Karakterisasi Sampah Padat Di Pasar Tradisional Dan Pengelolaan Sampah Padat Di Pasar Rukoh Darussalam
Karakterisasi Sampah Padat Di Pasar Tradisional Dan Pengelolaan Sampah Padat Di Pasar Rukoh Darussalam
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara tropis, indonesia disebut sebagai negara Mega Diversitu karena
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Supriatna 2008). Keanekaragaman
hayati ini mendukung pola konsumsi masyarakat yang mempergunakan banyak
sumberdaya alam yang tersedia. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi
engineer dan ilmuan di indonesia sebagai negara berkembang untuk melakukan banyak
kajian tentang solusi penanganan, pembuangan,, dan pengumpulan sampah domestik
yang ada. Teknologi pengumpulan sampah dan penanganannya telah menjadi materi dasar
pada program studi teknik sipil. Namun hal itu tidak memberikan banyak dampak
terhadap perkembangan sistem pengelolaan sampah di negara berkembang (Polprasert
2007).
Permasalahan sampah menjadi masalah kompleks bagi Kota Banda Aceh
Sumber sampah mayoritas berasal dari sampah pemukiman dan sampah pasar. Pasar
khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan memiliki kandungan
material organik yang besar, yakni mencapai 95% (Sudrajat 2006). Hal ini menyebabkan
sampah pasar memiliki keseragaman karakteristik yang dapat memudahkan proses
pengolahan sampah. Salah satu cara pengolahan sampah yang tepat untuk mengolah
sampah organik adalah pengomposan.
Sampah merupakan material sisa yang
tidak
diinginkan
setelah
berakhirnya
Penelitian dengan judul Karakterisasi Sampah Padat Di Pasar Tradisional Dan Pengelolaan
Sampah Padat Di Pasar Rukoh Darussalam, Kota Banda Aceh memiliki tujuan dan manfaat
yang diharapkan dapat tercapai.
1.2.1
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan
tersebut sebagai berikut,
a. Mm
b. Mm
1.2.2
Manfaat
1.2.3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan mengenai timbulan sampah merupakan hal yang sangat fundamental pada aspek
pengelolaan limbah. Upaya pengelolaan limbah semata-mata dilakukan untuk mengurangi
produksi limbah di masa yang akan datang. Diperlukan kajian teori untuk memahami cara
timbulan sampah terbentuk (Sokka et al.2007).
2.1.
Sampah Pasar
Definisi sampah menurut Hadiwiyoto (1983), adalah sisa-sisa bahan yang mengalami
perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena sudah tidak ada
manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian. Sedangkan, menurut
Apriadji (1989), sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik
berpa bahan buangan bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik
sebagai sisa proses industri.
Sampah pasar merupakan salah satu kontributor terbesar sampah organik dalam satu
wilayah. Sampah yang berasal dari pasar khusus seperti pasar sayur-mayur, pasar buah, atau
pasar ikan memiliki kandungan organik rata-rata 95%. Kondisi ini memungkinkan sampah
pasar lebih mudah ditangani. Berbeda dengan sampah yang berasal dari pemukiman yang
memiliki kandungan organik rata-rata sebesar 75% (Supriatna 2008).
2.2.
Sampah pasar atau sering dikenal vegetable-market solid waste, diproduksi secara
massal di daerah perkotaan. Setiap tahun, aktivitas manusia, peternakan, dan pertanian
menghasilkan 38 miliyar meter kubik sampah organik di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan
pembuangan dan manajemen pengelolaan sampah menjadi prioritas global. Di india,
timbulan sampah per kapita mencapai angka 1-1,33% per tahun. Pada kondisi demikian,
perkiraan timbulan sampah daun-daunan. Kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan,
sayur, buah, dan lain-lain. Sedangkan, sampah organik terdiri dari kaleng plastik besi dan
logam berat.
Secara praktis sumber sampah pasar berasal dari aktifitas pedagang yang membuang
bagian-bagian komoditi dagangan seperti sayur, buah, kulit buah, dan beberapa sampah
plastik sebagai pembungkus. Sampah pasar termasuk sampah domestik. Sedangkan, sampah
non-domestik adalah sampah atau limbaah yang bukan sejenis sampah rumah tangga,
misalnya limbah dari proses industri.
2.2.2. Komposisi Sampah
Komposisi sampah berarti persentase berat atau volume jenis sampah yang berupa
sampah kertas, kayu, kulit, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Identifikasi komposisis
sampah akan memudahkan pengelolaan sampah agar tepat sasaran sesuai dengan
karakteristik sampah yang ada. Sampah pasar memiliki kandungan material organik yang
tinggi. Menurut Dudrajat (2006), kandungan organik pada sampah pasar dapat mencapai 95%
dari total sampah yang dihasilkan.
Sampah organik merupakan sampah yang cepat terdegradasi atau cepat membusuk.
Sampah yang membusuk adalah sampah yang dengan mudah terkomposisi karena aktivitas
mikroorganisme. Dengan demikian, pengelolaannya menghendaki proses yang cepat, baik
dalam pengumpulan, pembuangan, maupun pengangkutannya, kelompok sampah organik ini
adalah kelompok yang berpotensi untuk di proses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya
pengomposan atau gasifikasi.
Ragamnya jenis sampah yang dihasilkan sangat bergantung dari kondisi eksternal
baik dari lingkungan maupun dari pola sosial dan tingkah laku konsumen. Beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi sampah diantaranya sebagai berikut,
a. Cuaca. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi akan mempengaruhi kelembaban
sampah yang dihasilkan.
b. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Namun, sampah organika akan berkurang karena
membususk. Sedangkan, sampah anorganik akan terus meningkat karena sulit
didegradasi atau mengalami kebusukan.
c. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buahbuahan yang sedang
berlangsung.
d. Tingkat sosial ekonomi. Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah
yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya.
e. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari akan mempengaruhi
pola pengelolaan sampah. Semakin banyak bahan kemasan produk yang sulit
didegradasi, semakin mahal biaya pengelolaan sampah yang harus dilakukan.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat dan
yang paling efesien sehingga dapat diterapka proses pengolahannya.
III.
3.1
3.2
METODOLOGI
3.4
Metode Penelitian