Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

OLEH :
Muhammad Fathan
Andis Kapati

TATA TULIS (EJAAN)

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Oleh :
Kameliani 1211041016
Nur Purnama Sari 1211040006

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2013

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii


BAB

PENDAHULUAN...........................................................................
A.
B.
C.
D.

BAB II

Latar Belakang........................................................................
Rumusan Masalah...................................................................
Tujuan Penulisan.....................................................................
Manfaat Penulisan..................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................

A.
B.
C.
D.

Pengertian Tata Tulis (Ejaan).................................................. 3


Pemakaian Huruf Kapital....................................................... 3
Pemakaian Huruf Miring........................................................ 13
Penulisan Kata........................................................................ 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 34


A. Kesimpulan............................................................................. 34
B. Saran dan Kritik...................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan Rahmat-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun
dalam bentuk yang sangat sederhana.
Walaupun makalah ini masih sangat sederhana namun penulis berusaha
untuk membuat makalah ini sebaik mungkin dan ini semua tidak akan terlaksana
tanpa bantuan teman-teman dan atas izin Allah .
Penulis mengucapkan mohon maaf jika ada kesalahan, seperti kata pepatah
tak ada gading yang tak retak. Maka dari itu untuk kesempurnaan makalah ini
mohon saran dan kritikan.
Makassar, 30 April 2013
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh kaidah ejaan bahasa Indonesia yang terdapat dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang telah diresmikan
penggunannya sejak tahun 1972, hingga saat ini belum dapat diterapkan
dengan baik. Di sana-sini masih sering dijumpai kekeliruan. Hal ini
disebabkan para pemakai bahasa belum memahami penerapan kaidah ejaan
dengan tepat. Padahal ejaan itu sendiri sangat penting di dalam pemakaian
bahasa. (Mustakim, 1990 : xiii)
Ruang lingkup ejaan adalah ragam bahasa tulis. Tidak semua hal yang
dapat kita lakukan dalam penggunaan bahasa secara lisan dapat kita lakukan
pula dalam penggunaan ragam bahasa tulis. Misalnya penghentian
sementara atau jeda, tentu kita tidak dapat mewujudkannya di dalam ragam
tulis.

Kita

memerlukan

ejaan,

khususnya

tanda

koma

sebagai

pelambangnya. Ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam


penggunaan ragam bahasa tulis. Ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca dalam berkomunikasi secara tertulis. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian.
Sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara
baik dan benar. (Mustakim, 1990 : xvi)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Ejaan?
2. Bagaimanakah pemakaian huruf yang sesuai dengan konsep EYD?
3. Bagaimanakah penulisan kata yang sesuai dengan konsep EYD?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Ejaan.
2. Untuk mengetahui pemakaian huruf yang sesuai dengan konsep EYD.
3. Untuk mengetahui penulisan kata yang sesuai dengan konsep EYD.
D. Manfaat Penulisan

1. Teoretis: untuk mengkaji kaidah Bahasa Indonesia khususnya dalam


memahami EYD
2. Dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pelajar agar dapat
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan
segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangn
bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf
maupun huruf yang telah disusun menajadi kata, kelompok kata, atau
kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca. (Mustakim, 1990 : 1).
Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata,
dan penggunaan tanda baca (Anshari,dkk , 2013 : 50).
B. Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar.
Menurut Permendiknas (2011:8), huruf kapital digunakan untuk :
a. Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
b. Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama.
c. Sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
d. Sebagai huruf pertama yang menyatakan gelar kehormatan , gelar
keagamaan , gelar keturunan , yang diikuti dengan nama orang.
e. Sebagai huruf pertama nama jabatana atau pangkat yang diikuti
nama orang.
f. Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
g. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama
suku, atau nama bahasa.
h. Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari
raya, dan nama peristiwa sejarah.
i. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.

a.

Penggunaan huruf kapital menurut Permendiknas (2011: 8) :


Di awal kalimat, setiap huruf yang mengawali kalimat tersebut
haruslah menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:8).
Misalnya:
- Tas itu berwarna pink
- Dia harus bisa membaca!

- Kemana kamu akan pergi?


Dalam penulisan petikan langsung, huruf pertama selalu diawali huruf

b.

kapital (Permendiknas, 2011:8).


Misalnya:

Gubernur berseru ,Marilah kita bersatu dalam mewujudkan

kehidupan Islam!
Fira bertanya,Kapan kita berangkat?
c.

Kata yang berkenaan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan
termasuk kata ganti untuk Tuhan, selalu di awali huruf kapital
(Permendiknas, 2011:8).
Misalnya :
- Islam
- Hindu
- Yang Maha Esa
- Mohon ampun kepada-Nya
- Yang Maha Esa
- Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau rahmati.

d.

Jika nama gelar kehormatan, gelar keturunan, dan gelar keagamaan,


diikuti nama orang maka huruf pertamanya menggunakan huruf
kapital (Permendiknas, 2011:9).
Contoh:
- Mahaputra Mohamad Yamin
- Imam Syafii
- Nabi Muhammad SAW

- Sultan Hasanuddin

Tetapi, jika tidak diikuti nama orang, maka tidak perlu menggunakan
huruf kapital (Permendiknas, 2011:9).
Contoh :

e.

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.


Mengikuti ajaran seorang imam

Unsur nama jabatan dan pangkat jika diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, maka harus diawali huruf kapital (Permendiknas,
2011:10).
Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik,


Perdana Menteri Inggris,
Profesor Kameliani,
Laksamana Muda Arif Sastranegera,

Tetapi jika tidak dikuti nama orang, nama instansi atau nama tertentu
maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:10).
Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?


Kemarin dia dilantik menjadi mayor jenderal.

Jika nama instansi atau jabatan merujuk kepada bentuk lengkapnya


maka harus menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:10).
Misalnya :

Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia


Sidang itu dipimpin Presiden
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departeman Pendidikan
Nasional
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen

f.

Setiap huruf pertama unsur-unsur nama orang menggunakan huruf


kapital (Permendiknas, 2011:11).
Misalnya:

Kameliani
Nur Purnama Sari
Ina Aprianti

Tetapi jika unsur-unsur nama orangseperti pada de,van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama
Portugal), maka tidak perlu mengunakan huruf kapital (Permendiknas,
2011:11).
Misalnya :

Vasco da Gama
Otto van Bismarck
J.J de Hollander

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (Permendiknas,
2011:12).
Misalnya:

Mesin diesel
10 volt
5 ampere

g.

Huruf pertama pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa ditulis
dengan menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:12).
Misalnya:

bangsa Indonesia
suku Bugis
bahasa Korea

Tetapi jika kata tersebut merupakan bentuk dasar kata turunan, maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:

h.

mengindonesiakan kata asing


kekorea-koreaan

Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:

tahun Hijriah
bulan Juli
hari Jumat
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perang Dunia I

Tetapi jika peristiwa sejarah tidak digunakan sebagai nama, maka


tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

i.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

Huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dituliskan dengan huruf


kapital (Permendiknas, 2011:14).
Misalnya:

Asia Tenggara
Makassar

Huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri


geografi juga dituliskan dengan huruf kapital (Permendiknas,
2011:14).
Bukit Barisan
Danau Toba
Selat Lombok

Jika unsur-unsur nama geografi tidak diikuti nama diri geografi maka
huruf

pertamanya

tidak

perlu

menggunakan

huruf

kapital

(Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:

berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat

Nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis tidak
perlu menggunaka huruf kapital (Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:

garam inggris
gula jawa
pisang ambon

Jika nama diri atau nama diri geografi didahului dengan kata yang
menggambarkan

kekhasan

budaya

maka

huruf

pertamanya

menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:15).


Misalnya :

j.

ukiran Jepara
asinan Bogor
sate Mak Ajad

Unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,


badan , dan nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan, oleh, atau ,
dan untuk , huruf pertamanya mengggunakan huruf kapital
(Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:

k.

Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Jika nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan , badan, dokumen


resmi, dan judul karangan yang mengandung unsur bentuk ulang
sempurna maka setiap huruf pertamanya menggunakan huruf kapital
(Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

l.

Semua huruf pertama pada kata yang terdapat di dalam judul buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan harus menggunakan huruf
kapital kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:

m.

Saya telah membaca buku Beyond The Inspiration.


Bacalah majalah Drise.
Dia adalah agen surat kabar Fajar Makassar.

Jika kata mengandung unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan


sapaan yang digunakan dengan nama diri, maka huruf pertamnya
menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:

n.

Dr.

doktor

M.A.

master of arts

S.H.

sarjana hukum

S.S.

sarjana sastra

Prof.

profesor

Tn.

tuan

Ny.

nyonya

Sdr.

saudara

Jika kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,


kakak, adik, dan paman dipakai dalam penyapaan atau pengacuan,
maka huruf pertamanya menggunakan huruf kapital (Permendiknas,
2011:18).

Misalnya:

Kapan Kakak berangkat? tanya Kamelia.


Sari bertanya,Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan masuk, Nak! kata Lia.

Tetapi jika tidak dipakai sebagai kata pengacuan atau penyapaan maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya:

o.

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


Semua kakak dan adik saya sudah bekerja.
Dia tidak mempunyai saudara di Makassar.

Kata Anda yang digunakan dalam penyapaan , huruf pertamanya


menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?


Surat Anda telah kami terima.

2. Huruf Miring
Menurut Permendiknas (2011:19), huruf miring dapat digunakan untuk:
a. Menuliskan judul buku , nama majalah, dan nama surat kabar yang
terdapat dalam teks.
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata
di dalam suatu teks.
c. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan , kata ,
daerah.

atau

istilah

asing/

Adapun aturan penggunaan huruf miring adalah sebagai berikut


(Permendiknas, 2011:19).
a. Nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam
tulisan harus dicetak miring (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya :
Buku Ustadz Felix yang berjudul Udah Putusin Aja! adalah buku

bernuansa Islami.
Tulisan Umar Kayam pernah dimuat dalam majalah Tempo.

d. Dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau,


kelompok

kata

dapat

dicetak

menggunakan

huruf

miring

(Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:

Huruf pertama yang dia tulis adalah c


Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Huruf j pada kata Jakarta harus ditulis dengan huruf kapital

e. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama


ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya
(Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.


Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.

C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang tidak terikat antara kesatuan yang
satu dengan yang lainnya, dan belum mengalami penambahan imbuhan.
(Chaier, Abdul: 2006).
Misalnya:

Kita semua anak Indonesia.


Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

2. Kata Turunan
Kata berimbuhan adalah suatu kata yang dibentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran ) (Chaeir,
Abdul :2006)
Aturan penulisan kata berimbuhan menurut Permendiknas (2011 :
24) sebagai berikut.
a. Kata dasar ditulis serangkai dengan imbuhan ( awalan, sisipan,
akhiran ) (Permendiknas, 2011:24).
Misalnya:

berjalan
petani
lukisan
gemetar

Imbuhan kalau ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar


yang bukan bahasa Indonesia maka harus dirangkaikan dengan tanda
hubung (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya :
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall

b.

Kalau bentuk dasar merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran


ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya:

c.

bertepuk tangan
garis bawahi
menganaksungai
sebar luaskan
lipat gandakan

Kalau bentuk dasar yang berupa gabungan kata yang mendapat


awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata tersebut
harus ditulis serangkai (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya:

d.

Mengggarisbawahi
menyebarluaskan
Dilipatgandakan

Jika salah satu unsur dari gabungan kata itu tidak dapat berdiri
sendiri sebagai sebuah kata, maka
serangkai (Permendiknas, 2011:26).
Misalnya:

Adipati
Aerodinamika
Antarkota
Anumerta
Audiogram
Awahama
Bikarbonat
Biokimia
Dwiwarna
Mahasiswa

gabungan kata itu ditulis

Mancanegara
multilateral,

3. Bentuk Ulang
Kata ulang merupakan sebuah bentuk dari hasil mengulang sabuah
kata dasar atau dari sebuah bentuk dasar.Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). (Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:

dimana

anak-anak
mata-mata
undang-undang
mondar-mandir
aturan dari penulisan kata ulang ini juga berlaku pada bentuk

seperti :
sia-sia
laba-laba
kupu-kupu
4. Gabungan Kata
Bentuk kata yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut gabungan
kata atau kata gabung. (Chaeir,Abdul : 2006)
Menurut Permendiknas(2011: 30) kata gabung di tuliskan dengan
aturan sebagai berikut :
a.

Unsur-unsur yang membentuk gabungan kata ditulis secara terpisah


dengan lainnya (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:

kantor pos
orang tua
kambing hitam
persegi panjang
kereta api expres
buku pelajaran kimia

b.

Agar terhindar dari kesalahan pengertian, maka di antara unsur-unsur


gabungan kata dapat di beri tanda hubung agar dapat menegaskan
hubungan antara unsur yang bersangkutan (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya :
Buku sejarah-baru
Dengan arti, yang baru adalah sejarahnya
Buku-sejarah baru
Dengan arti, yang baru adalah bukunya

c.

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagi sebuah kata (satu kata), di
tulis serangkai (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:
adakalanya
apalagi
beasiswa
matahari
Kita harus melihat dalam kamus untuk memastikan apakah kata
tersebut sudah dianggap sabuah kata atau belum.

5. Kata Ganti
Kata ganti klitik merupakan kata ganti yang di singkat seperti ku- ,
kau- , -ku, -mu, dan nya. Kata gantiku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; kata ganti -ku, -mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Pemerdiknas, 2010 : 50)
Misalnya:

Dimana kaubeli baju itu?


Ini bukuku, itu bukunya, lalu dimana bukumu?

Kalau digabung dengan kata yang di awali huruf kapital atau bentuk
yang berupa singkatan maka kata ganti klitik harus dirangkaikan dengan
tanda hubung. (Permendiknas,2011 : 50)
Misalnya :

KTP-mu
SIM-nya

6. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan
objek atau keterangan , dan lazimnya berada di depan sebuah kata benda
merupakan kata depan. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada

dan daripada.

(Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:

Kain itu terletak di dalam lemari.


Bermalam semalam di sini.
Di mana Fira sekarang?
Saya akan ke Surabaya besok.

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.


Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.

7. Kata Sandang (si dan sang)

Dalam menulis kata si dan sang ditulis secara terpisah dari kata
yang mengikutinya.(Permendiknas,2010 : 51)
Misalnya:

Sang saka berkibar dimana-mana


Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim

Jika kata si dan sang dimaksudkan sebagai unsur nama diri maka huruf
awal si dan sang di tulis dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:51).
Misalnya :

Serigala itu marah sekali kepada Sang Kancil


Dalam cerita itu Si Kera mencari kitab suci bersama gurunya.

8. Partikel
Aturan penulisan partikel menurut Permendiknas (2011 : 38) adalah
sebagai berikut.
a.

Apabila ada kata yang mendahului partikel -lah, -kah, dan tahmaka
kata tersebut ditulis serangkai dengan partikel.
Misalnya:

b.

Bacalah buku itu baik-baik.


Berangkatlah sekarang juga!
Bunglah sampah pada tempatnya!
Apatah gerangan yang kamu cari?

Apabila ada kata yang mendahului partikel pun maka kata tersebut
ditulis terpisah dari partikel pun (Permendiknas, 2011:38).
Misalnya:

Dibayar berapapun aku tidak mau.


Kapanpun waktunya aku siap.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang
ke rumahku.

c.

Apabila terdapat partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap
maka kata yang mengikutinya di tulis terpisah dari partikel ini
(Permendiknas, 2011:39).
Misalnya:

Mereka harus membayar SPP Rp950.000,00 per semester.


Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain ini Rp5.000,00 per helai.

9. Singkatan dan Akronim


Singkatan ialah kependekan kata yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.(Permendiknas : 2011, 39)
Aturan penulisan singkatan dan akronim menurut Pemerdiknas
(2011: 39) sebagai berikut.
a. Nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat yang
disingkat harus diikuti dengan tanda titik diakhir singakatan tersebut
(Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
Djoko Kentjono, M.A.

Djoko Kentjono Master of Art

R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini

W.R. Supratman

Wage Rudolf Supratman

M.B.A.

master of business administration

S.E.

sarjana ekonomi

S.K.M.

sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.

bapak

Sdr.

saudara

Kol.

kolonel

b. Jika nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan


atau organisasi, serta nama dokumen resmi disingkat dengan cara
menggabungkan huruf awal kata maka huruf-hurufnya ditulis
dengan huruf besar dan tidak perlu diikuti tanda titik dibelakang
tiap-tiap singkatan itu (Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa

SMA

Sekolah Menengah Peretama

MPR

Majelis Permusyawaratan Rakyat

UUD

Undang-Undang Dasar

c. 1). Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari tiga huruf
maka singkatan tersebut diikuti tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
dst.
dan seterusnya
ybs.
yang bersangkutan
dll.
dan lain-lain
2). Gabungan huruf yang merupakan hasil singkatan kata diakhiri
dengan tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
Misalnya :

jml.
hlm.
tsb.

jumlah
halaman
tersebut

yg
No.
tgl

yang
nomor
tanggal

3). Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari dua huruf
maka masing-masing huruf diikuti tanda titik (Permendiknas,
2011:42).
Misalnya:

a.n.
d.a.
u.b.
u.p.

atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian

d. Apabila singkatan merupakan lambang kimia, singkatan satuan


ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang

maka singkatan

tersebut tidak perlu diakhiri tanda titik (Permendiknas, 2011:42).


Misalnya:
Cu

Kuprum

TNT

trinitrotoluena

cm

sentimeter

kVA

kilovolt-ampere

liter

kg

kilogram

Rp

rupiah

Akronim ialah singkatan yang dibentuk oleh huruf-huruf awal


yang digabung ,suku-suku kata yang digabung , ataupun gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebuah
kata. (Mustofa,dkk ,2010 :19)
Aturan penulisan akronim menurut Permendiknas (2011: 42)adalah
sebagai berikut:
1) Apabila akronim di bentuk oleh gabungan huruf awal dari deret
kata maka ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti
tanda

titik. Akronim

ini

merupakan

akronim

nama

diri

(Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
ABRI

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

PAM

Perusahaan air minum

LIPI

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

PASI

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

IKIP

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SIM

Surat izin mengemudi

2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata pada huruf awal ditulis dengan
huruf kapital (Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
Bulog

Badan Urusan Logistik

Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


Iwapi

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

Sespa

Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

3) Akronim yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dan
bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil (Permendiknas,
2011:43).
Misalnya:
siskamling

sistem keamanan lingkungan

munas

musyawarah nasional

pemilu

pemilihan umum

radar

radio detecting and ranging

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

10. Angka dan Bilangan


Angka adalah lambang yang fungsinya sebagai pengganti bilangan.
Ada dua macam angka yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu
angka Arab dan angka Romawi.(Permendiknas ,2011 :44)
Angka Arab

: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi

: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,


IX, X,
L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5000), M (1.000.000)

.
Menurut Permendiknas (2011 : 44) aturan penulisan angka dan
bilangan adalah sebagai beikut.
a. Dalam teks, jika bilangan dinyatakan dalam satu atau dua kata maka
bilangan ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan tersebut dipakai
dalam perincian. (Permendiknas, 2011:44).
Misalnya :

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali


Koleksi perputakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 30 murid , 15 murid menyukai pelajaran biologi, 10
murid menyukai pelajaran matematika, dan 5 murid tidak
menyukai keduanya.

b. Jika bilangan berada pada awal kalimat, maka bilangan tersebut di


tulis menggunakan huruf. Tetapi jika bilangan tersebut lebih dari dua
kata, maka susunan kalimat diubah agar bilangan tersebut tidak
ditempatkan di awal kalimat. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :

Dua puluh mahasiswa mengikuti Olimpiade Sains Nasional


Panitia mengundang 250 orang peserta
Bukan
250 orang peserta diundang oleh panitia.

c. Angka dapat dieja kalau melambangkan bilangan yang jumlahnya


terlalu besar agar lebih mudah dibaca. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
d. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas,
dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang ; dan (d) jumlah.
(Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
0,5 sentimeter

Tahun 1945

5 kilogram

14 Juli 1994

10 liter

1 jam 20 menit

2.000 rupiah

Pukul 14.00

e. Angka pada umumnya digunakan untuk melambangkan nomor jalan,


rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :

Jalan Tanah Abang I No. 15


Jalan Wijaya No.14
Hotel Mahameru, Kamar 169

f. Untuk memberikan nomor pada bagian karangan atau ayat kitab suci
digunakann angka. (Permendiknas, 2011:46).
Misalnya :

Bab X, Pasal 5, halaman 252


Surah Yasin: 9

g. Aturan

penulisan

bilangan

dengan

huruf

sebagai

berikut.

(Permendiknas, 2011:47).
Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas (12)
Lima ribu (5000)
Bilangan pecahan
Misalnya :
1
Setengah ( 2

Satu persen ( 1%)

h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


(Permendiknas, 2011:48).
Misalnya :
Pada awal abad XX(angka Romawi Kapital)
Dalam kedidupan pada abad ke-20 (huruf dan angka)
Pada awal abad kedua puluh(huruf)
Abad XXI
Abad ke-21
Lantai II
Lantai ke-2
i. Kalau penulisan bilangan di akhiri dengan an maka aturan
penulisannya sebagai berikut. (Permendiknas, 2011:48).
Misalnya :
Lima lembar uang 1.000-an(lima lembar uang seribuan)
Tahun 1960-an(tahun seribu sembilan ratus enam puluhan)
j. Bilangan yang dapat ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
hanyalah di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
(Permendiknas, 2011:49).
Misalnya :
Jumlah siswa 250 orang
bukan
Jumlah siswa 250 (dua ratus lima puluh) orang

k. Bilangan yang di tulis dengan angka dan huruf sekaligus,


penulisannya harus tepat. (Permendiknas, 2011:49).
Misalnya :
Telah di terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
11. Pemenggalan Kata
Aturan pemenggalan kata menurut Permendiknas (2011 : 31) adalah
sebagai berikut.
1. Pemenggalan kata dasar.
a. Kalau di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan maka
pemenggalan dilakukan di antara huruf vokal tersebut.
(Permendiknas, 2011:31).
Misalnya :
Kain
Saat
Niat
Kaum

ka-in
sa-at
ni-at
ka-um

b. Kata yang mengandung gugus vokal au, ai, ae, ei, eu,ui, dan oi
tidak dipenggal. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Aula
au-la
Pulau
pu-lau
Survei
sur-vei
c. Pemenggalan kata yang mengandung satu huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vokal, dimana pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Dalam hal ini gabungan huruf
konsonan ng, ny, kh, dan sy tidak dipenggal karena gabungan itu
hanya melambangkan satu konsonan atau satu fonem.
(Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Bapak
Teman
Dengan
Sopan

ba-pak
te-man
de-ngan
so-pan

d. Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan


berurutan, pemenggalan kata ini dilakukan diantara kedua huruf
konsonan tersebut. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Tancap
tan-cap
Mandi
man-di
Sombong
som-bong
Janji
jan-ji
e. Pemenggalan kata yang memiliki tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing mewakili fonem tunggal, pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf konsonan pertama dan huruf
konsonan yang kedua. (Permendiknas, 2011:33).
Misalnya :
Ultra
ul-tra
Bentrok
ben-trok
Infra
in-fra
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
di penggal. (Permendiknas, 2011:33).
Misalnya :

Akhlak
Bangkrut
Ikhlas
Kongres

akh-lak
bang-krut
ikh-las
kong-res

Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu


huruf ( vokal ) diawal dan diakhir baris. (Permendiknas,
2011:34).
Misalnya :
Itu
Ini
2. Pemenggalan kata berimbuhan.
Pemenggalan kata berimbuhan

i-tu
in-i

dapat

dilakukan

dengan

memisahkan imbuhan atau partikel dengan bentuk dasarnya.


(Permendiknas, 2011:34).
Misalnya :
Berjalan

ber-jalan

Diambil
Makanan

di-ambil
makan-an

Kata dasar yang telah mengalami perubahan dikarenakan diberi


imbuhan, pemenggalannya dilakukan seperti pada kata dasar.
(Permendiknas, 2011:35).
Misalnya :
Menutup
Menyapu
Pengetik

me-nu-tup
me-nya-pu
pe-nge-tik

3. Pemenggalan kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah
satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur tersebut.Tiap
unsur

gabungan

dipenggal

(Permendiknas, 2011:36).
Misalnya :
Biografi
bio-grafi
Pascasarjana
pasca-sarjana
Biodata
bio-data
Kilogram
kilo-gram
Kilometer
kilo-meter

seperti

pada

kata

dasar.

bi-o-gra-fi
pas-ca-sar-ja-na
bi-o-da-ta
ki-lo-gram
ki-lo-me-ter

4. Pemenggalan nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang
terdiri dari dua unsur atau lebih dilakukan diantara unsur-unsur
nama itu, dalam pemenggalan tersebut tidak perlu disertai dengan
tanda penghubung, ini dikarenakan masing-masing unsur yang
dipenggal tersebut merupakan unsur lepas. (Permendiknas,
2011:37).
Misalnya :
Nur Purnama Sari

Alfira Puspita Dewi

Nur Indah Mawarni

Nur Purnama
Sari
Alfira
Puspita Dewi
Nur Indah
Mawarni

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan:
1. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambanglambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan
kata, dan penulisan tanda baca.
2. Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
3. Ada banyak sekali tata cara penulisan huruf kapital, yang kesemuanya
telah diatur dalam pedoman umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
4. Akan halnya dengan penulisan huruf besar, penulisan tanda bacapun
telah diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
B. Saran dan Kritik
1. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara dan bahasa Nasional yang
berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, untuk itu kiranya adalah
suatu keharusan bagi kita semua agar mampu memahami ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan (EYD).
2. Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan
karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR PUSTAKA

Permendiknas. 2010. EYD TERBARU (Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009).


Yogyakarta: Pustaka Timur.
Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly,
Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam,
Asia, suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tolla, Muhammad,
Johar Amir, Sulastriningsih, Wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng,
Enung Maria, Taufik, Usman, Bachtiar syamsuddin, Andi Fatimah Yunus,
Hajrah, dan Faisal. 2011. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indoneisa. Makassar: UNM..
Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Mustofa, Bisri. Bondan Winarno,dkk. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia dan Kata Baku non Baku yang Disempurnakan. Jakarta: Multi
Kreasi Satudelapan.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai