Anda di halaman 1dari 22

PERCOBAAN IV

KESADAHAN

4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kesadahan pada suatu
perairan.
4.1.2 Latar Belakang
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini.
Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama
untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air
sangat penting di dalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai
potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam menularkan atau
mentransmisikan berbagai penyakit ( Daud, 2007).
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
dalam hal ini adalah kation logam bervalensi dua. Kation-kation yang dapat
menyebabkan kesadahan terhadap air adalah Ca2+, Mg2+, Sr2+, Mn2+, dan Fe2+.
Sedangkan anion-anion yang biasa menyebabkan kesadahan dimana biasanya
berikatan dengan kationnya adalah seperti HCO3-, SO42-, Cl-, NO3-, dan terkadang
SiO32- . Kesadahan air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah
dan pembentukan batuan (Afni, 2009).
Air sadah membawa dampak negatif, yaitu menyebabkan sabun tak
berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan molekul
sabun sehingga sifat deterjen sabun hilang dan pemakaian sabun jadi lebih boros.
Selain itu, air sadah dapat menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat
katup-katup ketel karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding
atau katup ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel ait berkurang sehingga
memboroskan bahan bakar (Environmental, 2009).
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan untuk
kepentingan domestik dan industri. Nilai kesadahan juga digunakan sebagai dasar

IV-1

IV-2

pemilihan metode yang diterapkan dalam proses pelunakan. Oleh karena


pentingnya pengukuran kesadahan pada suatu perairan, maka praktikan
melakukan percobaan pengukuran kesadahan suatu perairan untuk mengetahui
kualitas perairan tersebut layak digunakan atau tidak.
.

IV-3

4.2 Dasar Teori


A. Pengertian Kesadahan
Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua).
Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan (presipitasi)
maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau
karat pada peralatan logam. Pada perairan tawar, kation divalen yang paling
berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya
ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium
berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu karbonat dan bikarbonat
(Effendi,2003).
Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium
dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah
kalsium dan magnesium.

Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion

penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat. Keberadaan kation lain,


misalnya strontium, besi valensi dua (katio ferro), dan mangan juga memberikan
kontribusi bagi nilai kesadahan total, meskipun perananya relatif kecil.
Aluminium dan besi valensi tiga (kation ferri) sebenarnya juga memberikan
kontribusi terhadap nilai kesadahan.

Namun demikian, mengingat sifat

kelarutannya yang relatif rendah dan alkalinitas dinyatakan dengan satuan yang
sama, yaitu mg/L CaCO3 (Effendi, 2003).
Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan
perairan yang berada di wilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk (top soil)
tebal dan batuan kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah
atas tipis dan batuan kapur relatif sedikit atau bahkan tidak ada. Kesadahan
diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu berdasarkan ion logam (metal) dan
berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam. Berdasarakn ion logam
(metal), kesadahan dibedakan menjadi kesadahan kalsium dan dan kesadahan
magnesium. Berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan
dibedakan menjadi kesadahan karbonat, kesadahan non-karbonat, dan kesadahan
total (Tebbut, 1992).
Kesadahan air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah
dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana

IV-4

lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentikan batu kapur. Air lunak berasal
dari daerah dimana lapisan tanah atas tipis, dan pembentukan batu kapur jarang
atau tidak ada (Sutrisno, 2006).
Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil daripada
air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/L CaCO3 dan lebih
dari 500 mg/L CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukkan domestik,
pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme daripada
air lunak. Ca dan Mg adalah dua unsur utama yang menentukan tingkat kesadahan
total air. Awalnya, kesadahan ini dikenal sebagai kapasitas ukuran air dalam
melarutkan sabun. Sabun akan dapat dengan mudah dilarutkan dengan kehadiran
ion Ca dan Mg (APHA, 1985).
B . Jenis Kesadahan Air
Kesadahan air dibedakan menjadi dua macam, yaitu kesadahan sementara
(temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara disebabkan


karena garam-garam karbonat ( CO3 ) dan bikarbonat ( HCO3 ) dari kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg). Garam karbonat merupakan garam yang tidak larut,
sedangkan garam bikarbonat merupakan garam yang larut. Garam karbonat
dengan air dan karbon dioksida di udara akan membentuk garam bikarbonat yang
larut. Oleh karena itu semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida di udara,
semakin tinggi kelarutannya, dalam bentuk reaksi berikut (Kristanto, 2002) :
CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO3)2
tidak larut

(4.1)

larut

Kesadahan air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan, dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan
mengendap, sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.
Ca(HCO3)2
CaCO3
dipanaskan

(4.2)

(mengendap)

Kesadahan tetap disebakan oleh adanya garam-garam klorida ( Cl ) dan


sulfat (SO4) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan karena garamgaram tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan (Kristanto, 2002).
Kesadahan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

IV-5

1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium (Kesadahan Total)


Kalsium dan magnesium merupakan dua anggota dari kelompok alkali logam.
Kedua struktur ini mempunyai struktur elektron dan reaksi kimia yang sama.
Besarnya kesadahan kalsium dan magnesium dapat dihitung.
2. Kesadahan Karbonat dan Non KarBonat
Kesadahan Karbonat ialah bagian kesadahan total yang secara kimia ekivalen
terhadap alkalinitas bikarbonat dan karbonat dalam air (Environmental, 2009).
Jika CaCO3 sebagai alkalinitas dan kesadahan, maka kesadahan karbonat
ditentukan sebagai berikut :

Alkalinitas > kesadahan total


Kesadahan karbonat (mg/l) = kesadahan total (mg/l)

Alkalinitas < kesadahan total


Kesadahan karbonat (mg/l) = alkalinitas (mg/l)
Kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan

kesadahan karbonat.

Kesadahan nonkarbonat = kesadahan total kesadahan

karbonat kation. Kation kesadahan nonkarbonat berikatan dengan anion-anion


sulfat nitrat (Environmental, 2009).
Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion
2
CO 3

dan

HCO 3 . Pada kesadahan non karbonat, kalsium dan magnesium

berasosiasi dengan ion

2
SO 4 , Cl, dan

NO3 . Kesadahan karbonat sangat

sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi.
Kesadahan karbonat disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti
Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Oleh karena itu, kesadahan karbonat disebut juga
kesadahan sementara. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan (Giwangkara, 2006).
Kesadahan non-karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium dan
magnesium yang berikatan dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai
kesadahan tidak berubah meskipun pada suhu yang tinggi. Kesadahan permanen

IV-6

disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO 4,
MgSO4, CaCl2 dan MgCl2. Kesadahan permanen dapat dihilangkan dengan cara
penambahan soda ash (Giwangkara, 2006).

C. Klasifikasi Nilai Standar Kesadahan


Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil
daripada air tanah.Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3
dan lebih dari 500 mg/l CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukkan domestik,
pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme daripada
air lunak.Ca dan Mg adalah dua unsur utama yang menentukan tingkat kesadahan
total air. Awalnya, kesadahan ini dikenal sebagai kapasitas ukuran air dalam
melarutkan sabun. Sabun akan dapat dengan mudah dilarutkan dengan kehadiran
ion Ca dan Mg (Saeno, 1989).
Standar kesadahan menurut WHO, 1984 bahwa:
1. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3 (-)
2. Lunak, mengandung 0 - 60 ppm CaCO3
3. Agak sadah, mengandung 60 - 120 ppm CaCO3
4. Sadah mengandung 120 - 180 ppm CaCO3
5. Sangat sadah 180 ppm keatas
(Astina, 2005).
Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan sebagai berikut:
1. Kesadahan < 50 mg/l CaCO3: lunak (soft)
2. Kesadahan 50 150 mg/l CaCO3 : menengah (moderately)
3. Kesadahan 150 300 mg/l CaCO3 : sadah (hard)
4. Kesadahan > 300 mg/l CaCO3 : sangat sadah (very hard)
(Effendi, 2003).
Satuan ukuran kesadahan ada tiga, yaitu:
1. Derajat Jerman, dilambangkan dengan D
2. Derajat Inggris, dilambangkan dengan E
3. Derajat Perancis, dilambangkan dengan F
Dari ketiganya yang sering digunakan adalah derajat Jerman, dimana 1D
setara dengan 10 mg CaO per liter. Artinya, jika suatu air memiliki kesadahan 1D
maka didalam air tersebut mengandung 10 mg CaO dalam setiap liternya
(Paranita, 2009).

IV-7

D. Metoda Penghilang Kesadahan


Metoda yang digunakan untuk menghilangkan kesadahan pada air yaitu:
1. Metoda pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+
Dibutuhkan Ca(OH)2 dan natrium karbonat sebagai pereaksinya. Hasil akhir
reaksi akan membentuk endapan CaCO3 dan MgCO3. metoda ini berlangsung
dalam waktu yang cepat, dan mempunyai efisiensi tinggi sehingga biaya yang
dikeluarkan relatif kecil (Environmental, 2009).
2. Metoda pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan ion Na+, K+, H+
Dibutuhkan instalasi yang lengkap. Reaksi berlangsung dalam waktu yang
sangat cepat yaitu dalam hitungan menit, namun metoda ini membutuhkan
biaya yang sangat tinggi sehingga hanya dipakai dalam industri penggolahan
air ketel (Environmental, 2009).
E. Nilai Kesadahan
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan untuk
kepentingan domestik dan industri. Nilai kesadahan tidak memiliki implikasi
langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat
sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium
dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut
Pertama tama kita mencari nilai faktor setiap indikator baik EBT maupun
murexida sebelum menghitung nilai kesadahan rumusnya adalah :
Faktor EDTA-EBT = 10/VEDTA
(4.3)
Setelah mendapat nilai faktor, kita dapat menghitung nilai kesadahan total yang
rumusnya adalah :
Kesadahan Total

1000
1
V sampel
x ml EDTA x
x Faktor EDTAEBT x
V sampel
28
2

(4.4)
Selain kesadahan total kita juga dapat mengitung kesadahan kalsimu yang
rumusnya sebagai berikut :
Kesadahan
(4.5)

Ca

1000
1
V sampel
x ml EDTA x
x Faktor EDTAMurexida x
..
V sampel
28
2

IV-8

Setelah didapat nilai kesadahan total dan kesadahan kalsium, kita dapat
menghitung nilai kesadahan magnesium yang rumusnya adalah :
Kesadahan Magnesium = Kesadahan Total - Kesadahan Kalsium

(4.6)

(Tebbut, 1992).
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan untuk
kepentingan domestik dan industri. Nilai kesadahan tidak memiliki implikasi
langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat
sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium
dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut.
Misalnya, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan dengan kesadahan rendah
dapat mematikan ikan. Akan tetapi, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan
dengan kesadahan 150 mg/liter CaCO3 terbukti tidak berbahaya bagi ikan. Nilai
kesadahan juga digunakan sebagai dasar pemilihan metode yang diterapkan dalam
proses pelunakan (Giwangkara, 2006).
F. Kerugian Nilai Kesadahan
Air sadah juga tidak menguntungkan/ menganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun
harus bereaksi lebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang
terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan
permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun,
tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis
pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan
pembilasan oleh air (Achmad, 2004).
Air sadah tidak membahayakan kesehatan. Pada kenyataannya, meminum
air sadah pada umumnya mengkontribusi sejumlah kecil kalsium dan magnesium
yang diperlukan manusia. Para peneliti telah mempelajari kesadahan air dan
tingkat

kematian

akibat

penyakit

kardiovaskular.

Beberapa

penelitian

menunjukkan adanya korelasi antara air sadah dan kematian akibat penyakit
kardiovaskular yang lebih rendah. Namun, beberapa penelitian lainnya tidak
menunjukkan adanya korelasi tersebut sehingga belum ada kesimpulan mengenai
kaitan antara air sadah dengan tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular
yang lebih rendah (Afni, 2009).

IV-9

Air sadah membawa dampak negatif, yaitu menyebabkan sabun tak berbusa
karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan molekul sabun
sehingga sifat deterjen sabun hilang dan pemakaian sabun jadi lebih boros. Dan
menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena
terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya
hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga memboroskan bahan bakar
(Environmental, 2009).
G. Titrasi Kompleksometri
Titrasi

kompleksometri

yaitu

titrasi

berdasarkan

pembentukan

persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),


Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
(Khopkar, 2002 dalam Taufik, 2009).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah
anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar, 2002 dalam Taufik, 2009).
H. EDTA dan Perubahannya Terhadap Indikator
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang

IV-10

mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator
ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logamEDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam
dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat.
Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam
harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap
ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T.
Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Baik kalsium atau magnesium dapat bereaksi dengan EDTA membentuk
senyawa kompleks. Apabila dalam suatu sampel air terdapat ion-ion magnesium
saja kemudian ditambahkan indikator EBT maka ion magnesium (II) akan
mengikat indikator EBT. (H3In) menghasilkan kompleks berwarna merah (MgIn), apabila larutan magnesium dititrasi dengan EDTA maka kompleks Mg-In
akan terputus dan membentuk kompleks Mg-EDTA yang lebih stabil daripada
kompleks Mg-In, sedangkan In berada dalam keadaan bebas berwarna biru. Titrasi
dihentikan ketika warna biru jelas telah terbentuk (Rachman, 2009).
Ion kalsium(II) juga dapat bereaksi dengan EBT menghasilkan kompleks
Ca-In, tetapi kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-

IV-11

In. Sebaliknya kompleks Ca-EDTA lebih stabil jika dibandingkan dengan


kompleks Mg-EDTA. Ini berarti bahwa jika dalam larutan hanya terdapat ion
kalsium(II), dan kemudian dititrasi dengan EDTA maka perubahan warna akan
terjadi jauh sebelum titik akhir tercapai. Untuk mengatasi kekurangan ini maka
pada analisis kalsium ditambahkan sedikit magnesium yang akan mengikat
indikator lebih stabil (Rachman, 2009).
I. Murexida dan EBT
Mureksida adalah garam amonium dari asam purpurat. Larutan-larutan
mureksida berwarna violet kemerahan sampai pH = 9, violet dari pH 9 sampai pH
11, violet biru (atau biru) di atas pH 11. Perubahan warna ini disebabkan oleh
penyingkiran proton secara berangsur-angsur dari gugus imido. Karena mureksida
memiliki empat gugus imido maka dapat dinyatakan sebagai H4D-. Hanya dua
dari keempat hidrogen yang bersifat asam ini dapat disingkirkan dengan
menambahkan suatu alkali hidroksida. Anion H4D- dapat menerima satu proton
dengan menghasilkan asam purpurat yang kuning dan stabil pada pH sekitar nol.
Warna kompleks Ca dengan mureksida dalam larutan basa ialah merah. Warna ini
sedikit bervariasi dengan berubahnya pH larutan.Mureksida dapat digunakan
untuk titrsai langsung dengan kalsium pada pH = 11. Perubahan warna pada titik
akhir adalah dari merah menjadi violet-biru tetapi jauh dari ideal (Basset, 1994
dalam Afni, 2009).

IV-12

4.3 METODOLOGI PERCOBAAN


4.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
Gelas ukur 25 ml
Gelas beaker 500 ml
Buret 50 ml
Propipet
Pipet tetes
Pipet ukur 1 ml
Labu Erlenmeyer 50 ml
Statif
Sudip

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10. Cawan
4.3.2

Rangkaian Alat
Keterangan :
1. Statif
2. Penjepit Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer
2.
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Titrasi

4.3.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :


Larutan standar kalsium (CaCO3)
Larutan buffer pH 10 dan 12
Indikator EBT
Indikator Murexida
Larutan EDTA 0,1 M
Akuades
Sampel air (air sumur daerah Loktabat dan air sumur daerah Martapura)

4.3.4

Cara Kerja

4.3.4.1 Standarisasi Larutan EDTA 0,1 M


A. Menggunakan Indikator EBT
1. Diambil dan masukkan 10 ml larutan standar kalsium ke dalam labu
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.

IV-13

3. Ditambahkan indikator EBT.


4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga cairan berubah warna ungu
menjadi biru laut.
5. Dicatat volume larutan EDTA yang digunakan.
B. Menggunakan Indikator Murexida
1. Diambil dan masukkan 10 ml larutan standar kalsium ke dalam labu
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 12.
3. Ditambahkan indikator murexida.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga cairan berubah warna dari merah
menjadi ungu.
5. Dicatat volume larutan EDTA yang digunakan.
4.3.2.1 Pengukuran Sampel
A. Pengukuran Kesadahan Total
1. Diambil dan masukkan 25 ml sampel air ke dalam labu erlenmeyer
menggunakan gelas ukur.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10.
3. Ditambahkan indikator EBT.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga cairan berubah warna menjadi
biru laut.
5. Dicatat volume larutan EDTA yang digunakan.
B. Pengukuran Kesadahan Kalsium
1. Diambil dan masukkan 25 ml sampel air ke dalam labu erlenmeyer
menggunakan gelas ukur.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 12.
3. Ditambahkan indikator murexida.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga cairan berubah warna menjadi
ungu.
5. Dicatat volume larutan EDTA yang digunakan

IV-14

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.4.1 Hasil Pengamatan
4.4.1.1 Standarisasi Larutan EDTA 0,1 M
Tabel 4.1 Standarisasi Menggunakan Indikator EBT
No
1

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan larutan standar

Hasil
10 ml

kalsium ke dalam labu erlenmeyer


2

Menambahkan larutan buffer pH 10

Menambahkan indikator EBT

1 ml

Biru Laut
4

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M


hingga cairan berubah warna (seharusnya dari
ungu menjadi biru laut)

Mencatat

volume

larutan

EDTA

Ungu
yang Vtitrasi = 5 ml

digunakan

Tabel 4.2 Standarisasi Menggunakan Indikator Murexida


No
1
2
3

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan larutan standar

Hasil
10 ml

kalsium ke dalam labu erlenmeyer


Menambahkan larutan buffer pH 12
Menambahkan indikator murexida

1 ml

Ungu

IV-15

Menitrasi dengan larutan EDTA 1/28 N


hingga cairan berubah warna (seharusnya dari
merah menjadi ungu)

Mencatat

volume

larutan

EDTA

Ungu Pekat
yang
Vtitrasi = 5 ml

digunakan
4.4.1.2 Pengukuran Kesadahan Sampel Air
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kesadahan Total Air Sungai Martapura
No
1

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan sampel air ke

Hasil
10 ml

dalam labu erlenmeyer menggunakan gelas


2
3

ukur
Menambahkan larutan buffer pH 10
Menambahkan indikator EBT

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga

1 ml

Biru
cairan berubah warna (seharusnya dari ungu
menjadi biru laut)

Mencatat

volume

larutan

EDTA

Ungu bening
yang
Vtitrasi = 2 ml

digunakan

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kesadahan Kalsium Air Sungai Martapura


No
1

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan sampel air ke

Hasil

dalam labu erlenmeyer menggunakan gelas

10 ml

ukur

IV-16

Menambahkan larutan buffer pH 12

1 ml

Menambahkan indikator murexida

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga

Ungu pekat
cairan berubah warna (seharusnya dari merah
muda menjadi ungu)

Mencatat

volume

larutan

EDTA

Ungu terang
yang
Vtitrasi = 20 ml

digunakan

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kesadahan Total Air Sumur Loktabat


No
1

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan sampel air ke

Hasil
10 ml

dalam labu erlenmeyer menggunakan gelas


2
3

ukur
Menambahkan larutan buffer pH 10
Menambahkan indikator EBT

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga

1 ml

Ungu
cairan berubah warna (seharusnya dari ungu
menjadi biru laut)

Mencatat
digunakan

volume

larutan

EDTA

yang

Biru laut
Vtitrasi = 2 ml

IV-17

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kesadahan Kalsium Air Sumur Loktabat


No
1

Langkah Percobaan
Mengambil dan memasukkan sampel air ke

Hasil
10 ml

dalam labu erlenmeyer menggunakan gelas


ukur
Menambahkan larutan buffer pH 12

2
3

1 ml

Menambahkan indikator murexida

Ungu pekat
4

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M hingga


cairan berubah warna (seharusnya dari merah
muda menjadi ungu)

Mencatat

volume

larutan

EDTA

Ungu terang
yang Vtitrasi = 10 ml

digunakan

4.4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan perhitungan kesadahan total, kesadahan
kalsium dan kesadahan magnesium pada sampel-sampel air berupa air sungai
daerah Martapura, air sumur daerah Loktabat dan . Percobaan kesadahan kali ini
menggunakan titrasi kompleksiometri EDTA dengan indikator EBT dan
Murexida.

Titrasi kompleksiometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan

persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).


Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Prinsip pengukurannya
berdasarkan kemampuan senyawa EDTA membentuk senyawa kompleks dengan
kalsium dan magnesium dengan kondisi pH tertentu.
1.Fungsi Standarisasi Larutan EDTA 0,1 M

IV-18

a. Menggunakan Indikator EBT


Pengukuran kesadahan pada sampel air, pertama-tama dilakukan
standarisasi terhadap larutan EDTA 0,1 M. Hal ini dilakukan karena larutan
standar EDTA 0,1 M akan digunakan untuk mentitrasi sampel air yang akan diuji.
Pengukuran standarisasi larutan EDTA 0,1 M pada percobaan ini dilakukan
dengan mengunakan dua indikator. Indikator yang digunakan adalah indikator
EBT dan indikator murexida.
Proses standarisasi pada larutan EDTA 0,1 M ini menggunakan larutan
kalsium yang dititrasi dengan larutan EDTA 0,1 M. Standarisasi dengan
menggunakan indikator EBT yaitu dengan penambahan indikator EBT
(Eriochrom Black T) ke dalam larutan kalsium secukupnya sampai berubah
warna, untuk menentukan titik akhir titrasi. Indikator EBT merupakan salah satu
indikator logam dengan range pH 7-11. Selain menggunakan indikator EBT,
ditambahkan pula larutan buffer pH 10 sebanyak 1 ml. Penggunaan larutan buffer
pH 10, karena sudah jelas bahwa indikator EBT hanya ditemukan pada range pH
7-11. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 0,1 M sehingga warna
cairah berubah menjadi biru menjadi ungu. Seharusnya perubahan warna cairan
adalah dari warna ungu menjadi biru laut tetapi pada percobaan perubahan warna
sebaliknya.
Konsentrasi EDTA yang digunakan dapat berpengaruh pada penentuan
kadar kalsium (Ca), karena besar konsentrasi tersebut sama dengan berat larutan
logam tersebut, yang nantinya akan berpengaruh di dalam proses perhitungan
kadar Ca. Volume EDTA yang digunakan untuk mentitrasi larutan kalsium
tersebut sebanyak 5 ml. Dengan mengetahui banyaknya volume EDTA yang
digunakan kita dapat menentukan faktor

EDTA-EBT

. Faktor

EDTA-EBT

ini akan

digunakan untuk menghitung kesadahan total pada sampel air. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa nilai faktor

EDTA-EBT

dari standarisasi larutan

kalsium dengan indikator EBT ini adalah 2.


b. Menggunakan Indikator Murexida
Standarisasi selanjutnya selain menggunakan indikator EBT adalah
standarisasi dengan menggunakan indikator murexida. Larutan buffer yang
ditambahkan memiliki pH 12 sebanyak 1 ml. Pada percobaan ini indikator

IV-19

murexida yang ditambahkan pada larutan kalsium yang akan dititrasi dengan
larutan EDTA 0,1 M secukupnya sampai warna berubah. Dengan penambahan
indikator murexida ini warna larutan kalsium berubah menjadi warna ungu
menjadi ungu pekat. Seharusnya perubahan warna cairan adalah dari warna ungu
menjadi warn biru tetapi, perubahan warna yang terjadi adalah dari warna ungu
menjadi ungu pekat.
Titrasi dilakukan terhadap larutan kalsium yang berubah warna ungu tadi
hingga terjadi perubahan warna yaitu ungu pekat. Dari titrasi didapatkan volume
EDTA 0,1 M yang digunakan 5 ml. Dengan mengetahui volume EDTA 0,1 m
yang digunakan dapat ditentukan nilai faktor EDTA-Murexida.
Penentuan nilai faktor EDTA-Murexida ini dilakukan untuk mengitung
kesadahan kalsium pada sampel air yang akan di uji. Dari hasil perhiungan
didapatkan bahwa nilai faktor

EDTA-Murexida

dari standarisasi larutan EDTA 0,1 M

dengan menggunakan indikator murexida ini adalah sebesar 2.


2.Pengukuran Sampel
a. Kesadahan Total
Pengukuran kesadahan total pada sampel air ditujukan untuk mengetahui
apakah sampel air tersebut mengalami kesadahan yang berasal dari ion kalsium.
Pengukuran kesadahan ini menggunakan sampel air sumur Martapura dan air
sumur loktabat sebanyak 25 ml yang ditambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak
1 ml. Penambahan indikator ini tidak menyebabkan perubahan warna pada sampel
air (bening).
Sampel air yang telah ditambahkan dengan larutan buffer pH 10 sebanyak
1 ml tadi ditambahkan indikator EBT secukupnya sampai berubah warna biru
untuk sampel air sumur Martapura dan warna ungu untuk sampel air loktabat
selanjutnya dititrasi dengan menggunakan larutan EDTA 0,1 M sehingga terjadi
perubahan warna menjadi biru laut untuk air sumur loktabat dan warna ungu
bening pada air sumur Martapura. Perubahan warna pada sampel air sumur
Martapura tidak sesuai karena perubahan warna larutannya dari warna biru
menjadi ungu bening padahal seharusnya perubahan warnanya adalah dari warna
ungu menjadi warna biru. Fungsi dari larutan buffer pH 10 ini adalah untuk
mencegah terjadinya perubahan pH yang diakibatkan oleh terbentuknya ion H +.

IV-20

Banyaknya EDTA yang digunakan merupakan volume titrasi yang akan


digunakan pada saat perhitungan kesadahan total pada sampel air tersebut.
Percobaan ini didapatkan volume EDTA 0,1 M yang digunakan untuk
mentitrasi sampel air sumur tersebut. Titrasi sampel air sumur Martapura
menggunakan larutan EDTA 0,1 M sebanyak 2 ml dan untuk titrasi sampel air
Loktabat sebanyak 2 ml. Dengan volume yang demikian didapatkan dari hasil
perhitungan bahwa nilai kesadahan total dari air sumur Martapura sebesar 71,42
ppm CaCO3 dan hasil perhitungan kesadahan total air sumur Loktabat sebesar 71,42
ppm CaCO3.
Dari hasil perhitungan tadi diketahui bahwa berdasarkan Standar
kesadahan menurut WHO, air sumur Martapura agak sadah karena nilai
kesadahan totalnya adalah 71,42 ppm CaCO3, karena standar kesadahan menurut
WHO air dikatakan agak sadah apabila mengandung 60 - 120 ppm CaCO 3. Untuk
air sumur Loktabat nilai kesadahan totalnya adalah 71,42 ppm CaCO3 yang artinya
air sumur Loktabat agak sadah karena rentangnya 60 - 120 ppm CaCO3.
b. Kesadahan Kalsium
Pengukuran kesadahan kalsium terhadap sampel air ini digunakan untuk
mengetahui nilai keasadahan yang diakibatkan ion kalsium terhadap sampel air
sumur yang digunakan. Dalam pengukuran kesadahan kalsium ini digunakan
larutan buffer dengan pH 12 sebanyak 1 ml dan sedikit indikator murexida yang
ditambahkan ke dalam sampel air sumur Martapura dan Loktabat sebanyak 25 ml.
Penggunaan larutan buffer dengan pH 12 disebabkan karena indikator murexida
hanya bereaksi dengan pH yang bersifat alkalinitas atau pH tinggi. Penambahan
indikator murexida ke dalam sampel air mengakibatkan sampel air sumur baik air
sumur Martapura maupun air sumur Loktabat berubah warna menjadi ungu pekat.
Percobaan ini juga menggunakan larutan EDTA 0,1 M untuk mentitrasi sampel
air. Titrasi dilakukan hingga warna sampel air berubah menjadi ungu bening.
Perubahan warna pada kedua air sumur baik Martapura maupun Loktabat setelah
penambahan indicator murexida dan titrasi dengan larutan EDTA 0,1 M tadi tidak
sesuai, karena seharusnya perubahan warnanya adalah dari warna merah menjadi
ungu. Volume larutan EDTA 0,1 M yang digunakan atau volume titrasi EDTA
terhadap sampel air digunakan untuk perhitungan kesadahan kalsium sampel air.

IV-21

Hasil percobaan menunjukkan bahwa volume larutan EDTA 0,1 M yang


digunakan untuk mentitrasi sampel air sumur Martapura sebanyak 2 ml dan untuk
sampel air sumur Loktabat sebanyak 3 ml. Hasil ini digunakan untuk perhitungan
kesadahan kalsium, dan didapatkan untuk sampel air sumur Martapura kesadahan
kalsiumnya sebesar 71,42 ppm CaCO3. Menurut standar kesadahan menurut
WHO, sampel air Martapura agak sadah karena mengandung nilai kesadahannya
antara rentang 60 - 120 ppm CaCO 3. Hasil perhitungan untuk sampel air sumur
Loktabat adalah 107,14 ppm CaCO3. Menurut standar kesadahan menurut WHO,
sampel air Loktabat agak sadah karena mengandung nilai kesadahannya antara
rentang 60 - 120 ppm CaCO3.
3. Perbandingan Nilai Kesadahan
Berdasarkan penelitian dan perhitungan didapatkan nilai kesadahan total
dan kalsium pada sampel air sumur Martapura dan Loktabat. Untuk sampel air
Banjarbaru dan Cempaka didapatkan dari data sekunder yang ada. Berikut adalah
nilai kesadahan total dan kalsium pada masing masing sampel air yang dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Perbandingan Nilai Kesadahan
No
1
2
3
4

Sampel
Air Sumur Martapura
Air Sumur Loktabat
Air Sumur Banjarbaru
Air Sumur Cempaka

Kesadahan (ppm CaCO3)


Total
71,42
71,42
89,28
44,64

Kalsium
71,42
107,14
44,64
22,32

Berdasarkan standar kesadahan air menurut WHO, maka diketahui


kesadahan tertinggi terdapat pada air sumur Banjarbaru yang dikatagorikan sadah
tingkat agak sadah karena berada pada nilai kesadahan 89,28 ppm CaCO3 dan
kesadahan terendah terdapat pada air sumur Cempaka yang dikategorikan lunak
karena berada pada nilai 44,64 ppm CaCO3.

IV-22

4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1.

Nilai kesadahan total sampel air sumur martapura adalah 71,42 ppm CaCO3
dan air sumur loktabat 71,42 ppm CaCO3

2.

Nilai kesadahan kalsium sampel air sumur martapura adalah 71,42 ppm CaCO 3
dan air sumur loktabat 107,14 ppm CaCO

4.5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan dalam percobaan ini adalah sebelum
melakukan praktikum, hendaknya praktikan memahami prosedur kerja
agar percobaan lebih efektif serta efisien. Dalam praktikum, sebelum dan
sesudah melakukan percobaan di harapkan praktikan tetap menjaga
kebersihan alat-alat gelas dan tempat praktikan bekerja atau melakukan
percobaan. Dalam membaca dan mengamati hasil percobaan di harapkan
praktikan lebih teliti, misalnya dalam pengukuran dan perhitungan nilai
kesadahan.

Anda mungkin juga menyukai