Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING


SEBAGAI PROFESI

BIMBINGAN DAN KONSELING


SEBAGAI PROFESI

A. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, baik di bidang tekhnologi maupun ilmu
pengetahuan sekarang ini, tidak hanya memperudah kita dalam kehidupan. Namun
dibalik kemudahan-kemudahan dalam kehidupan ini, tetap saja ada efek negative
dari itu semua. Salah satunya dibidang psikologi, banyak kasus-kasus psikologi yang
muncul yang dialami masyarakat sekarang.
Untuk menanggulangi permasalahan yang muncul maka ilmu pengetahuan
yang mengempuni dalam pemecahan permasalahan psikologi iut tentunya ilmu-ilmu
ynag berhubungan dengan psikologi manusia. Makanya sekarang lagi marak ahli-ahli
yang professional dibidang psikologi. Salah satunya profesi BK yang tidak hanya
menjadi BK pendidikan tetapi juga BK-BK yang lainnya.
Untuk itu, agar menjadi ahli dibidang BK maka harus mempelajari terlebih
dahulu tentang hakikat BK terlebih dahulu.
A. PENGERTIAN PROFESI
Istilah profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti
profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan
beberapa istilah dan ciri-ciri profesi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut
profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara
khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu
profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara
terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi
bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual.

Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian,
dan persiapan akademik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus
serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya
dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan
kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam
melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan
teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Profesi mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya
dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apa saja dan siapa saja
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna
memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara
yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup
sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan
adalah profesi. Seorang petugas staf administrasi bisa berasal dari berbagai latar
ilmu, namun tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang
membutuhkan pendidikan khusus. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang
mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak didapatkan pada
pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah
dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
C. CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, di mana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
6. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi
D. PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi yang
dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun, berhubung dengan
perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini
pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang
diharapkan. Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu
dikembangkan, bahkan diperjuangkan.
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui
standardisasi unjuk kerja profesional konselor dan standardisasi penyiapan konselor.
1. Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor
Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan mampu berkomunikasi dan
berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling semata-mata diarahkan kepada pemberian bantuan berkenaan dengan
upaya pemecahan masalah dalam arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan
anggapan yang keliru.
Berbagai jenis bantuan dan kegiatan menuntut adanya unjuk kerja profesional
tertentu. Di Indonesia memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja profesional
konselor yang standar. Usaha untuk merintis terwujudnya rumusan tentang unjuk
kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) pada
Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya ini lebih dikonkretkan lagi
pada Konvensi Nasional VIII di Padang (1991).

2. Standardisasi Penyiapan Konselor


Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor memiliki wawasan
dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan
ketrampian yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan
konselor itu dilakukan melalui program pendidikan prajabatan, program penyetaraan,
ataupun pendidikan dalam jabatan (seperti penataran). Khusus tentang penyiapan
konselor melalui program pendidikan dalam jabatan, waktunya cukup lama, dimulai
dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan mengikuti program
sampai para lulusannya diwisuda. Program pendidikan pra jabatan konselor adalah
jenjang pendidikan tinggi.
Untuk pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang didasarkan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu, maka pengetahuan, sikap dan ketrampilan
konselor yang (akan) ditugaskan pada sekolah tertentu itu perlu disesuiakan dengan
berbagai tuntutan dan kondisi sasaran layanan, termasuk umur, tingkat pendidikan,
dan tahap perkembangan anak.
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PROFESI BK
1.

Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, kebebasan


memilih, dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks kemaslahatan
umum:
-

Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai


makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi;

Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan


konseli pada khususnya;

Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada


khususnya;

Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;

Toleran terhadap permsalahan konseli,

2. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling :


-

Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya;

Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran;

Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan

4. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang,


dan jenis satuan pendidikan:
-

Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan


formal, non formal, dan informal;

Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan


umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus;
4

Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan


usia dini, dasar dan menengah.

E. KOMPONEN PROFESI KONSELOR


1. ILMU PENDIDIKAAN
Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari
keseluruhan kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan konseling, karena
konselor digolongkan ke dalam kualifikasi pendidik; dan oleh karenanya pula
kualifikasi akademik seorang konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan.
Atas dasar keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan baik kaidah-kaidah
keilmuan pendidikan sebagai dasar dalam memahami peserta didik (sebagai sasaran
pelayanan konseling) dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan
dijalani peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam hal ini proses
konseling tidak lain adalah proses pembelajaran yang dijalani oleh sasaran layanan
bersama konselornya. Dalam arti yang demikian pulalah, konselor sebagai pendidik
diberi label juga sebagai agen pembelajaran.
2. SUBSTANSI PROFESI KONSELING
Di atas kaidah-kaidah ilmu pendidikan itu konselor membangun substansi
profesi konseling yang meliputi objek praktis spesifik profesi konseling, pendekatan,
dan teknologi pelayanan, pengelolaan dan evaluasi, serta kaidah-kaidah pendukung
yang diambil dari bidang keilmuan lain. Semua subtansi tersebut menjadi isi dan
sekaligus fokus pelayanan konseling. Secara keseluruhan substansi tersebut sebagai
modus pelayanan konseling.
Objek praktis spesifik yang menjadi fokus pelayanan konseling adalah
kehidupan efektif sehari-hari (KES). Dalam hal ini, sasaran pelayanan konseling
adalah kondisi KES yang dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi kehidupan
efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian, pelayanan konseling
pada dasarnya adalah upaya pelayanan dalam pengembangan KES dan
penanganan KES-T.
Berkenaan dengan pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi
pelayan konseling, konselor wajib menguasai berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukungnya dengan landasan teori, acuan praksis, standar prosedur operasional
(SPO), serta implementasinya dalam praktik konseling. Pendekatan dan teknologi,
pengelolaan dan evaluasi pelayanan itu perlu didukung oleh kaidah-kaidah keilmuan
dan teknologi seperti psikologi, sosiologi, teknologi- informasi-komunikasi sebagai
alat untuk lebih menepatgunakan dan mendayagunakan pelayanan konseling.

3. PRAKTIK PELAYANAN KONSELING


Praktik pelayanan konseling terhadap sasaran pelayanan merupakan puncak
dari keberadaan bidang konseling pada setting tertentu. Mutu pelayanan konseling
diukur dari penampilan praktik pelayanan oleh konselor terhadap sasaran pelayanan.
Pada setting satuan pendidikan misalnya, mutu kinerja konselor di sekolah/
madrasah dihitung dari penampilannya dalam praktik pelayanan konseling terhadap
siswa yang menjadi tanggung jawabnya.
F. KESIMPULAN
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian,
dan persiapan akademik. Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu
melekat pada profesi, yaitu ; Adanya pengetahuan khusus, Adanya kaidah dan
standar moral yang sangat tinggi, Mengabdi pada kepentingan masyarakat, Ada izin
khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui
standardisasi untuk kerja profesional konselor dan standardisasi penyiapan konselor.

Anda mungkin juga menyukai