OLEH :
Muhammad Fathan
Andis Kapati
Oleh :
Kameliani 1211041016
Nur Purnama Sari 1211040006
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
ii
PENDAHULUAN...........................................................................
A.
B.
C.
D.
BAB II
Latar Belakang........................................................................
Rumusan Masalah...................................................................
Tujuan Penulisan.....................................................................
Manfaat Penulisan..................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
A.
B.
C.
D.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan Rahmat-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun
dalam bentuk yang sangat sederhana.
Walaupun makalah ini masih sangat sederhana namun penulis berusaha
untuk membuat makalah ini sebaik mungkin dan ini semua tidak akan terlaksana
tanpa bantuan teman-teman dan atas izin Allah .
Penulis mengucapkan mohon maaf jika ada kesalahan, seperti kata pepatah
tak ada gading yang tak retak. Maka dari itu untuk kesempurnaan makalah ini
mohon saran dan kritikan.
Makassar, 30 April 2013
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh kaidah ejaan bahasa Indonesia yang terdapat dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang telah diresmikan
penggunannya sejak tahun 1972, hingga saat ini belum dapat diterapkan
dengan baik. Di sana-sini masih sering dijumpai kekeliruan. Hal ini
disebabkan para pemakai bahasa belum memahami penerapan kaidah ejaan
dengan tepat. Padahal ejaan itu sendiri sangat penting di dalam pemakaian
bahasa. (Mustakim, 1990 : xiii)
Ruang lingkup ejaan adalah ragam bahasa tulis. Tidak semua hal yang
dapat kita lakukan dalam penggunaan bahasa secara lisan dapat kita lakukan
pula dalam penggunaan ragam bahasa tulis. Misalnya penghentian
sementara atau jeda, tentu kita tidak dapat mewujudkannya di dalam ragam
tulis.
Kita
memerlukan
ejaan,
khususnya
tanda
koma
sebagai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan
segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangn
bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf
maupun huruf yang telah disusun menajadi kata, kelompok kata, atau
kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca. (Mustakim, 1990 : 1).
Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata,
dan penggunaan tanda baca (Anshari,dkk , 2013 : 50).
B. Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar.
Menurut Permendiknas (2011:8), huruf kapital digunakan untuk :
a. Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
b. Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama.
c. Sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
d. Sebagai huruf pertama yang menyatakan gelar kehormatan , gelar
keagamaan , gelar keturunan , yang diikuti dengan nama orang.
e. Sebagai huruf pertama nama jabatana atau pangkat yang diikuti
nama orang.
f. Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
g. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama
suku, atau nama bahasa.
h. Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari
raya, dan nama peristiwa sejarah.
i. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.
a.
b.
kehidupan Islam!
Fira bertanya,Kapan kita berangkat?
c.
Kata yang berkenaan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan
termasuk kata ganti untuk Tuhan, selalu di awali huruf kapital
(Permendiknas, 2011:8).
Misalnya :
- Islam
- Hindu
- Yang Maha Esa
- Mohon ampun kepada-Nya
- Yang Maha Esa
- Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau rahmati.
d.
- Sultan Hasanuddin
Tetapi, jika tidak diikuti nama orang, maka tidak perlu menggunakan
huruf kapital (Permendiknas, 2011:9).
Contoh :
e.
Unsur nama jabatan dan pangkat jika diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, maka harus diawali huruf kapital (Permendiknas,
2011:10).
Misalnya:
Tetapi jika tidak dikuti nama orang, nama instansi atau nama tertentu
maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:10).
Misalnya:
f.
Kameliani
Nur Purnama Sari
Ina Aprianti
Tetapi jika unsur-unsur nama orangseperti pada de,van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama
Portugal), maka tidak perlu mengunakan huruf kapital (Permendiknas,
2011:11).
Misalnya :
Vasco da Gama
Otto van Bismarck
J.J de Hollander
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (Permendiknas,
2011:12).
Misalnya:
Mesin diesel
10 volt
5 ampere
g.
Huruf pertama pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa ditulis
dengan menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:12).
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Bugis
bahasa Korea
Tetapi jika kata tersebut merupakan bentuk dasar kata turunan, maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:
h.
Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Juli
hari Jumat
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perang Dunia I
i.
Asia Tenggara
Makassar
Jika unsur-unsur nama geografi tidak diikuti nama diri geografi maka
huruf
pertamanya
tidak
perlu
menggunakan
huruf
kapital
(Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
Nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis tidak
perlu menggunaka huruf kapital (Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
pisang ambon
Jika nama diri atau nama diri geografi didahului dengan kata yang
menggambarkan
kekhasan
budaya
maka
huruf
pertamanya
j.
ukiran Jepara
asinan Bogor
sate Mak Ajad
k.
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
l.
Semua huruf pertama pada kata yang terdapat di dalam judul buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan harus menggunakan huruf
kapital kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:
m.
n.
Dr.
doktor
M.A.
master of arts
S.H.
sarjana hukum
S.S.
sarjana sastra
Prof.
profesor
Tn.
tuan
Ny.
nyonya
Sdr.
saudara
Misalnya:
Tetapi jika tidak dipakai sebagai kata pengacuan atau penyapaan maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya:
o.
2. Huruf Miring
Menurut Permendiknas (2011:19), huruf miring dapat digunakan untuk:
a. Menuliskan judul buku , nama majalah, dan nama surat kabar yang
terdapat dalam teks.
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata
di dalam suatu teks.
c. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan , kata ,
daerah.
atau
istilah
asing/
bernuansa Islami.
Tulisan Umar Kayam pernah dimuat dalam majalah Tempo.
kata
dapat
dicetak
menggunakan
huruf
miring
(Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:
C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak terikat antara kesatuan yang
satu dengan yang lainnya, dan belum mengalami penambahan imbuhan.
(Chaier, Abdul: 2006).
Misalnya:
2. Kata Turunan
Kata berimbuhan adalah suatu kata yang dibentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran ) (Chaeir,
Abdul :2006)
Aturan penulisan kata berimbuhan menurut Permendiknas (2011 :
24) sebagai berikut.
a. Kata dasar ditulis serangkai dengan imbuhan ( awalan, sisipan,
akhiran ) (Permendiknas, 2011:24).
Misalnya:
berjalan
petani
lukisan
gemetar
b.
c.
bertepuk tangan
garis bawahi
menganaksungai
sebar luaskan
lipat gandakan
d.
Mengggarisbawahi
menyebarluaskan
Dilipatgandakan
Jika salah satu unsur dari gabungan kata itu tidak dapat berdiri
sendiri sebagai sebuah kata, maka
serangkai (Permendiknas, 2011:26).
Misalnya:
Adipati
Aerodinamika
Antarkota
Anumerta
Audiogram
Awahama
Bikarbonat
Biokimia
Dwiwarna
Mahasiswa
Mancanegara
multilateral,
3. Bentuk Ulang
Kata ulang merupakan sebuah bentuk dari hasil mengulang sabuah
kata dasar atau dari sebuah bentuk dasar.Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). (Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
dimana
anak-anak
mata-mata
undang-undang
mondar-mandir
aturan dari penulisan kata ulang ini juga berlaku pada bentuk
seperti :
sia-sia
laba-laba
kupu-kupu
4. Gabungan Kata
Bentuk kata yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut gabungan
kata atau kata gabung. (Chaeir,Abdul : 2006)
Menurut Permendiknas(2011: 30) kata gabung di tuliskan dengan
aturan sebagai berikut :
a.
kantor pos
orang tua
kambing hitam
persegi panjang
kereta api expres
buku pelajaran kimia
b.
c.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagi sebuah kata (satu kata), di
tulis serangkai (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:
adakalanya
apalagi
beasiswa
matahari
Kita harus melihat dalam kamus untuk memastikan apakah kata
tersebut sudah dianggap sabuah kata atau belum.
5. Kata Ganti
Kata ganti klitik merupakan kata ganti yang di singkat seperti ku- ,
kau- , -ku, -mu, dan nya. Kata gantiku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; kata ganti -ku, -mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Pemerdiknas, 2010 : 50)
Misalnya:
Kalau digabung dengan kata yang di awali huruf kapital atau bentuk
yang berupa singkatan maka kata ganti klitik harus dirangkaikan dengan
tanda hubung. (Permendiknas,2011 : 50)
Misalnya :
KTP-mu
SIM-nya
dan daripada.
(Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Dalam menulis kata si dan sang ditulis secara terpisah dari kata
yang mengikutinya.(Permendiknas,2010 : 51)
Misalnya:
Jika kata si dan sang dimaksudkan sebagai unsur nama diri maka huruf
awal si dan sang di tulis dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:51).
Misalnya :
8. Partikel
Aturan penulisan partikel menurut Permendiknas (2011 : 38) adalah
sebagai berikut.
a.
Apabila ada kata yang mendahului partikel -lah, -kah, dan tahmaka
kata tersebut ditulis serangkai dengan partikel.
Misalnya:
b.
Apabila ada kata yang mendahului partikel pun maka kata tersebut
ditulis terpisah dari partikel pun (Permendiknas, 2011:38).
Misalnya:
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang
ke rumahku.
c.
Apabila terdapat partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap
maka kata yang mengikutinya di tulis terpisah dari partikel ini
(Permendiknas, 2011:39).
Misalnya:
R.A. Kartini
W.R. Supratman
M.B.A.
S.E.
sarjana ekonomi
S.K.M.
Bpk.
bapak
Sdr.
saudara
Kol.
kolonel
PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa
SMA
MPR
UUD
Undang-Undang Dasar
c. 1). Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari tiga huruf
maka singkatan tersebut diikuti tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
dst.
dan seterusnya
ybs.
yang bersangkutan
dll.
dan lain-lain
2). Gabungan huruf yang merupakan hasil singkatan kata diakhiri
dengan tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
Misalnya :
jml.
hlm.
tsb.
jumlah
halaman
tersebut
yg
No.
tgl
yang
nomor
tanggal
3). Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari dua huruf
maka masing-masing huruf diikuti tanda titik (Permendiknas,
2011:42).
Misalnya:
a.n.
d.a.
u.b.
u.p.
atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian
maka singkatan
Kuprum
TNT
trinitrotoluena
cm
sentimeter
kVA
kilovolt-ampere
liter
kg
kilogram
Rp
rupiah
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebuah
kata. (Mustofa,dkk ,2010 :19)
Aturan penulisan akronim menurut Permendiknas (2011: 42)adalah
sebagai berikut:
1) Apabila akronim di bentuk oleh gabungan huruf awal dari deret
kata maka ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti
tanda
titik. Akronim
ini
merupakan
akronim
nama
diri
(Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
ABRI
PAM
LIPI
LAN
PASI
IKIP
SIM
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata pada huruf awal ditulis dengan
huruf kapital (Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
Bulog
Akabri
Kowani
Sespa
3) Akronim yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dan
bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil (Permendiknas,
2011:43).
Misalnya:
siskamling
munas
musyawarah nasional
pemilu
pemilihan umum
radar
rapim
rapat pimpinan
rudal
peluru kendali
tilang
bukti pelanggaran
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
.
Menurut Permendiknas (2011 : 44) aturan penulisan angka dan
bilangan adalah sebagai beikut.
a. Dalam teks, jika bilangan dinyatakan dalam satu atau dua kata maka
bilangan ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan tersebut dipakai
dalam perincian. (Permendiknas, 2011:44).
Misalnya :
Tahun 1945
5 kilogram
14 Juli 1994
10 liter
1 jam 20 menit
2.000 rupiah
Pukul 14.00
f. Untuk memberikan nomor pada bagian karangan atau ayat kitab suci
digunakann angka. (Permendiknas, 2011:46).
Misalnya :
g. Aturan
penulisan
bilangan
dengan
huruf
sebagai
berikut.
(Permendiknas, 2011:47).
Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas (12)
Lima ribu (5000)
Bilangan pecahan
Misalnya :
1
Setengah ( 2
ka-in
sa-at
ni-at
ka-um
b. Kata yang mengandung gugus vokal au, ai, ae, ei, eu,ui, dan oi
tidak dipenggal. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Aula
au-la
Pulau
pu-lau
Survei
sur-vei
c. Pemenggalan kata yang mengandung satu huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vokal, dimana pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Dalam hal ini gabungan huruf
konsonan ng, ny, kh, dan sy tidak dipenggal karena gabungan itu
hanya melambangkan satu konsonan atau satu fonem.
(Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Bapak
Teman
Dengan
Sopan
ba-pak
te-man
de-ngan
so-pan
Akhlak
Bangkrut
Ikhlas
Kongres
akh-lak
bang-krut
ikh-las
kong-res
i-tu
in-i
dapat
dilakukan
dengan
ber-jalan
Diambil
Makanan
di-ambil
makan-an
me-nu-tup
me-nya-pu
pe-nge-tik
3. Pemenggalan kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah
satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur tersebut.Tiap
unsur
gabungan
dipenggal
(Permendiknas, 2011:36).
Misalnya :
Biografi
bio-grafi
Pascasarjana
pasca-sarjana
Biodata
bio-data
Kilogram
kilo-gram
Kilometer
kilo-meter
seperti
pada
kata
dasar.
bi-o-gra-fi
pas-ca-sar-ja-na
bi-o-da-ta
ki-lo-gram
ki-lo-me-ter
4. Pemenggalan nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang
terdiri dari dua unsur atau lebih dilakukan diantara unsur-unsur
nama itu, dalam pemenggalan tersebut tidak perlu disertai dengan
tanda penghubung, ini dikarenakan masing-masing unsur yang
dipenggal tersebut merupakan unsur lepas. (Permendiknas,
2011:37).
Misalnya :
Nur Purnama Sari
Nur Purnama
Sari
Alfira
Puspita Dewi
Nur Indah
Mawarni
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan:
1. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambanglambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan
kata, dan penulisan tanda baca.
2. Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
3. Ada banyak sekali tata cara penulisan huruf kapital, yang kesemuanya
telah diatur dalam pedoman umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
4. Akan halnya dengan penulisan huruf besar, penulisan tanda bacapun
telah diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
B. Saran dan Kritik
1. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara dan bahasa Nasional yang
berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, untuk itu kiranya adalah
suatu keharusan bagi kita semua agar mampu memahami ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan (EYD).
2. Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan
karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR PUSTAKA