Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitan
Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 71 responden ibu
bekerja yang memiliki bayi usia 7-12 bulan yang berkunjung di Posyandu
wilayah kerja Puskesmas Rawasari Jambi, penelitian ini menggunakan
desain cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia,
pendidikan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada
ibu bekerja tahun 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
kepada ibu bekerja yang memiliki bayi usia 7-12 bulan, wawancara
dilakukan dengan bantuan kuesioner sehingga data sangat tergantung pada
jawaban responden.
Hal lain yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah
kebanyakan responden lupa kapan diberikan makanan pendamping pada
anaknya, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian saat
pengisian kuesioner.

B. Hasil Penelitian Univariat


1. Gambaran pemberian ASI Ekslusif pada ibu bekerja
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 71
responden sebanyak 20 (28,2 %) responden memberikan ASI secara
Eksklusif, dan

sebanyak 51 (71,8 %) responden yang tidak

memberikan ASI Eksklusif, angka ini menunjukkan kejadian yang


cukup tinggi dimana ibu yang bekerja lebih banyak yang tidak
memberikan ASI ekslusif.
58

59

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan


minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang
dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Ari
Sulistyawati, 2009). Menurut Damai & Dian (2011), ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI secara eksklusif saja, tanpa tambahan cairan
apapun seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih dan lainlain selama 6 bulan.
Pemberian ASI secara ekslusif dapat memberikan banyak
manfaat baik bagi ibu dan terutama pada bayinya. Menurut Pitriani &
Andriyani (2014), pemberian ASI ekslusif dapat menekan produksi
estrogen sehingga memungkinkan tidak adanya ovulasi karena
prolaktin yang dikeluarkan post anterior hipofisis (sebagai efek
hisapan bayi pada putting susu yang merangsang ujung saraf sensorik)
masuk ke indung telur. Sementara itu manfaat pemberian ASI ekslusif
bagi bayi adalah dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan
baik. Kolustrum, susu jolong atau susu pertama mengandung antibodi
yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat
(Ari Sulistyawati, 2009).
Menurut Bahiyatun (2009), masalah dalam menyusui pada ibu
yang bekerja adalah: kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI,
kurangnya dukungan petugas kesehatan, gencarnya promosi susu

60

formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui media massa,


masalah pada ibu dan bayi, masalah cuti melahirkan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa
banyak ibu yang tidak memberikan ASI secara ekslusif karena
berbagai faktor diantaranya: ASI yang tidak keluar, pengaruh isapan
bayi yang kurang karena lahir secara cesar, pengaruh pekerjaan dan
kurangnya waktu cuti melahirkan.
2. Gambaran Usia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
memiliki usia < 30 tahun sebanyak 32 (45,1 %) dan responden yang
memiliki usia > 30 tahun sebanyak 39 (54,9 %). Hal ini
menunjukkan bahwa hampir keseluruhan ibu telah berusia matang
untuk melahirkan dan rata-rata sudah melahirkan anak yang kedua
atau lebih
Menurut Arini, H (2012) Umur yaitu usia individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin
cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
3. Gambaran pendidikan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 71 responden yang
memiliki pendidikan rendah sebanyak 7 (9,9 %) dan yang
berpendidikan tinggi sebanyak 63 (90,1 %).
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan, dapat
dikatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah maka
pengetahuannya juga rendah walaupun pengetahuan tersebut

61

diperoleh baik secara formal maupun informal. Arini (2012),


menyebutkan bahwa ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih tinggi umumnya lebih terbuka untuk menerima perubahan
atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatanya, pendidikan juga akan
membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman
sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.
4. Gambaran dukungan keluarga
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 71 responden
sebanyak 35 (49,3 %) responden memiliki dukungan keluarga yang
tidak baik dan sebanyak 36 (50,7%) responden memiliki dukungan
keluarga yang baik. Menurut Friedman (2008), dukungan keluarga
merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan anggota
keluarga lainnya serta lingkungan sosialnya.
Menurut Padila (2012), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat. Padila menambahkan bahwa
keluarga sebagai kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ada. Jika
salah satu anggota keluarga sakit atau mengalami masalah kesehatan,
maka akan mempengaruhi kesehatan keluarga secara keseluruhan,
hal tersebut lebih tampak pada kasus-kasus penyakit degenaratif

62

dimana salah satu orang tua keluarga ada yang mengalami penyakit,
maka seluruh anak dari orang orang tua tersebut memilik potensi
untuk mengalami penyakit yang sama.
Friedman, M.M, et.al, 2010 menyatakan bahwa dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan penerimmaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi
dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,
sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.
Selain itu, hasil penelitian mmengenai dukungan keluarga
(pertanyaan no 10) mengenai apakah keluarga membantu ibu dalam
merawat bayi selama masa menyusui (0-6 bulan), sebanyak 52
responden (73,2 %) menjawab tidak. Hal ini melibatkan bahwa ratarata dukungan keluarga kurang baik.
Upaya yang harus dilakukan pada responden yang dukungan
keluarga tidak baik yaitu memberikan edukasi kepada keluarga
responden bahwa ASI Eksklusif sangat penting bagi si bayi, karena
didalam ASI mengandung semua kebutuhan yang di perlukan bayi
selain itu ASI dapat membantu menghemat perekonomian keluarga
sehingga keluarga tidak repot untuk beli susu formula. Oleh sebab
itu keluarga harus memberikan motivasi kepada si ibu untuk
melakukan pemberian ASI Eksklusif.

63

C. Hasil penelitian bivariat


1. Hubungan usia dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara usia dengan pemberian ASI ekslusif
pada ibu bekerja dengan nilai p-value=1,000, di dapatkan dari 20
responden yang memberikan ASI secara Eksklusif sebanyak 9 orang
berusia < 30 tahun dan sebanyak 11 orang berusia > 30 tahun. Hal ini
dikarenakan dari 71 responden tersebut lebih banyak responden yang
berusia > 30 tahun, selain itu rata-rata responden memiliki anak yang
kedua yang secara tidak langsung akan meningkatkan pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Isnaini
(2011) di Kelurahan Tamamaung, Kecamatan Panakkukang, Kota
Makassar. Dari penelitian Isnaini tersebut didapatkan Hasil tidak ada
hubungan antara usia dengan pemberian ASI ekslusif dengan nilai pvalue=0,185.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Maria (2013) di Posyandu Tanah Boleng
Adonara, Kabupaten Flores Timur. Dari penelitian tersebut didapatkan
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-square yang
menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna
antara variabel usia dengan pemberian ASI ekslusif dengan pvalue=0,272.

64

Sedangkan berdasarkan penelitian Meiyana D.R. (2010) hasil


penelitian ini tidak sejalan dimana ditemukan ada pengaruh yang
signifikan antara usia dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai pvalue 0,034.
2. Hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI ekslusif pada
ibu bekerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI
ekslusif pada ibu bekerja dengan nilai p-value=1,000.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Isnaini (2011) di
Kelurahan Tamamaung, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai pvalue=0,954.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agus (2012) di
Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil tidak ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan ibu dengan praktek pemberian ASI
eksklusif dengan nilao p-valeu=1,000.
Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan yang kemudian
akan merubah sikap dalam pengambilan keputusan untuk memberikan
ASI ekslusif pada ibu bekerja, seperti yang didapatkan dari hasil
penelitian Widiyanto (2012) di Desa Kramat Kec. Penawangan Kab.

65

Grobogan, dari uji statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat


disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan sikap.
Hasil penelitian ini tidak sejalan jika dilihat dari penelitian
yang dilakukan Maria (2013) di Posyandu Tanah Boleng Adonara,
Kabupaten Flores Timur yang menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan pemberian ASI ekslusif dengan
nilai p-value=0,024.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, Burhannudin &
Dodik (2015) di Wilayah Puskesmas kartusura Kabupaten Sukoharjo
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan sikap pemberian ASI Eksklusif dengan nilai pvalue 0,002.
Menurut Arini, 2012 tingkat pendidikan ibu yang rendah
mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi
masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pendidikan juga
akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
pengalaman

sehingga

informasi

yang

diterima

akan

menjadi

pengetahuan.
3. Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Ekslusif
pada ibu bekerja

66

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat hubungan


yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
ekslusif pada ibu bekerja dengan nilai p-value=0,000.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggorowati (2011) di
Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Dari hasil
penelitian didapatkan ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemberian ASI dengan nilai p-value=0,003.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian Tri

Setiowati (2011) di Desa Cidadap Wilayah Kerja Puskesmas


Pagaden Barat Kabupaten Subang. Dari penelitian tersebut

didapatkan Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-square


yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai
p-value=0,021.
Hasil penelitian yang sejalan dilakukan oleh Rahmawati (2013)
di Wilayah kerja Puskesmas Bonto cani Kabupaten Bone, ada
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian
ASI Eksklusif dengan nilai p-valeu= 0,000.
Hasil penelitian ini tidak sejalan jika dilihat dari penelitian
yang dilakukan Maria (2013) di Posyandu Tanah Boleng Adonara,
Kabupaten Flores Timur. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan

67

bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara dukungan


keluarga terhadap pemberian ASI ekslusif dengan nilai p-value=0.314.
Hasil penelitian mengenai dukungan keluarga (pertanyaan no
10) mengenai apakah keluarga membantu ibu dalam merawat bayi
selama masa menyusui (0-6 bulan), sebanyak 19 responden (26,8%)
menjawab ya. Hal ini melihatkan bahwa rata-rata dukungan keluarga
terhadap responden kurang baik.
Keluarga adalah hubungan dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, M.M et.al, 2010).
Sesuai dengan fungsi perawatan atau pemeliharaan, keluarga
mengenal keadaan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga. Keluarga
berupaya mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dimana tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang di lingkungan tepat tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan Friedman,1998 dalam Mubarak, 2006).
Bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada ibu
dalam penelitian ini berupa informasi dan kata-kata yang bisa membuat
ibu termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif, dimana dukungan

68

keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsifnya adalah


suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang
diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh Asmijati

(2007)

menyebutkan ibu yang mendapat dukungan keluarga memiliki


kemungkinan memberikan ASI Eksklussif 6,533 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai