PERBANYAKAN VEGETATIF
Disusun Oleh :
Nama
NIM
: 135040200111152
Kelompok
Asisten
: Nur Irma
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
sebagai
alat
perkembangbiakan
vegetative
tersebut
agar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami
a. Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami
tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan
geragih (stolon) (Mangoendidjojo, 2003).
b.
yang tumbuh
b. Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan
juga
berperan
sebagai
alat
perkembangbiakan.
batang
memiliki ciri
tempat
pelekatannya
dengan
batang.
Contoh
c. Tunas
Tunas batang
: bambu, pisang,
Aglaonema.
Tunas
(Handoyo, 2014)
d. Stolon/Geragih
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal
sepanjang atau tumbuh di bawah permukaan tanah dan pada
interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah.
Contoh: strawberry, lili paris, arbei (Raharja, dkk, 2003).
berkurangnya
penguapan
yang
akan
berdampak
pada
justru
sinar
mentari
dapat
menghambat
proses
pertumbuhan.
d. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin
untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk
pemanjangan
dan
pembelahan
sel,
hormon
sitokinin
untuk
merupakan
suatu
perlakuan
pemisahan,
tunas
dengan
tujuan
bagian
bagian
tanaman
tersebut
Stek Daun
(Handoyo, 2014)
c. Okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman
secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih.
Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari
cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian
batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk
huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua
tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian
tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua
tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut.
Akibat
pertumbuhan kalus
ini
d.
Menyambung/ Mengenten
Menyambung atau mengenten adalah menggabungkan batang
bawah dan batang atas dua tanaman yang sejenis. Misalnya, ada dua
tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar kuat tetapi
buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah
tetapi buahnya sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang
berakar kuat dan berbuah manis, maka batang bawah dari tanaman
mangga berakar kuat disambungkan dengan batang atas tanaman
mangga yang berbuah manis.
e.
Merunduk
Merunduk adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara
merundukan batang atau cabang ke tanah sehingga tumbuh akar.
Tumbuhan yang biasa dikembangbiakan antara lain sirih, strawberry,
alamanda, anyelir, apel, selada air,anggur dan sebagainya.
f.
Kultur
jaringan
Yaitu
perbanyakan
tanaman
yang
dilakukan
dengan
cara
mengambil
jaringan
(Handoyo, 2014)
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Vegetatif Buatan
a. Faktor Intern :
1) Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian
kelembaban tinggi)
2) ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
b. Faktor Ekstern:
1) Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
2) Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang
tinggi)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan (+ fungsi)
Alat
Pisau / Silet
: untuk memotong bahan
Plastik
: untuk menutup bahan grafting
Polybag
: wadah untuk tanaman
Rafia
: untuk mengikat
Bahan
Bawang merah : Umbi lapis
Kentang
: Umbi batang
Daun cocor bebek: Stek Daun
Rosemary
: Stek batang
Tanaman mawar : Okulasi
Batang Bougenvile: Grafting
Rootone-F
: ZPT
Tanah
: Media tumbuh tanaman
3.2 Lembar pengamatan
1. Umbi lapis
N
Parameter
Pengamatan
Minggu ke1
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
8,5
10
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
7,5
11,5
2. Umbi batang
N
Parameter
Minggu ke-
o
1
Pengamatan
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
Tinggi tanaman
(cm)
3. Stek daun
N
Parameter
Minggu ke-
Pengamatan
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
4. Stek batang
N
Parameter
Minggu ke-
Pengamatan
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
Persentase tanaman
100%
100%
100%
100%
100%
hidup (%)
Perlakuan menggunakan batang tengah
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
Jumlah tunas
Persentase tanaman
100%
100%
100%
100%
100%
hidup (%)
Perlakuan menggunakan batang bawah
1
Saat munculnya
7 HST
tunas
2
100%
100%
100%
100%
100%
Jumlah tunas
3
Persentase tanaman
hidup (%)
5. Okulasi
N
Parameter
Pengamatan
Saat Munculnnya
Minggu ke1
Mati
tunas
2
Panjang tunas
Warna tunas
Hijau
Hijau
Coklat
Coklat
Coklat
Kecoklata
n
6. Grafting
N
Parameter
Pengamatan
Saat munculnya
Minggu ke1
tunas
2
Warna batang
3.3 Dokumentasi
a. Umbi Lapis dan
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
segar
segar
segar
segar
segar
Umbi Batang
b. Stek
Daun dan Stek Batang
c. Grafting
c. Okulasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada perbanyakan vegetative
alami umbi lapis dengan tanaman bawang merah, untuk perlakuan bawang merah
yang dipotong sekian bagiannya mendapati hasil yang lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan bawang merah tanpa dipotong. Pada perlakuan bawang merah yang
dilakukan pemotongan, tunas tumbuh pada 7 hari setelah tanam. Pada minggu
pertama munculnya tunas berjumlah 1 dengan tinggi 2 cm, pada minggu kedua jumlah
tunas adalah 2 dengan tinggi 4 cm, pada minggu ketiga jumlah tunas adalah 3 dengan
tinggi 7 cm, pada minggu keempat jumlah tunas tidak mengalami penambahan yakni
tetap 3 dengan tinggi 8,5 cm, pada minggu terakhir jumlah tunas bertambah 2 yakni
menjadi 5 tunas dengan tinggi 10 cm.
Sedangkan pada perlakuan bawang merah yang tanpa dilakukan pemotongan
bagian umbinya memiliki hasil yang lebih cepat perkembangannya dibandingkan
yang dilakukan pemotongan bagian umbi bawang merah, yakni terjadi kemunculan
umbi pertama kali sama dengan perlakuan sebelumnya yakni 7 hari setelah tanam.
Pada minggu pertama setelah bertunas, jumlah tunas ada 2 dengan tinggi 3,5 cm. Pada
minggu kedua jumlah tunas tidak bertambah yakni tetap 2 dengan tinggi 5 cm. Pada
minggu ketiga tunas berjumlah 4 dengan tinggi 7,5 cm. Pada minggu keempat jumlah
tunasnya bertambah 1 menjadi 5 tunas dengan tinggi 9 cm. Pada minggu terakhir,
jumlah tunas ada 6 tunas dengan tinggi 11,5 cm. Hasil yang telah diperoleh
mengatakan bahwa pada perlakuan tanpa adanya pemotongan bagian bawang merah
lebih unggul dibandingkan dengan pemotongan. Hal tersebut tidak sesuai dengan
literature karena menurut Samadi dan Cahyono (2005) menyatakan bahwa pemotongan umbi bertujuan untuk mem-percepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan
jumlah anakan. Sama halnya dengan Jumini, Yenny Sufyati dan Nurul Fajri (2010)
yang mengatakan bahwa hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa
pemotongan umbi bibit bawang merah sangat nyata pengaruhnya terhadap jumlah
anakan per rumpun umur 30 HST dan jumlah umbi per rumpun, nyata pengaruhnya
terhadap jumlah anakan umur 45 HST dan bobot basah umbi per rumpun. Namun,
pemotongan umbi bibit bawang merah tidak nyata pengaruhnya terhadap tinggi
tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15 HST dan bobot kering
umbi per rumpun. Wibowo (2005) menyatakan bahwa pemotongan umbi bibit dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman dan jumlah anakan, serta dapat mendorong
mata tunas,
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada
umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap
batang atas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan: Herawati Susilo. Jakarta : UI Press.
Handoyo, Luisa Diana. 2014. Perkembangbiakan Tumbuhan.
Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant propagation
principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.
Jumini, S. Yenny. F. Nurul. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi Bibit Dan Jenis Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J. Floratek 5: 164
171.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Harcourt Brace
Jovanovich Publisher, London. Dalam Ilmu Kesuburan Tanah.ed. Rosmarkam, A.
dan N. W. Yuwono. 2002. Kanisius, Yogyakarta.
Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.
Raharja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agro Media
Pustaka: Jakarta.
Rismunandar, 2000. Menbudidayakan 5 Jenis Bawang. Bandung : Sinar Baru.
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif. Departemen Agronomi
Fakultas Pertanian IPB.
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen
Agronomi, Fakultas Pertanian, Institu Pertanian Bogor.
Salisbury, F.B., and C.W. ROSS. 1992. Plant Physiology. Wadworth Publishing Company.
California.
Tambing, Y., 2004. Respons Pertautan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Bibit Mangga
Terhadap Pemupukan Nitrogen pada Batang Bawah. J. Agrisains 5 (3):141-147.
Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah
Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara
Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad 15 (2): 95 100.
Tirtawinata, 2003. Kajian Anatomi Dan Fisologi Sambungan Bibit Manggis Dengan
Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Bogor Agricultural University.