Anda di halaman 1dari 10

6.

Tanggal 22 Juni 1945

Pada tanggal 22 Juni 1945 bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai
(Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa), jam 10.00 diadakan rapat gabungan antara:
a. Panitia Delapan
b. Sejumlah anggota Tyuuoo Sangi In (Badan Penasehat Pemerintah Pusat Baltentara
Jepang di Jakarta), yang juga merangkap sebagai anggota BPUPK dan
c. Sejumlah anggota BPUPK yang tinggal di Jakarta dan tidak menjadi anggota Tyuuoo
Sangi In.
Rapat yang dipimpin oleh ketua panitia delapan membicarakan usul-usul dari para
anggota tentang prosedur yang harus dilalui agar upaya kita lekas mencapai Indonesia Merdeka.
Di sini didengar pendirian tiap-tiap anggota rapat mengenai dasar Negara. Hasil rapat gabungan
ini adalah:
a. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
b. Hukum Dasar yang akan dirancang, supaya diberi semacam preamble (kata pembukaan
atau mukadimah).
c. Menerima usul Ir. Soekarno, agar supaya BPUPK terus bekerja sampai terwujudnya suatu
Hukum Dasar.
d. Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul Usul / Perumusan Dasar yang
beranggotakan sembilan orang. Kesembilan tokoh nasional tersebut adalah:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis
Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (masa istirahat) satu bulan
penuh. Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan Sidang II BPUPKI,
masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara, sehingga akhirnya
dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia Sembilan adalah panitia
yang beranggotakan 9 orang yang bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang
tercantum dalam UUD 1945 dan menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar
negara Indonesia merdeka. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mr. Achmad Soebardjo (anggota)


Mr. Muhammad Yamin (anggota)
KH. Wachid Hasyim (anggota)
Abdul Kahar Muzakir (anggota)
Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
H. Agus Salim (anggota)
Mr. A.A. Maramis (anggota)

Pada waktu itu juga diadakan pertemuan Panitia Sembilan di Pegangsaan Timur 56
Jakarta, tepatnya jam 10.00. Dalam pertemuan itu disetujui agar para anggota segera menyusun
suatu konsap Rancangan Mukadimah Hukum Dasar yang akan diajukan ke sidang BPUPK yang
kedua. Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar inilah yang kemudian terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter, suatu nama yang diusulkan oleh Prof. Mr. Moh.
Yamin. Rumusan rancangan dasar negara Indonesia Merdeka itu adalah sebagai berikut :
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat islam sebagai pemeluk
pemeluknya
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Kesatuan Indonesia
4. (dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan
perwakilan
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi kerakyatan indonesia
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang
berisikan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani
oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul
Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

6. Tanggal 10-16 Juli 1945

Pada tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPK yang kedua dengan acara
untuk mempersiapkan Rancangan Hukum Dasar, di Jl. Pejambon Jakarta. Adapun jalannya
persidangan adalah sebagai berikut.
a. Pada tanggal 10 Juli 1945 sidang BPUPK II dibuka oleh Ketua dan dilanjutkan dengan
pengumuman mengenai penambahan anggota baru. Badan penyidik sebanyak 6 orang,
yaitu
1. Abdul Fatah Hasan
2. Asikin Natanegera
3. P. Sorjo Hamidjojo
4. Mohammad Noor
5. Besar
6. Abdul Kafar
Kemudian Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil (Panitia Delapan) yang dibentuk pada
masa siding pertama melaporkan hasil pekerjaannya. Di dalam laporannya ini antara lain
dikemukakannya bahwa:
1. Ada 40 anggota telah memasukkan usul yang terdiri dari 32 macam atau 9
kelompokan usul
2. Pada tanggal 22 Juni 1945 atas inisiatifnya telah diadakan rapat gabungan,
diantaranya diputuskan untuk membentuk Panitia Kecil (Panitia Sembilan)
3. Panitia Sembilan telah berhasil menyusun konsep Rancangan Preambule Hukum
Dasar (Piagam Penghargaan)
4. Panitia Kecil ini juga telah mengajukan usul usul khusus
Keputusan Sidang menganjurkan agar Panitia Delapan meneruskan tugasnya
menyusun Rancangan Hukum Dasar.
b. Tanggal 11 Juli 1945, jam 10.50, setelah siding mendengarkan pandangan 20 orang
anggota, maka dibentuklah Panitia Perancang Hukum FDasar, yang terdiri dari 3 Panitia
Kecil ialah sebagai berikut:
1. Panitia Perancang Hukum Dasar yang diketahui oleh Ir. Soekarno (merangkap
anggota) dengan aggota sbb:
a. R. Ono Iskandardinata
b. RPH Poerbaja
c. H. Agus Salim
d. Mr. Achmad Soebardjo
e. Prof. Dr. Mr. Soepomo
f. Ny. Maria Ulfah Satoso
g. K.H. Wachid Hasyim
h. Parada Harahap
i. Mr. A.A. Maramis
j. Mr. J. Latuharhary
k. Mr. Susanto Tirtoprojo
l. Mr. Sartono
m. Mr. Wongsonegoro
n. KRTH. Woerjaningrat

o. Mr. R.P. Singgih


p. Mr. Tan Ing Hoa
q. Prof. Dr. Husein Dj
r. Dr. Soekiman
2. Panitia Perancang Ekonomi dan Keuangan yang terdiri 24 anggota diketuai oleh Drs.
Moh. Hatta merangkap anggota.
3. Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso.
Kecuali itu juga diputuskan mengenai daerah. Dari 66 suara, i9 suara menyetujui bekas daerah
Hindia Belanda, 6 suara menyetujui bekas daerah Hindia Belanda ditambah dengan Malaya,
tetapi dikurangi Irian Barat dan 39 suara menyetujui bekas daerah Hindia Belanda ditambah
Malaya, Borneo Utara, Irian Timur, Timor Portugis dan pulau pulau di sekitarnya. Pada tanggal
itu juga Panitia Perancang Hukum Dasar telah mengambil keputusan.
1. Soekiman dan Parada Harapan masing masing sebagai anggota.
2. Mengenai Unitarisme atau Ideralisme, segenap anggota setuju unitarisme, kecuali 2
anggota
3. Mengenai isi Preambule bukan hanya kata MembentukPanitia Perancang
Declaration of Human Right yang diketuai oleh Mr. Achmad Soerbardjo serta
kata, semua anggota setuju.
4. Mengenai pimpinan Negara, 10 orang setuju ditangan satu orang 9 lainnya tidak
setuju.
c. Tanggal 13 Juli 1945
1. Dalam sidangnya, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil menghimpun
usulan yang terpenting, yaitu:
2. Kedaulatan dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Rakyat yang bersidang sekali
dalam 5 tahun dan badan ini sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.
3. Tugas sehari sehari dilaksnakan oleh Presiden, yang dibantu oleh wakil Presiden ,
Menteri Menteri yang bertanggung jawab kepadanya dan oleh Dewan
Pertimbangan Agung.
4. Dalam membentuk Undang Undang, Presiden harus mufakat dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
5. Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 42 pasal termasuk 5 pasal Aturan
Peralihan dan satu pasal Aturan Tambahan.
6. Untuk memperbaiki redaksi Rancangan Hukum Dasar tersebut, dibentuklah Panitia
Penghalus bahasa yang terdiri dari Djajadiningrat, Agus Salim, dan Mr. Soepomo.
d. Tanggal 14 Juli 1945
Rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir.
Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu:
1. Pernyataan Indonesia merdeka
2. Pembukaan UUD
3. Batang tubuh UUD

Pada jam 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang
Hukum Dasar. Yang disampaikan oleh ketuanya dengan menyodorkan Rancangan
Indonesia Merdeka dan Pembukaan Hukum Dasar.
e. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945
Pada jam 10.20 sidang dimulai dengan acara pokok membicarakan Rancangan Hukum
Dasar. Pada kesempatan itu ketua Panitia Perancang Hukum Dasar, Ir. Soekarno
menyampaikan konsep Rancangan Hukum Dasar dengan penjelasannya dan disampaikan
pula usul Drs. Moh. Hatta tentang hak hak asasi manusia.
f. Tanggal 16 Juli 1945 sidang di mulai dengan melanjutkan acara hari sebelumnya. Sidang
menyetujui dan menerima Rancangan Hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia Perancang
Hukum Dasar.
Setelah sidang BPUPK yang kedua itu ditutup, maka tugas BPUPK dianggap selesai dan
kemudian dibubarkan. Hasil hasil yang dicapai oleh BPUPK seharusnya segera dilaporkan
kepada Pemerintah Jepang di Tokyo, tetapi karena keadaan dan posisi Jepang semakin
membentuk sehingga tidak mungkin dilakukan. Kemudian untuk melanjutkan tugas tugas
BPUPK dibentuklah suatu badan yang diberi nama Dokuritsu Zyunbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

1. Tanggal 9 Agustus 1945


Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan
Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah
pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi
kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa
Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari penculikan yang dilakukan
oleh
sejumlah
pemuda
Adam
Malik
dan Chaerul
Saleh dari
Menteng
31
terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30.
WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad
Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut

kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno
dan Bung Hatta pada hari Kamis,16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie
Siong. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu.Bendera Merah Putih sudah dikibarkan
para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya
Indonesia akan merdeka.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding
dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya
menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok
untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang
Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi
dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti
Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor
Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945, maka dalam tempo yang sangat
cepat Jepang telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. PPKI merupakan
Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat pemerintah Jepang, sebab:
a. PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.
b. PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk mencapai
Indonesia Merdeka
c. PPKI merupakan sutu badan perwujudan / perwakilan rakyat Indonesia

2. Tanggal 17 Agustus 1945


Proklamasi Kemerdekaan
Rumusan Proklamasi dilakukan di Rumah Laksamana Muda Maeda. Jln. Imam Bonjol
No, 1 (sekarang). Yang menulis Konsep Proklamasi adalah Ir. Soekarno dan diketik oleh Sayuti
Melik. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi WIB, dibacakan oleh
Ir. Soekarno dan didampingi oleh Drs. Moh. Hatta membacakan naskah (teks) proklamasi, yang
isinya adalah :

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia
Indonesia hal-hal

dengan

ini

menyatakan

kemerdekaan

yang
mengenai
pemindahan
kekuasaan
diselenggarakan dengan cara seksama

dan

lain-lain

dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Atas Nama Bangsa
Indonesia

Soekarno Hatta
Proklamasi merupakan pernyataan Bangsa Indonesia baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia telah merdeka. Untuk itu diperlukan tindakan tindakan yang harus dilaksanakan berhubungan dengan pernyataan kemerdekaan tersebut.
Secara ilmiah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mengandung beberapa pengertian
diantaranya:
a. Dari sudut Ilmu Hukum ( Secara Yuridis), Proklamasi merupakan saat dimulai tidak
berlakunya hukum kolonial dan mulai berlakunya hukum nasional.
b. Secara politis - ideologis, Proklamasi mengandung arti bahwa Bangsa Indonesia terbebas
dari penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri
dalam suatu Negara Proklamasi Republik Indonesia.
Seluruh makna tersebut dirinci dan dapat dipertanggung jawabkan dalam pembukaan
UUD 1945 sebagai berikut:
a. Bagian pertama proklamasi mendapat pengesahan dan penjelasan pada bagian pertama
sampai dengan bagian ketiga pembukaan UUD 1945.
b. Bagian kedua proklamasi, merupakan tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan termuat
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke - empat, yaitu:
1. Tujuan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah.
2. UUD 1945 sebagai landasan pembentukan pemerintahan negara
3. Bentuk negara yang berkedaulatan rakyat.
4. Hak azas kerohanian (dasar filsafat) negara, yaitu Pancasila.
Sebelum mereka mulai merumskan naskah proklamasi . Kalimat pertama dari naskah
proklamasi merupakan saran dari Mr.Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI ,
sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs .Moh. Hatta.

Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh jakarta disebarkan keseluruh indonesia.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat sebaran.
Reaksi berbagai daerah di indonesia terhadap proklamasi kemerdekaan Republik
indonesia adalah terjadinya perubahan kekuasaan , baik dengan cara kekerasan maupun dengan
cara perundingan.

10. Tanggal 18 Agustus 1945


Setelah proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945 pada jam 10.30, sidang pleno PPKI
dimulai dengan acara pokok untuk membahas naskah Rancangan Hukum Dasar dan pengesahan
Undang-Undang Dasar atas kemerdekaan yang diucapkan dalam proklamasi sehari sebelumnya.
PPKI memutuskan antara lain:
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden RI dan Drs. M. Hatta sebagai
wakil presiden RI
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR
terbentuk
Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI, antara
lain:
1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
2. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.
3. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab diganti menjadi kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan beragama
Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli
Sehari setelah proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI yang
pertama kali mengadakan sidang, sebelum sidang resmi membahas beberapa perubahan yang
terkait dengan rancangan naskah Pembukaan UUD 1945 yang dikenal dengan nama Piagam
Jakarta (Jakarta Charter), terutama Sila Pertama Pancasila dengan menghilangkan tujuh kata
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Berkat mufakat, keiklasan dan moral luhur para Pendiri
Bangsa, terutama dari golongan Islam yang menyetujui Sila Pertama menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa demi kesatuan dan persatuan Indonesia, mengingat bahwa saudara kita terutama dari
wilayah Timur banyak yang tidak beragama Islam.
Sidang Pertama tanggal 18 Agustus 1945 yang dihadiri 27 orang dan menghasilkan
keputusan sebagai berikut:

a) Mengesahkan UUD 1945


b) Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta, yang kemudian berfungsi
sebagai Pembukaan UUD 1945
c) Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada
tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami perubahan karena berkaitan dengan perubahan
Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945
d) Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden
e) Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
Badan Musyawarah Darurat, yang fungsinya seperti MPR.
Maka sejak tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah sah (legal) menjadi sebuah Negara
(State), dengan bentuk pemerintahan Republik, dan bentuk Negara Kebangsaan (Nation State),
baik secara defacto maupun dejure, karena telah memenuhi syarat utama terbentuk / berdirinya
sebuah negara, syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :
1. Adanya Pemerintahan (Government), presiden, wakil presiden, dan KNIP
2. Adanya Rakyat (People) Indonesia
3. Adanya Wilayah (Teritorial), bekas jajahan Belnda.
Dari tiga syarat utama sudah terpenuhi, tetapi masih ada syarat khusus (tambahan)
sebagai syarat yang ke empat, yakni adanya pengakuan kemerdekaan dari negara lain, sebab
tanpa adanya pengakuan Negara lain Indonesia akan kesulitan membangun hubungan diplomatik
dan membuat perjanjian dengan negara lain, (Traktat/Treaty) baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral. Selain itu, pengesahan UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menyiratkan:
1) Bentuk Negara Indonesia adalah
: Negara Kesatuan - Negara Kebangsaan
2) Bentuk Pemerintahan Indonesia
: Republik
3) Bentuk Wilayah Indonesia
: Kepulauan
4) Sistem Kabinet Indonesia
: Presidensil
5) Dasar Negara Indonesia
: Pancasila
6) Lagu Kebangsaan Indonesia
: Indonesia Raya
7) Lambang Dasar Negara Indonesia : Burung Garuda
8) Semboyan Negara Indonesia
: Bhinneka Tunggal Ika
9) Bahasa Nasional/Persatuan
: Bahasa Indonesia
10) Pololitik Luar Negeri
: Bebas Aktif
11) Sistem Pemerintahan/Politik
: Demokrasi/Trias Politika
Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas kembali. Pada
pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok Hatta. Mereka mengusulkan
dua perubahan.
Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia yang
beragama Islam diubah menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.

Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat
memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa. Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI
pada tanggal 17 Juli 1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945
diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45
48. Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.
1. Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945
tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat
aturan tambahan
3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu bangsa Indonesia
membulatkan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai