yang mengalami gigi impaksi maka
tidak diperlukan tindakan odontektomi yang dapat memakan waktu, biaya
dan resiko pembedahan yang dapat terjadi.
2. Kemungkinan
Menyebabkan
Gigi
Terdekat
Rusak
Atau
Strukturpenting Lainnya.
Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan
membuka flap dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap
19
Insisi harus tajam yang lurus dan bersudut 45 dengan dasar MBF
Diatas tulang yang sehat
Insisi jangan di interdental papil tapi di 2.3 kontur gigi
Harus sejajar garis Langerhans (pada kulit)
Insisi harus sampai periosteum
Prinsip Flap:
Dasar flap harus selebar mungkin
Lapang pandang seluas mungkin
Intrument harus tajam
2.7 Penatalaksanaan Impaksi
2.7.1 Penanganan Sebelum Pembedahan
1.
Riwayat Medis dan Pemeriksaan Klinis
Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius
jika gigi tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan
20
Pemeriksaan Radiografis
5
6
7
3.
4.
21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bahan :
Betadine
Kassa/tampon
Kapas bulat
Syringe
Larutan anastetikum, yang mengandung epinefrin/adrenalin
Pisau (blade) RA : no 12 & RB : no 15
Suction tip dispossible
Jarum dengan benang jahit
Larutan salin (air salin)
Alat :
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Alat standart
Kain duk steril untuk instrument dan pasien
Klem untuk kain duk (towel clip)
Gagang pisau (blade handle)
Needle holder
Hemostat/arteri klem
Rasparatorium
Mata bur tulang
Mata bur gigi
Bein
Cryer
Tang gigi (forceps)
Kuret
Bone file
Syringe untuk irigasi
Pinset
Gunting benang
5.
6.
Tindakan Asepsis
22
Anastesi
Untuk molar ketiga mandibula dilakukan injeksi blok mandibular
pada nervus alveolaris inferior, nervus lingualis dan nervus bukalis,
sedangkan kalau pada molar ketiga maksila dilakukan injeksi blok
pada nervus alveolaris superior posterior dan nervus palatinus mayor.
Pembuatan flap
Digunakan insisi triangular dengan cara insisi vertical dari 1/3
distal gigi 7 sampai MBF membentuk sudut 45 kemudian buat insisi
horizontal dengan patokan linea oblique externa dengan menggunakan
blade.
23
24
8
9
10
11
12
13
14
15
perdarahan
Flap dikembalikan ketempat semula dengan pinset chirurgis
Penjahitan interrupted pada daerah insisi vertical dan horizontal
Massage daerah operasi
Spooling betadine + aquadest
Gigit tampon yang sudah diberikan betadine
2.7.3
1
1
2
3
4
5
6
7
Medikasi
25
impaksi.
Perdarahan sekunder
Dry socket (alv. Osteitis)
Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang
Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio
26
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa
Pembimbing
Tanggal Operasi
: 20 September 2016
Waktu Mulai
: 09.30 WIB
Waktu Selesai
: 11.00 WIB
I.
Nama Pasien
: Rahmayati Aisya
No. status
: R 3442 / VI / 2016
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
Telepon
: 081315443926
27
II.
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Umum
: Baik
Kesadaran Pasien
: Compos mentis
Tensi Darah
: 100/70 mm/Hg
Suhu
: Afebris
Frekuensi Nadi
: 82 x/menit
:-
PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Ekstra Oral
: TAK
Inspeksi
Lokasi / Regio
Bentuk Kelainan
Warna
:::-
Palpasi
Suhu
:-
28
Batas
Mudah digerakan / tidak
Permukaan
Konsistensi
Nyeri tekan
Fluktuasi
Ukuran
Kelenjar getah bening
Inspeksi
Bentuk kelainan
Lokasi / region
Warna
:::-
Palpasi
Suhu
Batas
Mudah digerakan / tidak
Permukaan
Konsistensi
Nyeri tekan
Fluktuasi
Ukuran
Kelenjar getah bening
Keterangan
Bibir Atas
Bibir Bawah
O.H
Ginggiva
Oklusi
Palatum
Mukosa pipi kiri & kanan
Lidah
DasarMulut
Status Lokalis Gigi
Diagnosa
: Normal
: Normal
: Baik
: Normal
: Normal
: Sedang
: Normal
: Normal
: Normal
: Gigi 38
: Gigi 38
29
III.
:1
Posisi A
:1
Vertikal
:3
Jumlah
:5
30
Bahan-bahan:
1. Tampon Kassa
2. Kapas
3. Betadine
4. Spongostan
5. Ampul pehakain
6. Vaseline
4. Posisikan pasien di dental chair
5. Muka pasien ditutup duk steril kecuali daerah mulut
VI. PENATALAKSANAAN BEDAH
1. Asepsis daerah operasi dan ekstra oral dengan betadine
2. Ulaskan vaselin pada sudut mulut
3. Lakukan anestesi lokal yaitu mandibular blok kanan untuk nervus
alveolaris inferior 1,25 cc dan nervus lingualis 0,25 cc, kemudian infil
31
32
33
A = (-)
P=
- Pembersihan debris makanan pada daerah operasi
- Buka Jahitan
- Spoolingbetadine + irigasi NaCl
34
BAB IV
KESIMPULAN
Impaksi adalah suatu kondisi dimana gigi gagal erupsi secara utuh pada
posisi yang seharusnya. Jalan erupsi normal gigi yang mengalami impaksi
terhalang oleh tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya atau
dapat juga oleh karena adanya jaringan patologis. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan impaksi gigi. Antara lain karena ketidaktersediaan ruangan yang
cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Amaliyana Erlinda, Cholil, Sukama IB. Deskripsi gigi impaksi molar ketiga
rahang bawah di rsud ulin Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi,
2014; 2: 134-37
2. Rahayu S. Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi. E-Journal
WIDYA Kesehatan dan Lingkungan 2014; 1(2): 81-89.
3. Dentika Dental Jurnal 2003;8(2):95-100.
4. Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi
terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera utara. Dentika Dental
Journal 2005;10(2):73-78
36
37
2012/2013.
Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas
Hasanuddin.
Makasar:2015.
19. Umboh, J.M.L. Winata, Lenny. Gambaran gigi impaksi pasien yang
berkunjung di BP-RSGM Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011.
Manado: 2011.
LAMPIRAN
38
39