Pada tanggal 22 Juni 1945 bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai
(Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa), jam 10.00 diadakan rapat gabungan antara:
a. Panitia Delapan
b. Sejumlah anggota Tyuuoo Sangi In (Badan Penasehat Pemerintah Pusat Baltentara
Jepang di Jakarta), yang juga merangkap sebagai anggota BPUPK dan
c. Sejumlah anggota BPUPK yang tinggal di Jakarta dan tidak menjadi anggota Tyuuoo
Sangi In.
Rapat yang dipimpin oleh ketua panitia delapan membicarakan usul-usul dari para
anggota tentang prosedur yang harus dilalui agar upaya kita lekas mencapai Indonesia Merdeka.
Di sini didengar pendirian tiap-tiap anggota rapat mengenai dasar Negara. Hasil rapat gabungan
ini adalah:
a. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
b. Hukum Dasar yang akan dirancang, supaya diberi semacam preamble (kata pembukaan
atau mukadimah).
c. Menerima usul Ir. Soekarno, agar supaya BPUPK terus bekerja sampai terwujudnya suatu
Hukum Dasar.
d. Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul Usul / Perumusan Dasar yang
beranggotakan sembilan orang. Kesembilan tokoh nasional tersebut adalah:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis
Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (masa istirahat) satu bulan
penuh. Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan Sidang II BPUPKI,
masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara, sehingga akhirnya
dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia Sembilan adalah panitia
yang beranggotakan 9 orang yang bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang
tercantum dalam UUD 1945 dan menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar
negara Indonesia merdeka. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pada waktu itu juga diadakan pertemuan Panitia Sembilan di Pegangsaan Timur 56
Jakarta, tepatnya jam 10.00. Dalam pertemuan itu disetujui agar para anggota segera menyusun
suatu konsap Rancangan Mukadimah Hukum Dasar yang akan diajukan ke sidang BPUPK yang
kedua. Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar inilah yang kemudian terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter, suatu nama yang diusulkan oleh Prof. Mr. Moh.
Yamin. Rumusan rancangan dasar negara Indonesia Merdeka itu adalah sebagai berikut :
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat islam sebagai pemeluk
pemeluknya
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Kesatuan Indonesia
4. (dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan
perwakilan
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi kerakyatan indonesia
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang
berisikan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani
oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul
Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Pada tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPK yang kedua dengan acara
untuk mempersiapkan Rancangan Hukum Dasar, di Jl. Pejambon Jakarta. Adapun jalannya
persidangan adalah sebagai berikut.
a. Pada tanggal 10 Juli 1945 sidang BPUPK II dibuka oleh Ketua dan dilanjutkan dengan
pengumuman mengenai penambahan anggota baru. Badan penyidik sebanyak 6 orang,
yaitu
1. Abdul Fatah Hasan
2. Asikin Natanegera
3. P. Sorjo Hamidjojo
4. Mohammad Noor
5. Besar
6. Abdul Kafar
Kemudian Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil (Panitia Delapan) yang dibentuk pada
masa siding pertama melaporkan hasil pekerjaannya. Di dalam laporannya ini antara lain
dikemukakannya bahwa:
1. Ada 40 anggota telah memasukkan usul yang terdiri dari 32 macam atau 9
kelompokan usul
2. Pada tanggal 22 Juni 1945 atas inisiatifnya telah diadakan rapat gabungan,
diantaranya diputuskan untuk membentuk Panitia Kecil (Panitia Sembilan)
3. Panitia Sembilan telah berhasil menyusun konsep Rancangan Preambule Hukum
Dasar (Piagam Penghargaan)
4. Panitia Kecil ini juga telah mengajukan usul usul khusus
Keputusan Sidang menganjurkan agar Panitia Delapan meneruskan tugasnya
menyusun Rancangan Hukum Dasar.
b. Tanggal 11 Juli 1945, jam 10.50, setelah siding mendengarkan pandangan 20 orang
anggota, maka dibentuklah Panitia Perancang Hukum FDasar, yang terdiri dari 3 Panitia
Kecil ialah sebagai berikut:
1. Panitia Perancang Hukum Dasar yang diketahui oleh Ir. Soekarno (merangkap
anggota) dengan aggota sbb:
a. R. Ono Iskandardinata
b. RPH Poerbaja
c. H. Agus Salim
d. Mr. Achmad Soebardjo
e. Prof. Dr. Mr. Soepomo
f. Ny. Maria Ulfah Satoso
g. K.H. Wachid Hasyim
h. Parada Harahap
i. Mr. A.A. Maramis
j. Mr. J. Latuharhary
k. Mr. Susanto Tirtoprojo
l. Mr. Sartono
m. Mr. Wongsonegoro
n. KRTH. Woerjaningrat
Pada jam 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang
Hukum Dasar. Yang disampaikan oleh ketuanya dengan menyodorkan Rancangan
Indonesia Merdeka dan Pembukaan Hukum Dasar.
e. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945
Pada jam 10.20 sidang dimulai dengan acara pokok membicarakan Rancangan Hukum
Dasar. Pada kesempatan itu ketua Panitia Perancang Hukum Dasar, Ir. Soekarno
menyampaikan konsep Rancangan Hukum Dasar dengan penjelasannya dan disampaikan
pula usul Drs. Moh. Hatta tentang hak hak asasi manusia.
f. Tanggal 16 Juli 1945 sidang di mulai dengan melanjutkan acara hari sebelumnya. Sidang
menyetujui dan menerima Rancangan Hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia Perancang
Hukum Dasar.
Setelah sidang BPUPK yang kedua itu ditutup, maka tugas BPUPK dianggap selesai dan
kemudian dibubarkan. Hasil hasil yang dicapai oleh BPUPK seharusnya segera dilaporkan
kepada Pemerintah Jepang di Tokyo, tetapi karena keadaan dan posisi Jepang semakin
membentuk sehingga tidak mungkin dilakukan. Kemudian untuk melanjutkan tugas tugas
BPUPK dibentuklah suatu badan yang diberi nama Dokuritsu Zyunbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno
dan Bung Hatta pada hari Kamis,16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie
Siong. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu.Bendera Merah Putih sudah dikibarkan
para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya
Indonesia akan merdeka.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding
dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya
menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok
untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang
Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi
dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti
Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor
Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945, maka dalam tempo yang sangat
cepat Jepang telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. PPKI merupakan
Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat pemerintah Jepang, sebab:
a. PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.
b. PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk mencapai
Indonesia Merdeka
c. PPKI merupakan sutu badan perwujudan / perwakilan rakyat Indonesia
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia
Indonesia hal-hal
dengan
ini
menyatakan
kemerdekaan
yang
mengenai
pemindahan
kekuasaan
diselenggarakan dengan cara seksama
dan
lain-lain
Soekarno Hatta
Proklamasi merupakan pernyataan Bangsa Indonesia baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia telah merdeka. Untuk itu diperlukan tindakan tindakan yang harus dilaksanakan berhubungan dengan pernyataan kemerdekaan tersebut.
Secara ilmiah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mengandung beberapa pengertian
diantaranya:
a. Dari sudut Ilmu Hukum ( Secara Yuridis), Proklamasi merupakan saat dimulai tidak
berlakunya hukum kolonial dan mulai berlakunya hukum nasional.
b. Secara politis - ideologis, Proklamasi mengandung arti bahwa Bangsa Indonesia terbebas
dari penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri
dalam suatu Negara Proklamasi Republik Indonesia.
Seluruh makna tersebut dirinci dan dapat dipertanggung jawabkan dalam pembukaan
UUD 1945 sebagai berikut:
a. Bagian pertama proklamasi mendapat pengesahan dan penjelasan pada bagian pertama
sampai dengan bagian ketiga pembukaan UUD 1945.
b. Bagian kedua proklamasi, merupakan tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan termuat
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke - empat, yaitu:
1. Tujuan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah.
2. UUD 1945 sebagai landasan pembentukan pemerintahan negara
3. Bentuk negara yang berkedaulatan rakyat.
4. Hak azas kerohanian (dasar filsafat) negara, yaitu Pancasila.
Sebelum mereka mulai merumskan naskah proklamasi . Kalimat pertama dari naskah
proklamasi merupakan saran dari Mr.Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI ,
sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs .Moh. Hatta.
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh jakarta disebarkan keseluruh indonesia.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat sebaran.
Reaksi berbagai daerah di indonesia terhadap proklamasi kemerdekaan Republik
indonesia adalah terjadinya perubahan kekuasaan , baik dengan cara kekerasan maupun dengan
cara perundingan.
Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat
memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa. Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI
pada tanggal 17 Juli 1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945
diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45
48. Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.
1. Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945
tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat
aturan tambahan
3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu bangsa Indonesia
membulatkan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia