Anda di halaman 1dari 16

Kota Sukabumi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sukabumi beralih ke halaman ini. Untuk Kabupaten yang bernama-sama, lihat pula Kabupaten
Sukabumi. Untuk kegunaan lain dari Sukabumi, lihat Sukabumi (disambiguasi).

Kota Sukabumi

Logo

Semboyan: Reugreug Pageuh Repeh Rapih

Letak Kota Sukabumi di Jawa Barat

Kota Sukabumi


Letak kota Sukabumi di Indonesia

Koordinat:

65517,15LU 1065533,04BT

Negara

Indonesia

Provinsi

Jawa Barat

Ibukota

Cikole

Hari jadi

1 April 1914

Pemerintahan
Wali Kota

H. Mohamad Muraz, S.H, M.M.

Wakil Wali Kota

H. Achmad Fahmi,S.Ag, M.M.

Area
Total

48.25 km2 (18.63 mil)

Populasi (2010)
Total

298.681

Kepadatan

6,200/km2 (16,000/sq mi)

Zona waktu

WIB (UTC+7)

Kode wilayah

+62 266

Situs web

http://www.sukabumikota.go.id

Kota Sukabumi (aksara Sunda: ) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa


Barat, Indonesia. Kota ini merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Sejarah
2Pembukaan Perkebunan
o 2.1Penggunaan nama Soekaboemi
o 2.2Kotapraja Soekaboemi
o 2.3Soekaboemi di era pendudukan Jepang
o 2.4Awal kemerdekaan
o 2.5Kota Sukabumi kontemporer
3Geografi
4Pemerintahan
o 4.1Perubahan Nama Pemerintahan
o 4.2Nama-Nama Pimpinan Pemerintahan Daerah Sukabumi
o 4.3Perwakilan
o 4.4Arti Lambang Kota Sukabumi
5Kependudukan
6Ketenagakerjaan
7Perekonomian
8Pendidikan
9Kesehatan
10Stasiun Radio
11Perbankan
12Pusat Perbelanjaan dan restoran
13Kuliner
14Tokoh
15Rujukan
16Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Pembukaan Perkebunan[sunting | sunting sumber]
Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di
wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[1][2] Karena besarnya permintaan akan
komoditas kopi di Eropa, di tahun 1709 Gubernur JenderalAbraham van Riebeeck mulai membuka
perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer, Djogdjogan, Pondok Kopo,
dan Goenoeng Goeroeh.[3] Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan
peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), dimana
Bupati Tjiandjoer saat itu Wira Tanoe IIImendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan
syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.[4][5]
Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi
beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Di tahun 1776, Bupati

Tjiandjoer Wiratanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari Kabupaten
Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik Goenoeng
Parang, Tjimahi,Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon, dan Djampang Tengah. Pusat
kepatihannya berada di Tjikole, dikarenakan Tjikole dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis
untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibukota dari Karesidenan
Priangan.

Penggunaan nama Soekaboemi[sunting | sunting sumber]


Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan di tanggal 13 Januari 1815 dalam catatan arsip Hindia
Belanda oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang ahli bedah dan administratur
perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter) yang membuka lahan
perkebunan di Kepatihan Tjikole. Dalam laporan surveynya, De Wilde mencantumkan nama Soeka
Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada
temannya Nicolaus Engelhard[6] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,[7] dimana ia
meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan
Soekaboemi kepada Thomas Stamford Raffles, Gubernur Hindia Belanda saat itu.

Andries de Wilde

Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh De Wilde. Pendapat
pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda,
yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap,
dikarenakan iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi
berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan)
dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi
yang disukai".
De Wilde sendiri lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia
Belanda di tahun 1823.[8] Lokasi strategis Soekaboemi diantara Batavia dan Bandoeng dan hasil
buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor
dibangunnya jalur kereta dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung di tahun 1882. Jalur yang
dibangun oleh perusahaan 'Staatspoorwagen ini menjadi jantung distribusi dalam pengangkutan
hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke pelabuhan Tandjoeng Priok di Batavia.
Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar keturunan Tionghoa pertama di Indonesia
yaitu Li Po di tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Tionghoa.

Kotapraja Soekaboemi[sunting | sunting sumber]


Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, dimana pemerintahan HindiaBelanda meresmikan Soekaboemi sebagai Gemeentee (Kotapraja) dikarenakan populasi bangsa
Eropa yang berdomisili cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk memperingati kemenangan
kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut kota Brielle dari
tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada 1 April 1572. Pemerintahan

kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei 1926, dengan burgemeester (wali kota)
pertamanya George Franois Rambonnet. Selama masa terbentuknya Kotapraja sampai ke
pendudukan Jepang, terjadi pembangunanSoekaboemi Treinstation Stasiun Sukabumi, Moskee te
Soekaboemi (Masjid Agung), Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta), Rooms-katholieke
kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja Bethel), Bataksche kerk (HKBP
Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu induk
Lembursitu), danPolitieschool (Sekolah Pembentukan Perwira Polri).[9][10][11]
Menjelang akhir kekuasaan Hindia-Belanda, Sukabumi menjadi tempat tujuan pengasingan bagi
beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir danTjipto
Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi sebagai
perwakilan dari Jepang dengan Hubertus Johannes van Mook pada Oktober 1940 yang membahas
mengenai kerjasama dagang antara Jepang dan Hindia-Belanda.[12]

Soekaboemi di era pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]


Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan ke HindiaBelanda pada 8 Desember 1941, dimana Soekaboemi jatuh ke tangan Jepang di tanggal 7 Maret
1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi tempat pertemuan Mohammad
Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang untuk membahas mengenai masa depan
Hindia-Belanda, namun keduanya malah mendapatkan status sebagai tahanan kota. Soekaboemi
juga menjadi salah-satu tempat penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di
Indonesia.[13][14]

Awal kemerdekaan[sunting | sunting sumber]


Bagian ini
memerlukanpengembangan

Kota Sukabumi kontemporer[sunting | sunting sumber]


Bagian ini
memerlukanpengembangan

Geografi[sunting | sunting sumber]


Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat dayda dari
wilayah Priangan pada koordinat 106 45 50 Bujur Timur dan 106 45 10 Bujur Timur, 6 49 29
Lintang Selatan dan 6 50 44 Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung
Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 C.
Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya
berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini
seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]


Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,0023 KM terbagi dalam
5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27
September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan
dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Lembursitu, Kecamatan Baros, dan Kecamatan Cibeureum. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri
dari 7 kecamatan, meliputi 33 kelurahan, 1.521 RT, dan 350 RW.
Kecamatan di Kota Sukabumi adalah:

Cikole
Gunungpuyuh
Citamiang
Warudoyong
Baros
Lembursitu
Cisaat
Sukabumi
Sukaraja
Sukalarang
Kadudampit
Kebonpedes
Gunung Guruh
Cireunghas
Cibeureum

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada Tahun 2010 5.733
orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang, Golongan III 2.209 orang,
dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, SI 2.070
Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496 orang, SLTA 1.584 orang, SLTP 183 orang, dan SD 171
orang.
Jumlah Keputusan DPRD Kota Sukabumi pada tahun 2009/2010, berdasarkan surat Keputusan
Pimpinan DPRD sebanyak 9, sedangkan Surat Keputusan Dewan (DPRD) sebanyak 23.

Perubahan Nama Pemerintahan[sunting | sunting sumber]


No

Nama Pemerintahan

Keterangan

Gemeente Soeka Boemi

Tahun 1914-1942

Soekaboemi SHI

Tahun 1942-1945

Kota Kecil Sukabumi

Undang-undang No. 17 Tahun 1950

Kota Praja Sukabumi

Undang-undang No. 1 Tahun 1957

Kotamadya Sukabumi

Undang-undang No. 18 Tahun 1965

Kotamadya Daerah Tingkat II


Sukabumi

Undang-undang No. 5 Tahun 1974

Undang-undang No. 22 tahun 1999, UU No 32 Tahun


2003

Kota Sukabumi

Nama-Nama Pimpinan Pemerintahan Daerah Sukabumi[sunting | sunting sumber]


No

Nama

Tahun

Mr. G.F. Rambonnet

1926-1933

Mr. W.M. Ouwerkerk

1933

Dr. A.L.A. van Unen

1934-1939

Mr. W.J.Ph. van Waning

1939-1942

Mr. Raden Syamsudin

1945-1946

Raden Mamur Soeria Hoedaja

1946-1948

Raden Ebo Adinegara

1948-1950

Raden Widjaja Soerija

(Pejabat)

Raden S. Affandi Kartadjoemena

1950-1952

10

Raden Soebandi Prawiranata

1952-1959

11

Mochamad Soelaeman

1959-1960

12

Raden Soewala

1960-1963

13

Raden Semeru

(Pejabat)

14

Drs. Achmad Darmawan Adi

1963-1961

15

Raden Bidin Suryagunawan

(Pejabat)

16

Saleh Wiradikarta, S.H.

1966-1978

17

Soejoed

1978-1988

18

H. Zaenudin Mulaebary, S.H.

1988-1993

19

H. Udin Koswara, S.H.

1993-1997

20

R. Nuriana (Gubernur Jabar)

PJS

21

Dra. Hj. Molly Mulyahati Djubaedi, M.Sc.

Plh

22

Dra. Hj. Molly Mulyahati Djubaedi, M.Sc.

1998-2003

23

H. Mokh. Muslikh Abdussyukur, S.H., M.Si.

2003-2013

24

H. Mohamad Muraz, S.H., MM.

2013-2018

Perwakilan[sunting | sunting sumber]


DPRD Kota Sukabumi 2014-2019
Partai

PDI-P

Kursi
6

Partai Golkar

Partai Demokrat

Partai Gerindra

Partai Hati Nurani RakyatLambang Partai Hanura

4
3

PPP

Partai Keadilan Sejahtera

3
PAN
Partai Kebangkitan BangsaLambang PKB

Partai NasDemLambang Nasdem

Total

35

Sumber:[15]

Arti Lambang Kota Sukabumi[sunting | sunting sumber]


Dasar Hukum : Peraturan Daerah Kotamadya Sukabumi Nomor 12 Tahun 1993 Tentang Lambang
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi.
Arti dari Lambang :
No

Lambang

Arti

Perisai

Ketangguhan Fisik dan Mental

Warna Hijau

Kesuburan dan Kemakmuran

Bintang Segi Lima

PANCASILA yang merupakan Dasar Negara Republik Indonesia

Senjata Kujang

Keberanian

Setangkai Padi dan Teh

Ketentraman dan Perdamaian

Pita Merah Putih

Kebangsaan Indonesia

Kependudukan[sunting | sunting sumber]


Perkembangan penduduk di Kota Sukabumi selama periode 1998-2002 terus meningkat, dengan
laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75 %.[16]

Tahun

Jumlah penduduk

2010

298.681

2009

287.856

2008

2007

2006

2005

2004

2003

278.418

2002

259.045

2001

257.097

2000

252.420

1999

242.976

1998

241.396

Sejarah kependudukan kota Sukabumi


Sumber:[16]

Ketenagakerjaan[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana
Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699
orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja
yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang.
Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Sukabumi tahun
2010 meliputi lulusan SLTP 510 orang, lulusan SLTA 967 orang, lulusan diploma 155 orang, dan
sarjana 123 orang.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Pasar Sukabumi pada tahun 1920-an


Grand Hotel Selabintana (1900-1935)

Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada di bawah 20 persen setiap
tahunnya.[17]
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota
Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami
peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275
perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri
dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil. Sedangkan
jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010
mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan
yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan
usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan
berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.
Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan
tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak
33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.
Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang
terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak
104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009
yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang
menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini
dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.
Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan
hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha
pariwisata lainnya yang meliputi bilyard, golf, karaoke, dan ketangkasan.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]


Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya sekolah tinggi ilmu ekonomi penguji
sebagai perguruan tinggi tertua di sukabumi, Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC, Universitas
Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (NSP),Amik CBI,Amik BSI,
STMIK Nusa Mandiri, STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STISIP Syamsul Ulum, STIE
PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STH Pasundan juga sekolah lanjutan
yang berasaskan islam yaitu Madrasah Aliyah Baiturrahman.
Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah Dasar, 35 SLTP,
16 SMU, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta. Sementara itu murid yang
tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648 siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa,
murid SLTP negeri sebanyak 11.174 siswa, murid SLTP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMU
negeri dan swasta sebanyak 7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit Sukabumi pada tahun 1920-an

Fasilitas kesehatan di Kota Sukabumi terdiri dari beberapa rumah sakit swasta dan umum serta
puskesmas yang tersebar di area kota, seperti Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, atau
Bunut di Jalan Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa di Jalan Jend. Sudirman, Rumah Sakit Ibu
dan Anak Ridogalih di Jalan Gudang, dan juga kompleks Balai Pengobatan Sukabumi di Jalan
Bhayangkara dan Jalan Kenari. Selain rumah sakit dan puskesmas, terdapat juga laboratorium
laboratorium klinik yang melayani pemeriksaan kesehatan, seperti Laboratorium Klinik Vita
Medika di Jalan Suryakencana, dan Laboratorium Bina Sehat.

Stasiun Radio[sunting | sunting sumber]

Radio Fortuna 90,7 FM


Radio Elmitra 95.0 FM
Radio NBS 92,3 FM
Radio Kiwari 94.7 FM
Radio Megaswara Sukabumi 96.00 FM
Galaxy Radio 101.4 FM
Radio Siaran Pemerintah Daerah/RSPD Kota Sukabumi
Radio RAMA 104.1 FM
Radio Menara 105.7 FM

UrbanRadio Bandung 106.3 FM


Radio Trijaya 103.2 FM

Perbankan[sunting | sunting sumber]

Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri


BNI
BRI dan BRI Syariah
Bank Mega
Bank Pundi
Bank Panin
BJB dan BJB Syariah
dll

Pusat Perbelanjaan dan restoran[sunting | sunting sumber]

Supermall
Ramayana
Tiara Toserba
Selamat Toserba
Matahari
Giant
super indo
KFC
CFC
Mcdonald

Kuliner[sunting | sunting sumber]


Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu[18], mochi, roti priangan
tradisional[19], bubur ayam sukabumi, bolu pisang, bandros, surabi, dan soto mie.

Tokoh[sunting | sunting sumber]


Beberapa tokoh yang berasal dari kota Sukabumi di antaranya Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan, Memperindag Rahardi Ramelan, Pangkostrad Djaja Suparman, pecaturHerman
Suradiradja, Pebulutangkis Berry Anggriawan, Penyanyi Indonesia Desy Ratnasari, Purie Andriani
(Puri Mahadewi) dan Syahrini, komedian Aom Kusman dan Omesh, pemeran wanita Happy
Salma dan Herfiza Novianti, pelawak Yan Asmi dan pencipta lagu anak-anak Ibu Sud. Beberapa
Band seperti Vagetoz dll.

SEJARAH KOTA SUKABUMI


Hari Jadi Kabupaten Sukabumi diperingati setiap tanggal 1 Oktoberyang didasarkan dari titimangsa
keberhasilan para pejauang muda Sukabumi setelah merebut paksa kekuasaan transisi Jepang setelah kalah oleh
Sekutu tahun 1945. Akibat penolakan tuntutan para pejauang muda Sukabumi tanggal 1 Oktober 1945
melakukan penyerbuan dan berhasil antara lain :
Membebaskan 9 orang tahanan politik, salah seorang di antaranya RA Kosasih yang kemudian sempat
menjadi Panglima Kodam Siliwangi.
Perebutan kekuasaan pemerintah sipil, dengan mengganti wedana dan camat yang tidak mendukung aksi
pejuang. Jabatan-jabatan di daerah diserahkan kepada para alim ulama.
Pengambilalihan instalasi penting, seperti PLN, Kantor Telepon, Tambang Mas Cikotok, Industri Logam
BARATA dan penagambilalihan gudang senjata di Wangun dan Tegal Panjang.

Setelah berhasil merebut kekuasaan dari pemerintah transisi Jepang, para pejuang
Sukabumi mengusulkan Mr. Sjamsudin sebagai Walikota Sukabumi dan Mr. Haroen sebagai Bupati Sukabumi.
Atas usul tersebut, Residen Bogor mengangkat Mr. Haroen sebagai Bupati pertama Kabupaten Sukabumi di Era
Pemerintahan Republik Indonesia tahun 1946.
Sejak saat itu peristilahan yang tertera pada nomenklatur pemerintahan diganti misalnya Ken diganti menjadi
Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan (sekarang sudah tidak ada), Son menjadi Kecamatan dan Ku menjadi
Desa.
Kekuasaan untuk menetapkan peraturan di Daerah pun mulai disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara
nasional, seperti perubahan kedudukan Komite Nasional Daerah. Komite yang semula bertugas sebagai
pembantu eksekutif, diberi wewenang penuh bersama eksekutif dalam menetapkan peraturan daerah, sejalan
dengan peraturan tingkat pusat dan daerah atasan.
Belanda berusaaha untuk mengembalikan kekuasaanya, dengan memanfaatkan gerakan pasukan sekutu. Tanggal
9 Desember 1945 pasukan Inggris yang berintikan tentara Ghurka, bersama dengan pasukan Belanda dengan
NICA-nya, berusaha masuk ke Sukabumi dan dihadang gabungan pasukan pejuang, maka terjadilah pertempuran
sengit, yang dikenal dengan Pertempuran Bojongkokosan.
Iring-iringan kendaraan perang tentara Inggris, terdiri dari tank dan panser, diserang pasukan Bojongkokosan,
Kecamatan Parungkuda. Kerugian besar diderita pihak sekutu. Disamping beberapa kendaraan perang berhasil
diledakkan, banyak tentara Ghurka terbunuh dan beberapa perwira Inggris tewas.. Di sekitar situs pertempuran
bersejarah itu, sekarang berdiri monumen perjuangan Bojongkokosan. Sejak peristiwa itu, beberapa gerakan
tentara Belanda dan sekutu senantiasa mendapat perlawanan para pejuang muda Sukabumi.
Tanggal 21 Juli 1947, Belanda berhasil lolos masuk ke Sukabumi dan pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi
di bawah Mr. Soewardi, untuk sementara dipindahkan ke Nyalindung, sebelah Selatan kota Sukabumi. Belanda

membentuk pemerintaha sipil dan mengangkat R.A.A. Hilman Djajadiningrat sebagai Bupati Sukabumi, yang
kemudian digantikan oleh R.A.A. Soeriadanoeningrat.
Tahun 1950, setelah kekuasaan kembali ke tangan Republik Indonesia, pemerintahan di daerah ditata kembali
berdasarkan UU 22/1948. Dengan keluarnya UU 14/1950 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di lingkungan
Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi menjadi daerah otonom. R.A. Widjajasoeria diangkat menjadi
Bupati, menggantikan Soeriadanoeningrat.
Pada masa pemerintahan, R.A. Widjajasoeria, yang berakhir tahun 1958 itu, telah terjadi perubahan-perubahan
dalam
struktur pemerintahan di daerah yaitu :
Diundangkannya UU I/1957 menggantikan UU 21/1948. Dengan undang-undang baru ini, Kepala Daerah
hanya diserahi tugas otonomi daerahnya sendiri, sedang tugas pengawasan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat menjadi tanggung jawab Menteri Dalam Negeri.
Terjadi dualisme tugas dan kewenangan di daerah, antara tugas dan kewenangan pusat di daerah.
Tahun 1958, R. Hardjasoetisna diangkat menjadi Kepala Daerah, menjalankan tugas-tugas kewenangan daerah.
Sedangkan sebagai pelaksana tugas dan kewenangan pemerintah pusat di daerah dijabat oleh pejabat tinggi yang
disebut Pejabat Bupati, saat itu dijabat oleh R.A. Abdoerachman Soeriatanoewidjaja.
UU I/1957 tidak berlangsung lama dengan terbitnya Penpres R.I 6/1959 yang menyerahkan tugas-tugas pusat
bidang pemerintahan umum, maupun urusan rumah tangga daerah, ke tangan Bupati/Kepala Daerah. Dalam
menjalankan tugasnya Bupati/Kepala Daerah dibantu oleh Badan Pemerintah Harian (BPH). R. Koedi
Soeriadihardja diangkat sebagai Bupati/Kepala Daerah hingga tahun 1967, yang kemudian digantikan oleh Ajun
Komisaris Besar Polisi Haji Anwari.
Perubahan dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah turut mewarnai dinamika dan perkembangan daerah
serta masyarakat Kabupaten Sukabumi. Setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 dan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1950 yang menjadi acuan sistem pemerintahan di daerah, pada tahun 1965 diundangkan UU
18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang ini kemudian dicabut sebelum
dilaksanakan dan diganti dengan UU 5/1974. Undang-undang baru ini kemudian berlaku selama pemerintahan
Orde Baru, hingga diundangkannya UU No. 22/1999 yang sekarang telah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Haji Anwari merupakan Bupati pertama yang diangkat di masa Orde Baru. Pada masa pemerintahannya,
Kabupaten Sukabumi mulai mengembangkan pembangunan infrastruktur, yang mengakhiri isolasi wilayah
selatan Kabupaten Sukabumi. Sebagai Bupati, Haji Anwari berakhir tahun 1978. Bupati berikutnya adalah :
Drs. H.M.A Zaenuddin (1978 ? 1983)
Dr. H. Ragam Santika (1983 ? 1989)
Ir. H. Muhammad (1989 ? 1994)
Drs. H.U. Moch. Muchtar (1994 ? 1999)
Drs. H. Maman Sulaeman (2000 ? 2005)
Drs. H. Sukmawijaya, MM (2005 ? 2010)
Drs. H. Sukamawijaya, MM, merupakan Bupati Sukabumi pertama hasil Pemilihan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah yang diselenggarakan pada hari Senin tanggal 27 Juni 2005 berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004
dan PP No. 6 Tahun 2005 yang berpasangan dengan Drs. H. Marwan Hamami, MM sebagai Wakil Bupati
Sukabumi. Pada usianya yang ke 60, Kabupaten Sukabumi membuat tonggak sejarah baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni telah dilaksanakannya pemilihan Bupati/Wakil Bupati Sukabumi
secara langsung yang berjalan aman, tertib, dan damai.
Drs. H. Sukmawijaya, MM dan Drs. H. Marwan Hamami, MM., dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati masa
bhakti tahun 2005-2010 oleh Gubernur Jawa Barat Drs. H. Dany Setiawan, M.Si. atas nama Menteri Dalam

Negeri RI pada Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Sukabumi pada Hari Senin tanggal 29 Agustus
2005 yang dipimpin oleh Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi H Sopandi Harjasasmita.
sumber : http://www.kabupatensukabumi.go.id

Anda mungkin juga menyukai