Anda di halaman 1dari 4

1.1.

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, perkebunan adalah segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.
Pembangunan di bidang perkebunan diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat,
meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan penerimaan devisa negara, menyediakan lapangan kerja,
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan
sumberdaya alam secara berkelanjutan (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan).
Sektor perkebunan tercatat memiliki pertumbuhan yang pesat, baik luasan areal maupun produksi, bahkan
berkontribusi besar terhadap meningkatnya pendapatan negara.
Tercatat Indonesia memiliki beberapa komoditas perkebunan unggulan diantaranya karet, kelapa sawit, kelapa,
kopi, kakao, teh, dan tebu. Sektor perkebunan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia dan mendorong penyerapan tenaga kerja. Tidak saja ekonomi yang terus meningkat, angkatan kerja di
sektor perkebunan dari tahun ke tahun punmengalami pertumbuhan.
Kabupaten Pelalawan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki pertumbuhan perkebunan
yang cukup pesat. Pada tahun 2009, sekitar 557.022 Ha dari 1.392.494 Ha luas Kabupaten Pelalawan
merupakan kawasan perkebunan, atau sekitar 40% luas Kabupaten Pelalawan merupakan kawasan perkebunan
(Laporan Akhir Inventarisasi SDA Kabupaten Pelalawan, 2009). Terbukti Kabupaten Pelalawan tercatat sebagai
salah satu kabupaten penghasil kelapa sawit terbesar di Provinsi Riau. Total produksi kelapa sawit tahun 2010
sebesar 499.726,2 ton, naik 43% dibandingkan produksi tahun 2009 sebesar 348.872,7 ton (BPS Kabupaten
Pelalawan).
Perkebunan kelapa sawit tersebar hampir di semua kecamatan di kabupaten pelalawan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pelalawan, perkembangan kawasan perkebunan telah meningkatkan
pendapatan asli daerah Kabupaten Pelalawan dan mampu mendorong perkembangan secara lebih luas, seperti
perdagangan, industri, jasa, investasi, dan membuka kesempatan kerja.
Manfaat yang dirasakan dari perkembangan kawasan perkebunan ini ternyata juga diiringi oleh dampak
negatifnya. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa segala bentuk
kegiatan pemanfaatan ruang harus mengacu pada dokumen rencana tata ruang yang di dalamnya antara lain
berisikan arahan struktur ruang dan pola ruang. Artinya pemanfaatan kawasan perkebunan di Kabupaten
Pelalawan harus mengacu kepada dokumen rencana tata ruang yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pelalawan. Dalam implementasinya, pemanfaatan kawasan perkebunan di Kabupaten Pelalawan
pada saat sekarang ini tidak lagi mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan,
karena terdapat kawasan perkebunan yang berada pada kawasan lindung di salah satu wilayah Kabupaten
Pelalawan.
Salah satu permasalahan pemanfaatanruang kawasan perkebunan di KabupatenPelalawan terdapat pada
Kawasan LindungTaman Nasional Tesso Nilo. Kawasan LindungTaman Nasional Tesso Nilo yang memiliki
luas83.068 Ha, pada tahun 2011 telah dilakukanperambahan untuk perkebunan kelapa sawit
(WWF Indonesia, 2011). Seharusnya setiapkegiatan pemanfaatan ruang harus mengacukepada kebijakan
penataan ruang karena didalamnya telah diatur distribusi peruntukanruang, baik itu peruntukan ruang untuk
kawasanbudidaya maupun peruntukan ruang untukkawasan lindung.
Melihat perkembangan kawasan perkebunan yang berada di Taman Nasional Tesso Nilo yang setiap tahun selalu
meningkat dan kurangnya kepedulian pemerintah daerah terhadap permasalahan tersebut, tidak menutup
kemungkinan jika perkebunan yang berada di Taman Nasional Tesso Nilo tersebut jumlahnya akan semakin
bertambah. Jika terus dibiarkan dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang bisa
berdampak terhadap lingkungan di sekitar taman nasional tersebut. Hal itu dikarenakan Kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo selain sebagai kawasan konservasi flora dan fauna juga merupakan daerah tangkapan air
bagi beberapa sungai, antara lain sungai Tesso dan Sungai Nilo yang keduanya merupakan sub DAS dari DAS
Kampar.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Kawasan Lindung
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan. Berikut ini yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara lain, kawasan hutan lindung,
kawasan bergambut, dankawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
danau/waduk, dan kawasan sekitarmata air;

c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan
d.
e.

perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata
alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan
gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan
banjir;
Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah,
kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.

2.2. Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Berikut ini yang termasuk dalam
kawasan budidaya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah,
kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan.
Peran Taman Nasional Sebagai Kawasan Lindung
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, kedudukan Taman Nasional sebagai kawasan lindung
termasuk ke dalam kawasan suaka alam dan cagar budaya. Menurut Permen No.56 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional, Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam baik daratan maupun
perairan yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Tugas pokok taman nasional (Hartono, 2008) adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan Kegiatan ini meliputi:
1.
2.
3.

Pemberantasan penebangan liar dan perambahan kawasan;


Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan;
Pencegahan berbagai aktivitas lain yang menimbulkan kerusakan.

b. Pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, Kegiatan ini meliputi:


1. Identifikasi dan inventarisasi flora dan fauna di kawasan secara menyeluruh;
2. Identifikasi key features kawasan;
3. Monitoring dinamika key featureskawasan;
4. Monitoring dan evaluasi dampak aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
5. Melakukan tindakan konservasi yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya over populasi key features
flora dan fauna.
c. Pemanfaatan secara lestari, Kegiatan ini meliputi:
1. Identifikasi, pemanfaatan, dan pengaturan wisata alam secara berkelanjutan;
2. Identifikasi, budidaya, dan pemanfaatan flasma nutfah;
3. Identifikasi dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada zona-zona tertentu;
4. Identifikasi, pemanfaatan, dan pengaturan jasa lingkungan;
5. Media penelitian, pendidikan, bina cinta alam, dan pembinaan generasi muda.
Peran Manusia Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosper, atmosfer,
tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa
lampau dan masa kini yang bersifat mantap dan mendaur (PP No. 150 Tahun 2000).
Kebutuhan sumber daya lahan menjadi faktor proses perubahan penggunaan lahan, yang secara garis besar
dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu (1) deforestasi baik ke arah pertanian maupun ke non pertanian, (2)
konversi lahan pertanian ke non pertanian dan (3) penelantaran lahan. Secara umum struktur yang berkaitan
dengan perubahan penggunaan lahan dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) struktur permintaan atau kebutuhan
lahan, (2) struktur penawaran atau ketersediaan lahan dan (3) struktur penguasaan teknologi yang berdampak
pada produktivitas sumber daya lahan (Saefulhakim,1999).
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kebencanaan

Sejak dulu sebelum manusia tersebar seperti saat sekarang ini, bencana alam juga terjadi. Namun saat itu
bencana alam benar-benar murni terjadi karena faktor alam. Sebagai contoh, bencana banjir pada zaman dulu
disebabkan karena tingginya curah hujan. Namun saat ini bencana tidak hanya terjadi disebkan fator alam, tetapi
juga disebabkan fator manusia.
A. Banjir
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan pada daerah yang biasanya kering (Himpunan Ahli Teknik, 1984).
Banjir adalah kejadian hidrologis yang dicirikan dengan debit air yang tinggi dan dapat menyebabkan
penggenangan pada lahan di sekitar sungai, danau, atau system air lainnya. Banjir biasanya terjadi karena sungai
atau saluran tidak mampu mengalirkan sejumlah air hujan yang mengalir di atas permukaan.
Banjir dapat diklasifikasikan berdasarkan langsung atau tidaknya peran manusia, yaitu:
1. Banjir yang disebabkan oleh peran manusia secara tidak langsung
Dalam peristiwa ini banjir dipandang karena peristiwa alam. Beberapa penyebab banjir yang termasuk dalam
kategori ini antaralain:
a. Curah hujan tinggi yang menyebabkan debit air sungai lebih besar dari kapasitas alur sungainya.
b. Aliran pada anak sungai tertahan oleh sungai induknya
c. Terjadi pembendungan pada muara sungai akibat air pasang laut
d. Terdapat hambatan-hambatan terhadapaliran sungai yang disebabkan oleh factor penampang alur sungainya
e. Kemiringan sungai yang sangat landai sehingga kapasitas pengaliran alur sungai maupun daya angkut sungai
terhadap sedimen relatif kecil
2. Banjir yang disebabkan oleh peran manusia secara langsung
Beberapa peran prilaku manusia yang berdampak langsung terhadap peristiwa banjir, yaitu:
a. Tumbuhnya daerah-daerah pemukiman dan kegiatan baru di daerah dataran banjir
b. Alur-alur sungai semakin menyempit disebabkan oleh adanya pemukiman di sepanjang alur sungai
c. Debit sungai untuk periode ulang tertentu menjadi lebih besar yang pada umumnya disebabkan oleh
perubahan tata guna tanah, baik yang di daerah hulu sungai maupun di daerah hilirsungai
d. Pengembangan yang ditimbulkan oleh bangunan-bangunan di sepanjangsungai terutama pada kondisi banjir
e. Kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai, antara lain berupa kegiatan pemanfaatan
sungai dan saluran-saluran pembuangan
B. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah situasi dimana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahan
dan hutan serta hasilnya menimbulkan kerugian. Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, tetapi
kemudian manusia mempunyai peran
dalam kebakaran hutan tersebut. Alasan rasional
kenapa manusia membakar lahan dan hutan
adalah untuk membuka petak-petak pertanian di
dalam hutan.
Kebakaran hutan disebabkan karena
adanya upaya pembukaan lahan hutan terutama
untuk dikonversi menjadi lahan perkebunan
dengan cara membakar lahan dan hutan. Upaya
pembukaan lahan ini dilakukan baik oleh
perusahaan maupun oleh masyarakat.
III. HASIL & PEMBAHASAN
Identifikasi Perkembangan Kawasan
Perkebunan Terhadap Keberadaan Kawasan
Lindung Taman Nasional Tesso Nilo di
Kabupaten Pelalawan
Perkembangan Kawasan Perkebunan di
Kabupaten Pelalawan
Berdasarkan hasil penghitungan dengan
menggunakan ArcGis diketahui bahwa jumlah
kawasan perkebunan di Kabupaten Pelalawan
dari tahun 2008 hingga 2011 mengalami
peningkatan. Luas kawasan perkebunan di
Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 seluas

237.492 ha. Sedangkan pada tahun 2011 luas


perkebunan di Kabupaten Pelalawan seluas
296.345 ha. Dari tahun 2008 hingga tahun 2011
terjadi penambahan luasan tutupan perkebunan
di Kabupaten Pelalawan sebesar 24,78% dari
totoal luas perkebunan. Kecamatan Ukui
merupakan kecamatan dengan tutupan
perkebunan yang mengalami penambahan luasan
paling banyak yaitu sebesar 6,92% dari total luas
perkebunan. Selain itu terdapat kecamatan yang
mengalami pengurangan luas tutupan
perkebunan yaitu Kecamatan Kuala Kampar
sebesar 1,46% dari total luas perkebunan.
Berdasarkan hasil overlay peta tutupan
kawasan perkebunan tahun 2008 dengan peta
tutupan kawasan perkebunan tahun 2011, selain
ada perkebunan yang kondisinya tetap juga
terdapat kawasan perkebunan yang jumlahnya
bertambah, dan kawasan perkebunan yang
jumlahnya berkurang. Kawasan perkebunan yang
jumlah luasannya tetap sebesar 68,25% dari luas
perkebunan, kawasan perkebunan yang jumlah
luasannya bertambah sebesar 31,75% dari luas
perkebunan, dan kawasan perkebunan yang

Anda mungkin juga menyukai