Sukabumi beralih ke halaman ini. Untuk Kabupaten yang bernama-sama, lihat pula Kabupaten
Sukabumi. Untuk kegunaan lain dari Sukabumi, lihat Sukabumi (disambiguasi).
Kota Sukabumi
Logo
Kota Sukabumi
Letak kota Sukabumi di Indonesia
Koordinat:
65517,15LU 1065533,04BT
Negara
Indonesia
Provinsi
Jawa Barat
Ibukota
Cikole
Hari jadi
1 April 1914
Pemerintahan
Wali Kota
Area
Total
Populasi (2010)
Total
298.681
Kepadatan
Zona waktu
WIB (UTC+7)
Kode wilayah
+62 266
Situs web
http://www.sukabumikota.go.id
1Sejarah
2Pembukaan Perkebunan
o 2.1Penggunaan nama Soekaboemi
o 2.2Kotapraja Soekaboemi
o 2.3Soekaboemi di era pendudukan Jepang
o 2.4Awal kemerdekaan
o 2.5Kota Sukabumi kontemporer
3Geografi
4Pemerintahan
o 4.1Perubahan Nama Pemerintahan
o 4.2Nama-Nama Pimpinan Pemerintahan Daerah Sukabumi
o 4.3Perwakilan
o 4.4Arti Lambang Kota Sukabumi
5Kependudukan
6Ketenagakerjaan
7Perekonomian
8Pendidikan
9Kesehatan
10Stasiun Radio
11Perbankan
12Pusat Perbelanjaan dan restoran
13Kuliner
14Tokoh
15Rujukan
16Pranala luar
Tjiandjoer Wiratanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari Kabupaten
Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik Goenoeng
Parang, Tjimahi,Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon, dan Djampang Tengah. Pusat
kepatihannya berada di Tjikole, dikarenakan Tjikole dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis
untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibukota dari Karesidenan
Priangan.
Andries de Wilde
Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh De Wilde. Pendapat
pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda,
yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap,
dikarenakan iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi
berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan)
dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi
yang disukai".
De Wilde sendiri lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia
Belanda di tahun 1823.[8] Lokasi strategis Soekaboemi diantara Batavia dan Bandoeng dan hasil
buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor
dibangunnya jalur kereta dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung di tahun 1882. Jalur yang
dibangun oleh perusahaan 'Staatspoorwagen ini menjadi jantung distribusi dalam pengangkutan
hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke pelabuhan Tandjoeng Priok di Batavia.
Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar keturunan Tionghoa pertama di Indonesia
yaitu Li Po di tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Tionghoa.
kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei 1926, dengan burgemeester (wali kota)
pertamanya George Franois Rambonnet. Selama masa terbentuknya Kotapraja sampai ke
pendudukan Jepang, terjadi pembangunanSoekaboemi Treinstation Stasiun Sukabumi, Moskee te
Soekaboemi (Masjid Agung), Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta), Rooms-katholieke
kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja Bethel), Bataksche kerk (HKBP
Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu induk
Lembursitu), danPolitieschool (Sekolah Pembentukan Perwira Polri).[9][10][11]
Menjelang akhir kekuasaan Hindia-Belanda, Sukabumi menjadi tempat tujuan pengasingan bagi
beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir danTjipto
Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi sebagai
perwakilan dari Jepang dengan Hubertus Johannes van Mook pada Oktober 1940 yang membahas
mengenai kerjasama dagang antara Jepang dan Hindia-Belanda.[12]
Cikole
Gunungpuyuh
Citamiang
Warudoyong
Baros
Lembursitu
Cisaat
Sukabumi
Sukaraja
Sukalarang
Kadudampit
Kebonpedes
Gunung Guruh
Cireunghas
Cibeureum
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada Tahun 2010 5.733
orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang, Golongan III 2.209 orang,
dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, SI 2.070
Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496 orang, SLTA 1.584 orang, SLTP 183 orang, dan SD 171
orang.
Jumlah Keputusan DPRD Kota Sukabumi pada tahun 2009/2010, berdasarkan surat Keputusan
Pimpinan DPRD sebanyak 9, sedangkan Surat Keputusan Dewan (DPRD) sebanyak 23.
Nama Pemerintahan
Keterangan
Tahun 1914-1942
Soekaboemi SHI
Tahun 1942-1945
Kotamadya Sukabumi
Kota Sukabumi
Nama
Tahun
1926-1933
1933
1934-1939
1939-1942
1945-1946
1946-1948
1948-1950
(Pejabat)
1950-1952
10
1952-1959
11
Mochamad Soelaeman
1959-1960
12
Raden Soewala
1960-1963
13
Raden Semeru
(Pejabat)
14
1963-1961
15
(Pejabat)
16
1966-1978
17
Soejoed
1978-1988
18
1988-1993
19
1993-1997
20
PJS
21
Plh
22
1998-2003
23
2003-2013
24
2013-2018
PDI-P
Kursi
6
Partai Golkar
Partai Demokrat
Partai Gerindra
4
3
PPP
3
PAN
Partai Kebangkitan BangsaLambang PKB
Total
35
Sumber:[15]
Lambang
Arti
Perisai
Warna Hijau
Senjata Kujang
Keberanian
Kebangsaan Indonesia
Tahun
Jumlah penduduk
2010
298.681
2009
287.856
2008
2007
2006
2005
2004
2003
278.418
2002
259.045
2001
257.097
2000
252.420
1999
242.976
1998
241.396
Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada di bawah 20 persen setiap
tahunnya.[17]
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota
Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami
peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275
perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri
dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil. Sedangkan
jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010
mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan
yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan
usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan
berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.
Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan
tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak
33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.
Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang
terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak
104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009
yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang
menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini
dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.
Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan
hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha
pariwisata lainnya yang meliputi bilyard, golf, karaoke, dan ketangkasan.
Fasilitas kesehatan di Kota Sukabumi terdiri dari beberapa rumah sakit swasta dan umum serta
puskesmas yang tersebar di area kota, seperti Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, atau
Bunut di Jalan Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa di Jalan Jend. Sudirman, Rumah Sakit Ibu
dan Anak Ridogalih di Jalan Gudang, dan juga kompleks Balai Pengobatan Sukabumi di Jalan
Bhayangkara dan Jalan Kenari. Selain rumah sakit dan puskesmas, terdapat juga laboratorium
laboratorium klinik yang melayani pemeriksaan kesehatan, seperti Laboratorium Klinik Vita
Medika di Jalan Suryakencana, dan Laboratorium Bina Sehat.
Supermall
Ramayana
Tiara Toserba
Selamat Toserba
Matahari
Giant
super indo
KFC
CFC
Mcdonald
Setelah berhasil merebut kekuasaan dari pemerintah transisi Jepang, para pejuang
Sukabumi mengusulkan Mr. Sjamsudin sebagai Walikota Sukabumi dan Mr. Haroen sebagai Bupati Sukabumi.
Atas usul tersebut, Residen Bogor mengangkat Mr. Haroen sebagai Bupati pertama Kabupaten Sukabumi di Era
Pemerintahan Republik Indonesia tahun 1946.
Sejak saat itu peristilahan yang tertera pada nomenklatur pemerintahan diganti misalnya Ken diganti menjadi
Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan (sekarang sudah tidak ada), Son menjadi Kecamatan dan Ku menjadi
Desa.
Kekuasaan untuk menetapkan peraturan di Daerah pun mulai disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara
nasional, seperti perubahan kedudukan Komite Nasional Daerah. Komite yang semula bertugas sebagai
pembantu eksekutif, diberi wewenang penuh bersama eksekutif dalam menetapkan peraturan daerah, sejalan
dengan peraturan tingkat pusat dan daerah atasan.
Belanda berusaaha untuk mengembalikan kekuasaanya, dengan memanfaatkan gerakan pasukan sekutu. Tanggal
9 Desember 1945 pasukan Inggris yang berintikan tentara Ghurka, bersama dengan pasukan Belanda dengan
NICA-nya, berusaha masuk ke Sukabumi dan dihadang gabungan pasukan pejuang, maka terjadilah pertempuran
sengit, yang dikenal dengan Pertempuran Bojongkokosan.
Iring-iringan kendaraan perang tentara Inggris, terdiri dari tank dan panser, diserang pasukan Bojongkokosan,
Kecamatan Parungkuda. Kerugian besar diderita pihak sekutu. Disamping beberapa kendaraan perang berhasil
diledakkan, banyak tentara Ghurka terbunuh dan beberapa perwira Inggris tewas.. Di sekitar situs pertempuran
bersejarah itu, sekarang berdiri monumen perjuangan Bojongkokosan. Sejak peristiwa itu, beberapa gerakan
tentara Belanda dan sekutu senantiasa mendapat perlawanan para pejuang muda Sukabumi.
Tanggal 21 Juli 1947, Belanda berhasil lolos masuk ke Sukabumi dan pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi
di bawah Mr. Soewardi, untuk sementara dipindahkan ke Nyalindung, sebelah Selatan kota Sukabumi. Belanda
membentuk pemerintaha sipil dan mengangkat R.A.A. Hilman Djajadiningrat sebagai Bupati Sukabumi, yang
kemudian digantikan oleh R.A.A. Soeriadanoeningrat.
Tahun 1950, setelah kekuasaan kembali ke tangan Republik Indonesia, pemerintahan di daerah ditata kembali
berdasarkan UU 22/1948. Dengan keluarnya UU 14/1950 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di lingkungan
Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi menjadi daerah otonom. R.A. Widjajasoeria diangkat menjadi
Bupati, menggantikan Soeriadanoeningrat.
Pada masa pemerintahan, R.A. Widjajasoeria, yang berakhir tahun 1958 itu, telah terjadi perubahan-perubahan
dalam
struktur pemerintahan di daerah yaitu :
Diundangkannya UU I/1957 menggantikan UU 21/1948. Dengan undang-undang baru ini, Kepala Daerah
hanya diserahi tugas otonomi daerahnya sendiri, sedang tugas pengawasan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat menjadi tanggung jawab Menteri Dalam Negeri.
Terjadi dualisme tugas dan kewenangan di daerah, antara tugas dan kewenangan pusat di daerah.
Tahun 1958, R. Hardjasoetisna diangkat menjadi Kepala Daerah, menjalankan tugas-tugas kewenangan daerah.
Sedangkan sebagai pelaksana tugas dan kewenangan pemerintah pusat di daerah dijabat oleh pejabat tinggi yang
disebut Pejabat Bupati, saat itu dijabat oleh R.A. Abdoerachman Soeriatanoewidjaja.
UU I/1957 tidak berlangsung lama dengan terbitnya Penpres R.I 6/1959 yang menyerahkan tugas-tugas pusat
bidang pemerintahan umum, maupun urusan rumah tangga daerah, ke tangan Bupati/Kepala Daerah. Dalam
menjalankan tugasnya Bupati/Kepala Daerah dibantu oleh Badan Pemerintah Harian (BPH). R. Koedi
Soeriadihardja diangkat sebagai Bupati/Kepala Daerah hingga tahun 1967, yang kemudian digantikan oleh Ajun
Komisaris Besar Polisi Haji Anwari.
Perubahan dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah turut mewarnai dinamika dan perkembangan daerah
serta masyarakat Kabupaten Sukabumi. Setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 dan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1950 yang menjadi acuan sistem pemerintahan di daerah, pada tahun 1965 diundangkan UU
18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang ini kemudian dicabut sebelum
dilaksanakan dan diganti dengan UU 5/1974. Undang-undang baru ini kemudian berlaku selama pemerintahan
Orde Baru, hingga diundangkannya UU No. 22/1999 yang sekarang telah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Haji Anwari merupakan Bupati pertama yang diangkat di masa Orde Baru. Pada masa pemerintahannya,
Kabupaten Sukabumi mulai mengembangkan pembangunan infrastruktur, yang mengakhiri isolasi wilayah
selatan Kabupaten Sukabumi. Sebagai Bupati, Haji Anwari berakhir tahun 1978. Bupati berikutnya adalah :
Drs. H.M.A Zaenuddin (1978 ? 1983)
Dr. H. Ragam Santika (1983 ? 1989)
Ir. H. Muhammad (1989 ? 1994)
Drs. H.U. Moch. Muchtar (1994 ? 1999)
Drs. H. Maman Sulaeman (2000 ? 2005)
Drs. H. Sukmawijaya, MM (2005 ? 2010)
Drs. H. Sukamawijaya, MM, merupakan Bupati Sukabumi pertama hasil Pemilihan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah yang diselenggarakan pada hari Senin tanggal 27 Juni 2005 berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004
dan PP No. 6 Tahun 2005 yang berpasangan dengan Drs. H. Marwan Hamami, MM sebagai Wakil Bupati
Sukabumi. Pada usianya yang ke 60, Kabupaten Sukabumi membuat tonggak sejarah baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni telah dilaksanakannya pemilihan Bupati/Wakil Bupati Sukabumi
secara langsung yang berjalan aman, tertib, dan damai.
Drs. H. Sukmawijaya, MM dan Drs. H. Marwan Hamami, MM., dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati masa
bhakti tahun 2005-2010 oleh Gubernur Jawa Barat Drs. H. Dany Setiawan, M.Si. atas nama Menteri Dalam
Negeri RI pada Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Sukabumi pada Hari Senin tanggal 29 Agustus
2005 yang dipimpin oleh Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi H Sopandi Harjasasmita.
sumber : http://www.kabupatensukabumi.go.id