Laporvan Kasus Morbili Wdya PDF
Laporvan Kasus Morbili Wdya PDF
Morbili
Oleh:
dr. Nasrani Widiyanata Sibarani
Pembimbing:
BAB I
PENDAHULUAN
Morbili atau rubeola adalah suatu infeksi virus akut yang umumnya menyerang
anak namun biasa menyerang orang dewasa. Morbili merupakan penyakit yang memiliki
gejala klinis yang khas setelah masa inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari
setelah pajanan pertama terhadap virus yaitu pada stadium prodormal yang
menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek (runny nose), dan batuk serta
ditemukannya bercak koplik pada mukosa diikuti stadium erupsi dengan keluarnya
ruam pada seluruh tubuh yang memiliki ciri khas muncul mulai dari belakang telinga
menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam didahului dengan suhu badan yang
meningkat, selanjutnya pada stadium konvalesens ruam menjadi menghitam dan
bersisik akibat pengelupasan.1,2
Angka kejadian morbili di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa
tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah
dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Telah diketahui bahwa morbili menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah menyebabkan infeksi
sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%),
gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%). Vaksinasi telah
menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan.
Transmisi morbili terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari
penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat
menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam
muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali
terinfeksi oleh morbili.1,2,3 . Morbili merupakan penyakit self limiting disease sama seperti
penyakit akibat virus lainnya sehingga terapi yang diberikan merupakan terapi
simptomatik atau suportif. Namun pada beberapa penelitian dan berdasarkan kasus
yang ada banyak pasien dengan morbili memiliki tingkat mordibitas dan mortalitas yang
tinggi akibat komplikasi yang ada, Hal ini terkait dengan adanya defisiensi vitamin A.
Dibeberapa penelitian juga menjelaskan bahwa tingat mortalitas dan mordibitas dapat
diturunkan dengan pemberian vitamin A, sehingga saat ini vitamin A sudah menjadi
standar untuk terapi morbili.10,11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. 1 Definisi
Morbili atau campak atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin) atau measles
(bahasa Inggris) adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular melalui droplet
saluran pernafasan. Morbili disebabkan oleh measles virus famili paramyxoviridae
genus morbilivirus. Morbili merupakan penyakit yang memiliki beberapa gejalas klinis
yang khas ditandai dengan demam akut, adanya batuk pilek (runny nose) serta
konjungtivitis pada stadium prodormal dan erupsi makulopapular eritema pada stadium
erupsi yang akan diakhiri dengan hiperpigmentasi dikulit serta perbaikan klinis pada
stadium konvalesen.1,2,3,4
1.2 Epidemiologi
Morbili adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak
pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan dapat juga menginfeksi
orang dewasa. Morbili endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi
untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau
belum mendapat vaksinasi. Setiap orang yang telah terkena morbili akan memiliki
imunitas seumur hidup. Menurut kelompok umur kasus morbili rawat inpa di rumah
sakit selama kurun waktu 5 tahun menunjukkan proporsi yang terbesar pada golongan
umur balita dengan 17,6% berumur < 1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2
1.3 Etiologi
Penyebab
morbili
adalah
virus tidak aktif pada suhu 38 derajat celcius, Virus tetap aktif minimal 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan
dalam temperatur 35C dan beberapa hari pada suhu 0C. Dengan pembekuan lambat
maka infektivitasnya akan hilang.1,4,5,8,11
1.4 Patofisiologi
Morbili ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung atau melalui udara
dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari ketujuh setelah
terpajan, biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kelima setelah
timbulnya ruam. Setelah terjadi penularan, virus masuk ke system retikulo-endothelial,
berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel Warthin).1,3,4
Pada 5-6 hari setelah infeksi awal terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus
berupa demam tinggi, disusul dengan gejala patoknomonik berupa bercak koplik.
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14
sesudah awal infeksi.Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada
kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut
berperan dalam eliminasi virus.1,3,4
1.5 Gejala Klinis
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10 12 hari.Penyakit morbili terdiri dari 3
stadium yang masing-masing menampilkan gejala klinis berbeda, yaitu:1,5,6
a. Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak koplik. Bercak
Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4
dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut.
b. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza
dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum
mole.Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang
berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya
mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan
urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak
Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Diagnosis5
1.6
1.6.1
Anamnesis
a. Adanya demam tinggi terus menerus 38,50C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri
menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti
diare.
b. Pada hari ke 4 5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang
meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami
demam kejang.
c. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak
mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.
1.6.2 Pemeriksaan fisis
a. Stadium prodormal : demam, batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan,
stomatitis, konjungtivitis dan bercak koplik.
b. Stadium erupsi : ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga telinga,
kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ekstremitas.
c. Stadium konvalesens : ruam kehitaman yang mengelupas, menghilang
setelah 1 2 minggu.
1.6.3 Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri.
leukositosis
dapat
mempertegas
diagnosis.
Di
negara
sedang
Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke-4-7 setelah tirnbulnya ruarn. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam
1.000 kasus morbili, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya
ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus morbili ke dalam otak. Gejala, ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma
dan intobel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching,
disgrientasi
menunjukkan
juga
dapat
pleositpsis
diternukan.
ringan,
Pemeriksaan
dengan
cairan
predominan
sel
serebrpspinal
mononuklear,
fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
h. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus morbili terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus morbili atau antigennya
dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtiva
dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan menyebabkan
kebutaan.
i. Sistem kardiovaskular
Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T,
kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut
bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis
1.9 Penatalaksanaan
Pasien dengan morbili tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik, dengan
pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan.
Sedangkan pada morbili dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit
pasien morbili dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin
A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU
tiap hari.1. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa dua dosis vitamin A dapat
mengurangi mordibitas dan mortalitas akibat komplikasi yang ditimbulkan dari morbili
terutama anak dibawah dua tahun.10
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit
yang timbul, yaitu :1,5,6
a.
Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
Enteritis
Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis
dengan dehidrasi.
c.
Otitis media
Seringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu diberi antibiotik
kotrimoksazol-sulfametoksazol 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
d.
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi
edema otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi
elektrolit dan gangguan gas darah.
BAB III
KASUS
Identitas Pasien
Nama/No.MR
Umur
Alamat
Tanggal masuk
Diberikan oleh
: Ibu pasien
Keluhan Utama
Demam sejak 6 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
- 6 hari SMRS pasien mengeluhkan demam mendadak tinggi . Demam dirasakan
terus menerus , tidak disertai menggigil dan kejang. Demam disertai dengan batuk
pilek, batuk berdahak. Mual (-), muntah (-), mencret (-), nafsu makan berkurang. BAK
tidak ada keluhan.
-
4 hari SMRS pada seluruh tubuh pasien muncul ruam kemerahan. Awalnya ruam
muncul pada leher bagian atas di belakang telinga kiri (pada daerah batas rambut),
kemudian ruam menyebar ke daerah mulut, wajah, badan dan akhirnya ke tangan dan
kaki.
- 2 hari mata merah, berair, adanya kotoran mata yang sedikit kental ketika bangun
tidur.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
- Pekerjaan Ibu
: IRT
Riwayat kehamilan
Lahir secara pervaginam dengan bantuan bidan. Lahir cukup bulan dengan berat
badan lahir 3100 gram.
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan secara teratur tiap bulan ke bidan.
Selama hamil, ibu pasien tidak pernah menderita penyakit tertentu (hipertensi, DM,
demam, kejang, perdarahan), tidak pernah merokok, minum jamu maupun minuman
keras.
Riwayat makan dan minum
ASI eksklusif diberikan sejak usia 0-4 bulan
ASI + PASI diberikan mulai umur 4 bulan-14 bulan
Susu formula + nasi tim diberikan sejak usia 14 bulan-2 tahun
Susu formula + nasi biasa diberikan sejak usia 2 tahun-sekarang
Riwayat imunisasi
Lengkap di posyandu
Riwayat pertumbuhan fisik
- Berat badan lahir = 3100 gram
- Berat badan masuk = 18,5 Kg.
Riwayat Perkembangan
- Mengangkat kepala usia 4 bulan
- Merangkak usia 8 bulan
- Duduk usia 10 bulan
- Berdiri usia 14 bulan
- Berjalan usia 17 bulan
Kesadaran
: Alert
Tanda-tanda vital
TD
:-
Suhu
: 38,3oC
Nadi
: 110x/menit
Nafas
: 18x/menit
Gizi
:
BB
: 18,5 kg.
BB/U
BB/U berdasarkan kurva NCHS dinyatakan normal
Kulit
Kepala
: Normosefali
Rambut
Mata kanan/kiri
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Reflex cahaya
Telinga kanan/kiri
: +/+
: Bentuk simetris, serumen (+) normal, sekret (-), nyeri tekan tragus
(-)
Hidung
Bibir
: Kering
Mulut
:
Palatum
: utuh
Lidah
Gigi
: karies (+)
KGB
Kaku kuduk
: (-)
Inspeksi
Leher
Dada
iktus kordis tidak tampak
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:Suara paru : vesikuler +/+. Suara tambahan : wheezing -/Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallops (-).
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Alat kelamin
Ekstremitas
: 13,4mg/dl
Ht
: 41, 1%
Leukosit
: 5000/mm2
: 295.000/mm3.
Trombosit
Gula darah sewaktu
: 150 gr/dl
Urin
:-
Feses
:-
Tanda-tanda vital
Suhu
: 38,3oC
Nadi
: 110x/menit
Nafas
: 18x/menit
Mata
Leukosit
DIAGNOSIS KERJA
Morbili stadium erupsi
DIAGNOSIS GIZI
Gizi normal
: 5000/mm2
TERAPI
Medikamentosa
Vitamin A 400.000 IU
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Subjektif
Objektif
Assesment
Terapi
demam
KU : TSS
Morbilli stadium
- IVFD KAEN 1B
12-juni
(+),batuk
Kes : CM
erupsi
2016
berdahak
T : 39,3OC, HR :
- Ceftriaxon 2 x
gl
(+),
(+),mata
50/i mikro.
20x/i,
sekret
- Ranitidin
(+/+),
2x40mg
banyak
injeksi
(+/+)
kotoran
.bercak koplik
mata (+)
(+)ruam
400.000 IU
-papular. ruam
eritema
pada
seluruh
tubuh
turgor
4 x 30cc
- Vitamin
makulo
Abdomen
- Paracetamol inj
:
kulit
kembali cepat,
BU (+) normal.
13-juni
Morbilli
stadium
2016
batuk
Kes : CM
berdahak
T : 37,4OC, HR :
(+),pilek
96
(+),mata
19x/i,
merah
mata(+/+),
(+/+),kotor
injeksi
(+/+)
1X1sac
an
.bercak koplik
- Toplexil
mata(+/+)
(+)ruam
erupsi
x/i
RR
- IVFD D5:RL1: 1
50/i mikro.
- Vitamin
400.000 IU
- Velotin 3X3cc
sekret
- Liprolac
syr
3X1cth
- Ceftriaxon 2 x
makulo
papular. ruam
eritema
pada
- Ranitidin
seluruh
tubuh
2x40mg
Abdomen
turgor
kulit
kembali cepat,
BU (+) normal.
14-juni
Morbilli stadium
2016
batuk
Kes : CM
erupsi
(+),batuk
T : 36,4OC, HR :
berdahak
94
(+)
18x/i,
sekret
berkurang,
mata
(+/+)
pilek (-)
injeksi(+/+)
x/i
RR
bercak koplik(-)
ruam
makulo
papular. ruam
eritema
pada
- IVFD D5:RL1: 1
50/i mikro.
- Vitamin
400.000 IU
- Velotin 3X3cc
- Liprolac
1X1sac
- Toplexil
syr
3X1cth
- Ceftriaxon 2 x
500 mg per hari
seluruh tubuh
Abdomen
- Ranitidin
:
turgor
2x40mg
kulit
- Konsul
kembali cepat,
dr
spesialis mata
BU (+) normal.
14-juni
Jawaban
2016
konsul
Pemeriksaan
dr Fisik
mata
Konjungtivitis ec Tobroxyl
: morbili
mata
tetes
3dd
2gtt
spesialis
Konjuntiva
ODS
mata
hiperemis
Boleh pulang
2016
batuk(-)
Kes : CM
konvalesens
pilek (-)
T : 36,2OC, HR :
ODS
92
Boleh pulang
x/i
RR
18x/i,
sekret
mata
(+/+)
injeksi(+/+)
ruam
makulopapular
mulai
menghitam
skuama
pada
(+)
seluruh
tubuh
Abdomen
turgor
:
kulit
kembali cepat,
BU (+) normal.
mata
tetes
3dd
2gtt
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosa Morbilli stadium erupsi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan sejak 6 hari SMRS,pasien mengalami
demam mendadak tinggi disertai batuk dan pilek.Ini merupakan gambaran klinis dari
gejala prodormal yang disebabkan oleh virus dan diduga virus morbilli. Kemudian, dari
anamnesis juga didapatkan sejak, 2 hari SMRS pada seluruh tubuh pasien muncul ruam
kemerahan yang awalnya ruam muncul pada leher bagian atas di belakang telinga kiri
(pada daerah batas rambut), kemudian ruam menyebar ke daerah mulut, wajah, badan
dan akhirnya ke tangan dan kaki yang merupakan gambaran klinis dari stadium erupsi
morbili. 2 hari SMRS pasien mengelukan mata merah, berair, adanya kotoran mata yang
sedikit kental ketika bangun tidur. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan suhu 38,3 C, pada
kulit terdapat ruam makulopapular generalisata, eritema, batas tegas. Pada mata
ditemukan sekret purulen pada palpebra dan injeksi konjungtiva. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan gejala Cough, coryza dan
konjungtivitis yang merupakan tiga gejala klinis khas dari morbili. Dari anamnesis juga
diketahui bahwa pasien dengan riwayat imunisasi lengkap, pasien telah mendapatkan
vaksin campak sejak berumur 9 bulan, namun karena campak merupakan penyakit yang
sangat menular, sehingga masih dapat terjadi wabah pada anak meskipun 85-90% anak
sudah mempunyai imunitas.1,2,5,6,8
Gejala klinis yang muncul pada pasien ini cukup jelas untuk menegakkan
diagnosis morbilli. Penyakit erupsi makulopapular akut lainnya sudah dapat
disingkirkan. Penyakit tersebut meliputi rubella, demam skarlatina, ruam akibat
obat-obatan dan eksantema subitum. Rubella pada anak umumnya tidak diawali oleh
suatu massa prodormal yang spesifik, erupsi yang muncul menyebar ke seluruh tubuh
lebih cepat dari morbilli (dalam 24-48 jam sudah menyeluruh), pada hari ketiga erupsi
mulai menyembuh tanpa deskuamasi dan tanda patognomoniknya adalah adanya
pembesaran kelenjer getah bening khususnya pada daerah belakang telinga dan
oksipital.9
sesudah demam, batuk dan muntah, gejala prodormal berlangsung selama 2 hari serta
adanya lidah berwarna merah strawberry dan tonsillitis eksudativa atau membranosa
merupakan tanda patognomoniknya. Pada ruam akibat obat-obatan tidak didahului oleh
gejala prodormal. Pada eksantema subitum, adanya gejala demam tinggi selama 3-4
hari disertai iritabilitas terjadi sebelum muncul ruam, saat muncul ruam diikuti dengan
penurunan demam secara drastis menjadi normal, ruam muncul pertama kali pada
daerah dada dan punggung yang kemudian menyebar ke leher, wajah dan ekstremitas,
erupsi mulai menghilang pada hari ke-2 sesuai dengan ruam yang lebih dahulu
muncul.7,9
Penyakit morbilli bersifat self limiting desease, sehingga cukup dengan
memberikan terapi suportif, meliputi pemberian cairan dan nutrisi yang cukup serta
vitamin A sesuai dengan usia untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas yang dapat
terjadi akibat komplikasi morbili sesuai dengan beberapa penelitian yang ada. 10.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soedarmo SSP, dkk. Campak dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis. Edisi II.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010; 109-21.
2.
Cherry J.D. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan. Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. 2004;
2283-98.
3.
4.
Anonimous.
Measles.
Diakses
http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/ meas.pdf. 2006.
5.
Ikatan Dokter Anak Indonesis. Campak dalam : Pedoman Pelayanan Medis. Jilid
1. Jakarta. 2010; 33-5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Manual for the laboratory diagnosis of measles and rubella virus infection.
Second edition. WHO. 2013
melalui