Anda di halaman 1dari 4

OLAH BATHIN: KEMISKINAN DAN KEKAYAAN.

Malam terasa makin larut walau jam di Android baru menujukkan pukul
21.00 WIB. Ku coba membuka youtube di computer yang ada di meja.
Pencarian terhenti saat ku menemukan sebuah video yang telah dilihat lebih
dari 3 juta orang. Penghafal al quran sejak kecil. Lantunan ayat-ayat al quran
dari suaranya begitu merdu nan elok Abdel Rahman AlOssi.
Surah yang dibacakan Surah Al-Haqqah surah ke 69. Badan ini merinding
dikehiningan malam mendengarkan lantunan yang begitu merdu. Tak terasa
mata ini terasa sembab. Rasanya sudah lama rasanya ku tak menyentuh kitab
suci ku.
Ampuni aku Ya Allah.
Ku coba menyentuhnya dan membuka ayat yang dibacakan Abdel Rahman
AlOssi. Ku baca terjemahannya. Ku terhenti di ayat 27 dan 28:
Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu.
Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku.
Yah harta, bukan kah harta selama ini yang manusia kejar. Mengejarnya
dengan penuh ambisi dan keserakahan. Bahkan berbagai cara dilakukan untuk
itu. Ironis memang. Harta dengan jumlah yang sangat fantastis Rp. 200 M,
masih juga diupayakan dengan cara penggandaan walau dengan cara-cara
yang tidak halal. Apakah kita telah terjebak kepada ketamakan untuk terus
mengejar lebih banyak lagi demi kepentingan diri sendiri?
Boleh jadi diriku juga termasuk pengejar harta duniawi. Maafkan aku Ya
Rabb, Ampuni aku Ya Rabb. Tunjuki aku ke jalan yang lurus.
Kulanjutkan kembali membaca terjemahan surah Al-Haqqah surah ke 34:
Dan Juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang
miskin.
Ku merenugi atas diriku. Begitu banyak orang miskin yang ada
disekitarku. Secara materi boleh jadi mereka miskin, tapi kebahagian mereka
bisa lebih bahagia dari orang-orang yang bergelimang dengan harta kekayaan.
Sering ku membayangkan mereka begitu bahagianya berlarian ke sana ke mari
di atas trotoar jalanan. Bermandikan air hujan.
Ada rasa syukur yang mendalam ketika melihat mereka. Ku diberikan
kecukupan materi untuk menghidupi keluarga. Ku selalu belajar untuk
bersyukur dalam segala keadaan. Ketika dalam diri terus merasa kekurangan
boleh jadi telah membawa diri ini untuk melupakan segalanya kecuali terus
mengejar harta siang dan malam. Terkadang dalam menjalani kehidupan dunia
Page
1

sering kali aku lupa membangun hubungan dengan Tuhan. Lupa untuk
bersyukur. Ampunia aku Tuhan.
Aku tersadar dari lamunan dan khayalanku saat nada pesan di WA
berbunyi . Saya coba membuka dan membacanya, sungguh menggungah jiwa
ini akan keberadaanku dalam dunia ini yang hanya sesaat. Pesan tersebut
menjadikan diriku untuk menginstropeksi dan bermuhasabah.
Lahirdilakukan oleh orang lain
Nama diberikan oleh orang lain
Pendidikan diajar oleh orang lain
Gaji diberikan orang lain
Kehormatan diberikan orang lain
Mandi pertama dan terakhir dilakukan oleh orang lain
Harta seteleh meninggal diambil oleh orang lain
Pemakaman dikubur oleh orang lain
JADI APA KEHEBATAN DIRIKU KOK HARUS MEMPUNYAI RASA EGO DAN
SOMBONG..?!.

Malang, 6 Oktober 2016

OLAH RASA: MEMBINGKAI KEMISKINAN DAN


KEKAYAAN DARI LENSA KAMERA
Page
2

(Semua foto yang ditampilkan dalam tulisan merupakan hasil karya


foto sendiri)
Untuk merasakan bagaimana sebuah kemiskinan berbagai cara bisa
dilakukan. Saya sebagai penganut agama Islam dapat merasakan lapar
mereka dengan melaksanakan puasa. Meskipun rasa lapar itu bisa hanya
sementara saja, ketika berbuka puasa maka rasa lapar dan haus itu hilang.
Lalu bagaimana dengan mereka yang secara material tidak bisa
mencukupi kebutuhan pangannya setiap hari? Saya mencoba merasakan petir
getirnya kehidupan dengan membingkai aktifitas kemiskinan dari bidikan lensa
kamera.
Tak kala seorang Ibu yang setiap hari mengais rejeki di tengah
tumpukan sampah. Dia mencari barang-barang bekas untuk dijual. Sehari tak
seberapa yang ia dapatkan. Hasil penjualan per hari terkadang dia dapatkan
hanya untuk membeli sebungkus nasi bungkus. Ibu luar biasa perjuanganmu
untuk menafkahi anak-anakmu. Kemiskinanmu yang membuatmu haru seperti
ini.

Ibu mengais sisa-sisa sampah di tempat pembuangan


sampah

Realitas kemiskinan terus terjadi. Ibu sang pendorong gerobak. Setiap


hari berkeliling kota untuk mengumpulkan botol-botol plastik. Sang anak dalam
gendongannya selalu meyertainya. Tak mengenal panas teriknya matahari
maupun hujan terus berjalan menyusuri jalan. Mencari dan terus mencari
walau yang dia dapatkan tak seberapa. Pekerjaan itu terus dilakoninya agar
terus bisa bertahan hidup. Begitu kuatnya dan tegarnya menjalani kehidupan
ini. Inilah sebuah potret realitas kehidupan.

Page
3

Ibu pendorong gerobak keliling

Ibu yang sangat luar biasa. Perjuangan yang luar biasa mencoba bangkit
dari sebuah kemiskinan. Kemiskinan nya membuatnya harus berusaha tanpa
lelah. Memilih mencari dan terus mencari tanpa harus mengibah dan
meminta-minta.
Di satu sisi ada juga yang memilih jalan untuk keluar dari sebuah
kemiskinan dengan jalan mengibah dari sesama yang mempunyai kemampuan
lebih. Meskipun dalam ajaran agama dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik
dari tangan di bawah. Mengibah dan meminta bukanlah satu jalan yang
mereka inginkan. Pilihan hidup yang terkadang tidak bisa kita hindari.

Ibu memilih hidup menjadi peminta-minta

Page
4

Anda mungkin juga menyukai