Anda di halaman 1dari 4

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................

1.3 Tujuan Program...................................................................

1.4 Luaran yang Diharapkan...................................................

1.5 Manfaat Program................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radikal bebas adalah atom, molekul atau ion yang memiliki elektron yang
tidak berpasangan dan sangat aktif untuk terjadi reaksi kimia dengan molekul lain
(Lu et al., 2010). Radikal bebas memiliki elektron yang dapat bereaksi dengan
beberapa substrat organik seperti lipid, protein, dan DNA sehingga dapat
menimbulkan kerusakan (Pham-Huy, etal., 2008). Senyawa dan reaksi kimia yang
dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif berpotensi toksik dapat disebut
sebagai pro-oksidan. Di pihak lain senyawa dan reaksi yang menyingkirkan
(membersihkan) spesies-spesies tersebut disebut antioksidan. Pada sel normal
terdapat keseimbangan antara pro-oksidan dan antioksidan. Namun,
keseimbangan ini dapat bergeser ke arah pro-oksidan jika pembentukan spesies
oksigen reaktif meningkat dengan pesat atau jika kadar antioksidan berkurang.
Keadaan ini disebut stres oksidatif (Murray et al., 2009). Stres oksidatif berperan
besar dalam perjalanan penyakit kronis dan degeneratif seperti kanker, arthritis,
penyakit neurodegeneratif, dan penyakit kardiovaskular (Pham-Huy et al., 2008).
Jika terjadi paparan radikal bebas berlebih, tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen. Antioksidan dapat diperoleh dari bahan-bahan alami yang
merupakan hasil isolasi bahan alam dan antioksidan sintetis. Terdapat beberapa
contoh antioksidan sintetik yang diijinkan untuk makanan, yaitu Butil Hidroksi
Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), dan Tersier Butil Hidroksi Quinon
(TBHQ).Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena
dikhawatirkan memiliki beberapa efek samping (Fitri, 2013). Menurut Hartoyo
(2003) TBHQ dilarang penggunaannya di beberapa negara seperti Eropa, Jepang,
dan Kanada, sedangkan BHA dan BHT diduga bersifat karsinogenik.
Pemanfaatan bahan tanaman herbal telah banyak dilakukan di berbagai
negara dengan tujuan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Penelitian
berkelanjutan tanaman-tanaman obat terus dilakukan sebagai upaya mencari
bahan antioksidan yang aman, efektif dengan harga terjangkau. Bahan herbal yang
digunakan biasanya diperoleh dari tanaman yang banyak tumbuh di wilayah
tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan tanaman obat
terbesar di dunia dengan sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, 3500 di
antaranya dilaporkan sebagai tumbuhan obat (Wulandari et al., 2012). Banyak
diantara tumbuhan tersebut yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat
termasuk diantaranya sebagai sumber antioksidan.
Salah satu tumbuhan yang tersebar secara alami di Indonesia adalah
krangean (Litsea cubeba). Krangean (Litsea cubeba) sudah dilaporkan memiliki
banyak kegunaan sebagai obat di negara lain seperti India, Taiwan dan China.
Beberapa kandungan yang pernah diteliti pada kulit, batang dan daun

mengandung saponin, plafonoid dan tanin. Kandungan dari zat-zat aktif tersebut
dapat digunakan sebagai antioksidan. Penelitian yang mengarah kepada potensi
krangean sebagai antioksidan masih terbatas. Oleh sebab itu penulis memilih
untuk meneliti lebih lanjut mengenai pemanfaatan daun krangean (Litsea cubeba
Pers.) sebagai sumber antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah
1.3 Tujuan Program
1.4 Urgensi Penelitian
1.5 Luaran yang Diharapkan
1.6 Manfaat Program

Anda mungkin juga menyukai