Anda di halaman 1dari 3

Metode Analisa Kestabilan Lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal,

tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual,
cara komputasi dan cara grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut : 1) Cara pengamatan visual
adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan membandingkan kondisi lereng
yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang yang tidak, cara ini memperkirakan
lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di lapangan (Pangular, 1985).
Cara ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada
resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi gerakan
tanah dalam suatu peta lereng. 2) Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan
berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara
Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya.
Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan tanah adalah kuat geser tanah
yang dapat terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c)
meningkat sejalan peningkatan konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman,
(d) berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau terbentuknya
tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah. Dalam menghitung besar faktor
keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang
mempunyai bidang gelincir saya yang dapat dihitung. 3) Cara grafik adalah dengan
menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan
Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen dengan struktur sederhana.
Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan
rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram)
dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip
kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan. 1. Metode Fellenius Ada beberapa metode
untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum digunakan ialah metode irisan yang
dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis
kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arcfailure). Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan
kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng (toe failure), longsorang muka
lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng
umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif
mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa terjadi
pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini
melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras
berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh
tanah lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak
(soft seams). Perhitungan lereng dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi massa
longsoran menjadi segmen-segmen seperti pada contoh gambar 1, untuk bidang longsor
circular adalah: Gambar 1. Gaya Yang Bekerja Pada Longsoran Lingkaran Metode Fellenius
dapat digunakan pada lereng-lereng dengan kondisi isotropis, non isotropis dan berlapis-lapis.
Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri dari atas beberapa elemen vertikal. Lebar
elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung busur di dasar elemen
dapat dianggap garis lurus. Berat total tanah/batuan pada suatu elemen (W,) termasuk beban
Iuar yang bekerja pada permukaan lereng (gambar 2) Wt, diuraikan dalam komponen tegak
lurus dan tangensial pada dasar elemen. Dengan cara ini, pengaruh gaya T dan E yang bekerja
disamping elemen diabaikan. Faktor keamanan adalah perbandingan momen penahan longsor
dengan penyebab Iongsor. Pada gambar 2 momen tahanan geser pada bidang Iongsor adalah :
Mpenahan = R. r Dimana : R = gaya geser r = jari-jari bidang longsor Tahanan geser pada
dasar tiap elemen adalah : Momen penahan yang ada sebesar : Komponen tangensial Wt,

bekerja sebagai penyebab Iongsoran yang menimbulkan momen penyebab sebesar: Faktor
keamanan dari lereng menjadi : Jika lereng terendam air atau jika muka air tanah diatas kaki
lereng, maka tekanan air pori akan bekerja pada dasar elemen yang ada dibawah air tersebut.
Dalam hal ini tahanan geser harus diperhitungkan yang efektif sedangkan gaya penyebabnya
tetap diperhitungkan secara total, sehingga rumus menjadi : Gambar 2. Sistem Gaya pada
Metode Fellenius 2. Metode Bishop a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode
swedia, tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran b. Pertama yang harus diketahui
adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak
rekahan c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan
pada longsoran busur dipergunakan grafik Metode Bishop yang disederhanakan merupakan
metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang
sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.
Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua
kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum,
jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara
otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan
minimum. Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal dan
vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan, seperti
pada gambar 2. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa tegangan efektif. Gambar 3.
Stabilitas lereng dengan metode Bishop Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955)
menggunakan cara elemen dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada
seperti pada gambar 4. Persyaratan keseimbangan diterapkan pada elemen yang membentuk
lereng tersebut. Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan
kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (Stersedia) dengan tahanan
geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu). Gambar 4. Sistem gaya pada suatu
elemen menurut Bishop Harga m.a dapat ditentukan dari gambar 5. Cara penyelesaian
merupakan coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri persamaan
faktor keamanan diatas, dengan menggunakan gambar 5. untuk mempercepat perhitungan.
Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila
sudut negatif ( - ) di lereng paling bawah mendekati 30 . Kondisi ini bisa timbul bila
lingkaran longsor sangat dalam atau pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng.
Faktor keamanan yang didapat dari cara Bishop ini lebih besar dari yang didapat dengan cara
Fellenius. Gambar 5. Harga m.a untuk persamaan Bishop 3. Metode Janbu a. Metode ini
digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak berbentuk busur
lingkaran. b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah
yang terdapat pada massa batuan atau tanah. Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu
faktor keamanan tertentu yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan
beberapa kali untuk mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah.
Gambar 6. Aplikasi Metode janbu Metode Janbu, untuk tanah berbutir kasar : Qp = Ap (c
Nc+ q Nq) Dimana : c = Kohesi tanah (kN/m2) Nc, Nq = Faktor daya dukung ujung
tiang berdasarkan tabel Janbu Gambar 7. Faktor Daya Dukung Ijin Dengan Sudut Geser
Dalam Janbu (1954) mengembangkan suatu cara analisa kemantapan lereng yang dapat
diterapkan untuk semua bentuk bidang longsor (gambar 8). Gambar 8. Analisa Kemantapan
Lereng Janbu Gambar 9. Sistem Gaya pada Suatu Elemen menurut cara Janbu Keadaan
keseimbangan untuk setiap elemen dan seluruh massa yang longsor mengikuti persamaan
dibawah ini : Referensi : - Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran,
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik. - Erni. Perencanaan Pondasi Tiang
Pancang dalam Berbagai Bentuk Tiang pada Gedung Rumah Sakit Mitra keluarga Depok.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tekik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma. -

Nyoman, I G. Santiawan, I Gusti N. Wardana dan I Wayan Redana. Penggunaan vegetasi


(rumput gajah) dalam menjaga kestabilan tanah terhadap kelongsoran. Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil Vol. 11, No. 1, Januari 2007. - Zakaria, Zufialdi. 2009. Analisa Kestabilan Lereng, seri
mata kuliah Geoteknik. Laboratorium Geologi Teknik Fakultas Teknik Geologi Universitas
Padjadjaran. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai