Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Buerger
Tomy Nurtamin
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo,
Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit Buerger merupakan penyakit inflamasi segmental, nonaterosklerotik pada pembuluh darah vena dan arteri kecil dan sedang, dapat
melibatkan ekstremitas atas dan bawah. Interaksi berbagai faktor seperti merokok, imunitas, dan faktor genetik berperan penting pada
perkembangan penyakit ini. Diagnosis dini dapat memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi morbiditas.
Kata kunci: Penyakit Buerger, tromboangitis obliterans

ABSTRACT
Buergers disease is non-atherosclerotic, segmental inflammation of small and medium-sized veins and arteries in upper and lower extremities.
Many factors like smoking, immunity, and genetic factor play an important role in the progression of Buergers disease. Early diagnosis could
improve quality of life and reduce morbidity. Tomy Nurtamin. Buerger Disease.
Key words: Buergers disease, thromboangitis obliterans

PENDAHULUAN
Penyakit Buerger dikenal juga dengan
nama tromboangitis obliterans. Penyakit
ini pertama kali diperkenalkan oleh Felix
von Winiwarter pada tahun 1879 dalam
sebuah artikel berjudul A strange form of
endarteritis and endophlebitis with gangrene
of the feet . Kemudian pada tahun 1908, Leo
Buerger menjelaskan secara akurat dan detail
berdasarkan penemuan patologis pada 11
ekstremitas yang diamputasi akibat penyakit
ini.1-3 Penyakit Buerger merupakan penyakit
pembuluh darah nonaterosklerotik yang
ditandai oleh fenomena oklusi pembuluh
darah, inflamasi segmental pembuluh darah
arteri dan vena berukuran kecil dan sedang
yang dapat melibatkan ekstremitas atas
maupun ekstremitas bawah.2,4,5
Penderita penyakit Buerger biasanya datang
dengan keluhan yang sangat mirip dengan
penyakit trombosis dan radang pembuluh
darah (vaskulitis) lain. Penyakit ini dapat
menimbulkan kecacatan akibat oklusi
pembuluh darah yang mengakibatkan
gangren atau kerusakan jaringan sehingga
perlu diamputasi, oleh karena itu sangat
diperlukan diagnosis dini dan akurat.
Alamat korespondensi

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit Buerger paling banyak
di negara-negara Timur Tengah, Asia Selatan,
Asia Tenggara, Asia Timur dan Eropa Timur.
Di Amerika Utara ditemukan pada 8-12,6 per
100.000 orang tiap tahun. Lebih banyak pada
laki-laki, dan sering dihubungkan dengan
kebiasaan merokok.2,6
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Buerger belum diketahui
dengan pasti. Merokok merupakan faktor
utama onset dan progresifitas penyakit ini.
Hipersensitivitas seluler penderita penyakit
Buerger meningkat setelah pemberian injeksi
ekstrak tembakau. Selain itu dibandingkan
dengan aterosklerosis terjadi peninggian titer
antibodi terhadap kolagen tipe I dan tipe III,
antibodi terhadap elastin pembuluh darah.2-7
Selain itu pada penyakit ini terjadi aktivasi
jalur endotelin-1 yang bersifat vasokonstriktor poten, peningkatan kadar molekul adhesi,
dan sitokin yang berperan terhadap proses
inflamasi.4,8
Faktor genetik merupakan faktor yang
berpengaruh
terhadap
munculnya
penyakit ini. Beberapa peneliti telah men-

dokumentasikan peningkatan antigen HLAA9 dan HLA-Bw5 atau HLA-B8, B35, dan B40
pada penderita Eropa dan Asia Timur.3,9
DIAGNOSIS
a. Kriteria Shionoya
Yang termasuk kriteria ini yaitu riwayat
merokok, usia belum 50 tahun, memiliki
penyakit oklusi arteri infrapopliteal, flebitis
migrans pada salah satu ekstremitas atas dan
tidak ada faktor risiko aterosklerosis selain
merokok. Seluruh kriteria ini harus terpenuhi
untuk menegakkan diagnosis.1,5,6,10
b. Kriteria Ollin
Yang termasuk kriteria ini sebagai berikut2:
Berumur antara 20-40 tahun
Merokok atau memiliki riwayat merokok
Ditemukan iskemi ekstremitas distal
yang ditandai oleh klaudikasio, nyeri saat
istirahat, ulkus iskemik atau gangren dan didokumentasikan oleh tes pembuluh darah
non-invasif
Telah menyingkirkan penyakit autoimun
lain, kondisi hiperkoagulasi, dan diabetes
mellitus dengan pemeriksaan laboratorium
Telah menyingkirkan emboli berasal
dari bagian proksimal yang diketahui dari

email: tomymedica@gmail.com

CDK-221/ vol. 41 no. 10, th. 2014

749

TINJAUAN PUSTAKA
echokardiografi atau arteriografi
Penemuan arteriografi yang konsisten
dengan kondisi klinik pada ekstremitas yang
terlibat dan yang tidak terlibat
c. Kriteria Mills dan Poter6
Kriteria eksklusi:
1. Sumber emboli proksimal
2. Trauma dan lesi lokal
3. Penyakit autoimun
4. Keadaan hiperkoagubilitas
5. Aterosklerosis: Diabetes, Hiperlipidemia,
Hipertensi, Gagal Ginjal.
Kriteria mayor:
Onset gejala iskemi ekstremitas distal
sebelum usia 45 tahun
Pecandu rokok
Tidak ada penyakit arteri proksimal pada
poplitea atau tingkat distal brakial
Dokumentasi objektif penyakit oklusi
distal seperti: Doppler arteri segmental
dan pletismografi 4 tungkai, arteriografi,
histopatologi.
Kriteria minor:
Phlebitis superfisial migran
Episode berulang trombosis lokal vena
superfisial pada ekstremitas dan badan
Sindrom Raynaud atau Fenomena
Raynaud
Sindrom Raynaud adalah penurunan aliran
darah sebagai akibat spasme arteriola perifer
sebagai respons terhadap kondisi stres atau
dingin. Sindrom ini paling sering dilihat di
tangan atau juga dapat di hidung, telinga dan
lidah dalam bentuk respons trifasik11 yaitu:
1. Pucat karena vasokonstriksi arteriol
prekapiler
2. Sianosis karena vena terisi penuh oleh
darah yang terdeoksigenasi
3. Eritema karena reaksi hiperemi
Melibatkan ekstremitas atas
Klaudikasio saat berjalan
d. Kriteria scoring Papa dkk.
Papa dkk. mengembangkan sistem scoring
untuk memudahkan diagnosis (tabel 1).1,6
HISTOPATOLOGI
Berdasarkan penemuan histopatologi perjalanan penyakit Buerger terdiri dari tiga fase
yaitu fase akut, sub akut dan kronik.5,7,10,12
1. Fase akut merupakan keadaan oklusi
trombi yang dideposit di dalam lumen

750

Tabel 1 Point Scoring System for Diagnosis of Buergers Disease


I.

II.

Positive points
Age at onset
Foot claudication
Upper extremity
Phlebitis migrans
Raynauds syndrome
Angiography; biopsy
Negative points
Age at onset
Sex/smoking
Location
Absent pulses
Atherosclerosis, diabetes, hypertension, hyperlipidemia

Probability of diagnosis
Diagnosis excluded
Low likelihood
Probable, medium likelihood
Definite, high likelihood

pembuluh darah. Pada fase akut ditemukan


neutrofil polimorfonuklear (PMN), mikroabses,
dan multinucleated giant cells. Meskipun
inflamasi terjadi pada semua lapisan
pembuluh darah akan tetapi arsitektur
normal pembuluh darah tetap dipertahankan. Penemuan ini yang membedakan antara
penyakit Buerger dengan aterosklerosis dan
penyakit vaskulitis sistemik lain.
2. Fase subakut merupakan fase oklusi
trombi yang makin progresif.
3. Fase kronik merupakan fase rekanalisasi
ekstensif pembuluh darah. Pada fase ini
terjadi peningkatan vaskularisasi tunika
media dan adventisia pembuluh darah, dan
fibrosis perivaskuler. Pada fase kronik ini histologi sangat sulit dibedakan dari penyakit
pembuluh darah kronik lain.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Saat ini belum ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendiagnosis penyakit
Buerger. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk membantu diagnosis adalah sebagai
berikut1-8,10:
a. Darah lengkap, hitung platelet
b. Tes fungsi hati
c. Tes fungsi ginjal dan urinalisis
d. Gula darah puasa untuk menyingkirkan
diabetes melitus
e. Profil lipid
f. Tes Venereal Disease Research Laboratory
(VDRL)
g. Penapisan autoimun:
Laju sedimentasi eritrosit (ESR Westergren).
Pada penyakit Buerger biasanya normal.
Faktor reumatoid (RF). Pada penyakit
Buerger biasanya normal.
Antibodi antinuklear (ANA). Pada penyakit
Buerger normal.

30/3040 years
Present/by history
Symptomatic/asymptomatic
Present/by history only
Present/by history only
If typical, both/either

+2/+1
+2/+1
+2/+1
+2/+1
+2/+1
+2/+1

4550/> 50 years
Female/nonsmoker
Single limb/ no leg involvement
Brachial/femoral
Discovered after diagnosis 510 years

-1/-2
-1/-2
-1/-2
-1/-2
-1/-2

Number of points
0-1
2-3
4-5
6 or higher

Antibodi antisentromer merupakan petanda serologis untuk sindrom CREST dan Scl
70 (penanda serologis untuk skleroderma).
h. Penapisan keadaan hiperkoagulasi:
Kadar protein C, protein S, dan antitrombin III
Antibodi antifosfolipid
Faktor V Leiden
Prothrombin
Homosisteinemia
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
USG Doppler, echokardiografi, Computed
Tomograghy (CT) scan dan Magnetic
resonance imaging (MRI) dilakukan untuk
menyingkirkan sumber emboli proksimal.
USG Doppler dan pletismografi diperlukan
untuk mengetahui adanya oklusi distal. Pada
pemeriksaan angiografi dapat ditemukan
gambaran lesi oklusi segmental pembuluh
darah kecil dan sedang (medium) diselingi
gambaran segmen normal, tanda Martorell
atau gambaran kolateral pembuluh darah
seperti corkscrew, spider legs, or tree roots
meskipun gambaran ini dapat juga dijumpai
pada skleroderma, sindrom CREST (Calcinosis, Raynauds phenomenon, esophageal
dysmotility, sclerodactyly and telangiectasia),
di arteri proksimal tidak dijumpai aterosklerosis, aneurisma dan sumber emboli lain1,12
DIAGNOSIS BANDING1-8,10-11
Neuropati perifer, penyakit ateroskerosis perifer, emboli dan trombosis arteri,
trombosis perifer idiopatik
Artritis Takayasu, sindrom CREST
Keadaan hiperkoagulasi, systemic lupus
erythematosus, skleroderma
Trauma okupasi, acrocyanosis, frostbite,
ulkus neurotropik

CDK-221/ vol. 41 no. 10, th. 2014

TINJAUAN PUSTAKA
KOMPLIKASI
Ulkus1-8, 10, 12-17
Gangren yang menyebabkan amputasi18,10,12-17

PENANGANAN
Tujuan utama penanganan adalah memperbaiki kualitas hidup. Cara yang dapat
dilakukan adalah menghindari dan menghentikan faktor yang memperburuk penyakit,
memperbaiki aliran darah menuju tungkai
atau ekstremitas, mengurangi rasa sakit
akibat iskemi, mengobati tromboflebitis,
memperbaiki penyembuhan luka atau ulkus.3
Terapi non bedah
Berhenti merokok merupakan salah satu
cara mengatasi progresivitas penyakit.1-17
Analog prostasiklin seperti iloprost;
merupakan vasodilator dan mampu menghambat agregasi platelet.
Calcium channel blocker untuk mengurangi efek vasokonstriksi penyakit ini.2,5
Bosentan. Obat ini merupakan antagonis kompetitif dari endotelin-1 sehingga
memiliki kemampuan vasodilatasi. Pada
peneltian de Haro dkk. (2012) menghasilkan
perbaikan kondisi klinis penyembuhan ulkus
dan gambaran angiografi.4 Bosentan selama
28 hari lebih efektif dibandingkan aspirin
untuk mengatasi nyeri saat istirahat dan
penyembuhan ulkus (Flesinger dkk. 1990).13
Siklofosfamid dilaporkan bermanfaat

pada
beberapa
pasien
berdasarkan
etiopatologi penyakit ini yang dipengaruhi
oleh faktor autoimun. Saha dkk. (2001)
menunjukan bahwa obat ini dapat
meningkatkan 20 kali lipat jarak klaudikasio
dan menghilangkan nyeri pada saat
istirahat.13
Obat analgesik seperti analgetik narkotik
atau obat anti inflamasi non steroid mungkin
membantu mengatasi nyeri pada beberapa
pasien.3
Terapi gen dengan vascular endothelial
growth factor (VEGF). Isner dkk. (1998) menyuntikkan total 4000 g VEGF165 plasmid DNA
dengan dua kali penyuntikan intramuskular
(2000 g VEGF165 plasmid DNA pada awal
dan 2000 g VEGF165 plasmid DNA pada
akhir minggu keempat) memberikan hasil
menjanjikan dalam penyembuhan ulkus
akibat iskemi dan menghilangkan nyeri saat
istirahat.14
Terapi stem cell yaitu terapi autolog whole
bone marrow stem cell (WBMSC) menunjukkan perbaikan seperti penyembuhan ulkus,
menghilangkan nyeri iskemik, rekanalisasi
arteri dan menurunkan risiko amputasi
tungkai.15
Spinal Cord Stimulation hasilnya baik
untuk menghilangkan nyeri dan penyembuhan ulkus. Stimulasi ini dapat menghambat transmisi sinyal penghantar nyeri
pada serabut saraf simpatis. Selain itu juga
pada saat bersamaan terjadi peningkatan

perfusi mikrosirkulasi akibat inhibisi serabut


saraf simpatis.16
Terapi Bedah
Simpatektomi; bertujuan untuk mengurangi efek vasokonstriksi akibat saraf
simpatis.13
Penyisipan kawat Kirschner intramedulla.
Pada beberapa pasien, dapat merangsang
angiogenesis, penyembuhan ulkus tungkai
dan meredakan nyeri saat istirahat.17
Operasi bypass arteri menunjukkan hasil
baik.2
SIMPULAN
Penyakit Buerger merupakan penyakit
inflamasi segmental pembuluh darah arteri
dan vena berukuran kecil dan sedang.
Penyakit ini berbeda dengan vaskulitis
lain dan memerlukan ketelitian diagnosis.
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi
faktor merokok, imunitas dan genetik saling
berkaitan dan diduga berperan penting terhadap progresifivitas penyakit ini. Belum ada
pemeriksaan laboratorium spesifik untuk
menegakkan diagnosis pasti. Sampai saat ini
belum ada terapi spesifik. Penanganan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup,
mengurangi progresivitas, mengurangi
komplikasi; dapat dilakukan dengan pendekatan non bedah dan bedah. Deteksi dini
sangat membantu mengatasi gejala dan
dapat mengurangi komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Lazarides MK, Georgiadis GS, Papas TT, Nikolopoulos ES. Diagnostic Criteria and Treatment of Buergers Disease: A Review. Int J Low Extrem Wounds 2006;5(2):89-95.

2.

Olin JW. Thromboangiitis obliterans (Buergers disease). N Engl J Med 2000;343(12):864-9.

3.

Szuba A, Cooke JR. Thromboangiitis obliterans an update on Buergers disease. West J Med 1998;168:255-60.

4.

De Haro J, Acin F, Bleda S, Varela C, Esparza L.Treatment of thromboangiitis obliterans (Buergers disease) with bosentan. BMC Cardiovasc Disord 2012;14(12):1-7.

5.

Vijayakumar A, Tiwari R, Prabhuswamy VK. Thromboangiitis obliterans (Buergers disease)-current practices. Int J Inflam 2013;2013:1-9.

6.

Mills JL Sr.Buergers Disease in the 21st Century: Diagnosis, Clinical Features, and Therapy. Semin Vasc Surg 2003;16(3):179-89.

7.

Piazza G , Creager MA. Thromboangiitis obliterans. Circulation 2010;121(16):1858-61.

8.

Azizi M, Boutouyrie P, Bura-Rivire A, Peyrard S, Laurent S, Fiessinger JN.Thromboangiitis obliterans and endothelial function. Eur J Clin Invest 2010;40(6):518-26.

9.

McLoughlin GA, Helsby CR, Evans CC, Chapman DM. Association of HLA-A9 and HLA-B5 with Buergers disease. Br Med J 1976;2(6045):1165-6.

10. Arkkila PET. Thromboangiitis obliterans (Buergers disease). Orphanet J Rare Dis 2006;14:1-5
11. Saigal R, Kansal A, Mittal M, Singh Y, Ram H. Raynauds phenomenon. J Assoc Physicians India 2010;58:309-13.
12. Dimmick SJ, Goh AC, Cauzza E, Steinbach LS, Baumgartner I, Stauffer E, Voegelin E, Anderson SE. Imaging appearances of Buergers disease complications in the upper and lower limbs.
Clin Radiol 2012;67(12):1207-11.
13. Paraskevas KI, Liapis CD, Briana DD, Mikhailidis DP. Thromboangiitis obliterans (Buergers disease): searching for a therapeutic strategy. Angiology 2007;58(1):75-84.
14. Isner JM, Baumgartner I, rauh G, Schainfeld R, Blair R, Manor O, Razvi S, Symes JF.Treatment of thromboangiitis obliterans (Buergers disease) by intramuscular gene transfer of vascular
endothelial growth factor: Preliminary clinical results. J Vasc Surg 1998;28(6):964-73.
15. Lee KB, Kang ES, Kim AK, Kim MH, Do YS, Park KB, Park HS, Um SH, Cho SW, Kim DI. . Stem cell therapy in patients with thromboangiitis obliterans: assessment of the long-term clinical
outcome and analysis of the prognostic factors. Int J Stem Cells 2011;4(2):88-98.
16. Swigris JJ, Olin JW, Mekhail NA: Implantable spinal cord stimulator to treat the ischemic manifestations of thromboangiitis obliterans (Buergers disease). J Vasc Surg 1999;29:928-35.
17. Inan M, Alat I, Kultu R, Harma A, Germen B. Successful treatment of Buergers disease with intramedullary k-wire: the results of the first 11 extremities. Eur J Vasc Endovasc Surg 2005;29:27780.

CDK-221/ vol. 41 no. 10, th. 2014

751

Anda mungkin juga menyukai