Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-menerus,
tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk ganguan isi pikiran. Pasien
meyakini bahwa dirinya adalah seperti ada yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemuui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia
Dukungan
lingkungan
lingkungannya
sekitar
menyebabkan
yang
pasien
mempercayai
merasa
(keyakinan)
didukung,
pasien
dalam
lama-kelamaan
pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien
lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada
pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa
lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain.
Klasifikasi Waham
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..
atau Saya punya beberapa perusahaan multinasional.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Saya sakit menderita
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap kecuali pada
pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi
dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham
spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya, keputusan
yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku
masa lalu, masa sekarang, dan yang direncanakan.
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
Kriteria Evaluasi
Setelah .x pertemuan,
lingkungan
Menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
pasien
dapat
memenuhi
kebutuhannya
kebutuhannya
Mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
Setelah x pertemuan keluarga mampu :
-
Ah Yusuf, Rizky Fitryasari, Hanik Endang Nihyati, 2015, Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta
ASKEP HDR
1. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (DEPKES
RI, 1996).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Tonsend, 1992)
Konsep diri adalah semua pikiran kepercayaan dan keyakinan yang diketahui tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dengan lama berhubungan dengan orang lain (Stuatd,
Sundeent, 1991).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a.
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
b.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c.
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart &
Sundeen, 1998.
2. ETIOLOGI
Tonsen 1998 mengemukakan bahwa penyebab HDR adalah :
a.
b.
c.
d.
Menurut Stuard dan Sundeent factor predisposisinya adalah penolakan orang tua atau
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang-ulang, tanggung jawab personal,
ketergantungan kepada orang lain dan ideal diri tidak realistis.
Sedangkan faktor predisposisinya adalah dapat bersumber dari internal ataupun eksternal,
yaitu :
1. Trauma seperti penganiayaan, syok psikologi maupun fisik
2. Ketegangan peran karena posisi atau peran yang diharapkan dimana individu mengalami
frustasi.
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak
merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua
yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri,
sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal menerima
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan
kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa
menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen,
1991)
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak tepat,
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri
(Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang
dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.
Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a.
Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbedabeda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b.
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan
ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan.
c.
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a.
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena privasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b.
Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.
3. RENTANG RESPON
Rentang respon HDR berfluktuasi dari rentang adaptif sampai rentang maladaptive
(Stuard dan Sudeent 1998)
Respon adaptif
Aktualis
asi diri
Konse
p Diri
+
Respon maladaptif
Harga
Diri
Rendah
Kekacau Depersonali
an
sasi
Identitas
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma. Respon adaptif meliputi :
a. Aktualisasi Diri : pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang sukses
b. Konsep diri positif : Klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan
dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai
suatu masalah sesuai norma-norma social dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang
merupakan respon maladaptive
Respon maladaptive :
a. Harga Diri Rendah : Transisi antara adaptif dan maladaptive sehingga individu cenderung
berfikir kearah negative
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada
kanker
2)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6)
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi
pertahanan jangka pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart dan Sundeen,
1998 )
1). Pertahanan Jangka Panjang
a). Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misalnya menonton
televisi terus menerus, bekerja keras.
b). Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut serta dalam
aktivitas kelompok sosial, keagamaan atau politik.
c). Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya ikut pertandingan
olahraga secara kompetitif, pencapaian akademik, kontes mendapatkan popularitas.
d). Aktivitas mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat.
2). Pertahanan Jangka Pendek
a). Penutupan identitas, yaitu cepat mengadopsi identitas yang disenangi orang-orang yang
berarti tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.
b). Identitas negatif, yaitu penilaian negatif yang bertentanagn dengan nilai dan harapan
masyarakat.
3). Pertahanan Ego
a). Fantasi, yaitu kemampuan menggunakan tanggapan tanggapan yang dimiliki untuk
menetapkan tanggapan baru.
perasaan
dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi
kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan
obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas
terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan
( Seraquel, 2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual
atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan
padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi
berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan
perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
7. PENGKAJIAN
8. DIAGNOSA
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a. Gangguan harga diri rendah
Kriteria Evaluasi
Setelah .x pertemuan klien mampu :
dimiliki
Menilai kemampuan yang dapat digunakan
Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan
Melatih kegiatan
kemampuan
Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
yang
sudah
dipilih,
sesuai
yang dimiliki
Memiliki kemampuan yang dapat digunakan
Memilih kegiatan sesuai kemampuan
Melaksanakan kegiatan yang sudah dipilih
Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
Keluarga mampu :
Merawat pasien dengan harga diri rendah dirumah dan
pasien
Menyediakan fasilitas untuk pasien melakukan
kegiatan
Mendorong pasien melakukan kegiatan
Memuji pasien, saat pasien dapat melakukan
kegiatan
Membantu melatih pasien
Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien
Membantu perkembangan pasien
Kriteria Evaluasi
Setelah.x pertemuan klien mampu :
-
SP1
-
orang lain
Melakukan interaksi dengan orang lain secara
Ide
Ta
-
bertahap
-
La
-
- Ma
SP2
SP3
Keluarga mampu :
SP1
tentang :
-
pasien
Penyebab isolasi social
Sikap keluarga untuk membantu pasien
putus obat
Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
SP2
SP3
SP4
-
10. IMPLEMENTASI
11. EVALUASI
Stuart.W.G&Sundeen J.S 1998, Principles and Practise of Nursing, Mosby Year Book Perawatan
Psikiatrik, DEPKES RI, Jakarta
Carpenito, L,J 1998. Buku Saku Keperawatan (Terjemahan).EGC. Jakarta
Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc
Stuart.G.W&Sundeen S.J.1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).Ed 3.EGC.Jakarta