Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera
tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal
tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl
(Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress
(misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan


dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar
50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien
memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka
ada orang yang berbicara (Kusumawati dan Hartono).
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa definisi dari halusinasi?


Apa penyebab faktor predisposisi dan presipitasi halusinasi ?
Bagaimana dengan mekanisme koping yang digunakan ?
Apa tahap dari halusinasi ?
Bagaimana pohon masalah dari halusinasi ?
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi ?
Bagaimana terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi definisi dari halusinasi.
b) Mengidentifikasi faktor predisposisi dan presipitasi halusinasi.
c) Mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan.
d) Mengidentifikasi tahap dari halusinasi.
e) Mengidentifikasi pohon masalah dari halusinasi.
f) Mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi.
g) Mengidentifikasi terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi.
D. Manfaat
Mahasiswa dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dan
keluarga. Memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Memberikan dukungan kepada
pasien agar dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai