Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR KERJA JURNAL AKADEMIS LAPANGAN

(Personal)
Nama
: Izza Nafisa Indriyanti
Rombel
: 2 Pendidikan Biologi
Desember 2013
Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi

: Krikilan
: Dukuh Ngampon
: 1,8 juta 900 ribu tahun yang lalu

Setelah berada di lokasi yang


kamu hadapi dan setelah
mendengarkan penjelasan
guider di lokasi itu, apa
yang saudara rasakan dalam
hati, tuliskan isi hati saudara!

NIM
: 4401414025
Hari/Tgl : Sabtu, 7
Nama Formasi: Pucangan

Apa masalah yang kamu


hadapi di lokasi / lapangan,
tuliskan!

Pendapat atau cara


bagaimanakah menurut kamu
untuk memecahkan masalah
yang kamu temui di
lokasi/lapangan itu?

LEMBAR KERJA JURNAL AKADEMIS LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend. Biologi Rombel 2

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi

: Krikilan
: Dukuh Ngampon
: 2,4 juta - 1,8 juta tahun yang lalu

Setelah berada di lokasi yang


kamu hadapi dan setelah
mendengarkan penjelasan
guider di lokasi itu, apa
yang saudara rasakan dalam
hati, tuliskan isi hati saudara!

NIM
: 4401414025
Hari/Tgl : --------------Nama Formasi: Kalibeng

Apa masalah yang kamu


hadapi di lokasi / lapangan,
tuliskan!

Pendapat atau cara


bagaimanakah menurut kamu
untuk memecahkan masalah
yang kamu temui di
lokasi/lapangan itu?

LEMBAR KERJA JURNAL AKADEMIS LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend. Biologi Rombel 2

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi

: Krikilan
: Dukuh Ngampon
: 730 ribu 250 ribu tahun yang lalu

Setelah berada di lokasi yang


kamu hadapi dan setelah
mendengarkan penjelasan
guider di lokasi itu, apa
yang saudara rasakan dalam
hati, tuliskan isi hati saudara!

Apa masalah yang kamu


hadapi di lokasi / lapangan,
tuliskan!

NIM
: 4401414025
Hari/Tgl : ------------Nama Formasi: Kabuh

Pendapat atau cara


bagaimanakah menurut kamu
untuk memecahkan masalah
yang kamu temui di
lokasi/lapangan itu?

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel
2014
Kelompok

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend. Biologi Rombel 2

NIM
: 4401414025
Hari/Tgl : sabtu 06 desember

: 4

Nama Desa
Posisi Geografis

: Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah


: Dukuh Ngampon, Desa Krikilan

Museum Sangiran merupakan museum arkeologi yang terletak di Kec.Kalijambe,


Kab.Sragen

Jawa Tengah. Museum ini berdekatan dengan Area Situs Fosil Purbakala

Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia yang diakui oleh UNESCO. Situs
Sangiran mempunyai luas + 56 km meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong,
Kalijambe, dan Plupuh) serta Kec.Gondangrejo yang masuk wilayah Kab.Karanganyar. Situs
Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi
Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Secara astronomi terletak pada 7 o 25' - 7o
30' LS dan pada 4o - 7o 05' BT.
Dalam museum ini dapat diperoleh informasi lengkap tentang kehidupan manusia
purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi,
Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah
Pithecantropus Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus)
Bentuk Dome Sangiran berbentuk oval dengan luas sekitar 32 km2 yang membujur
dari utara ke selatan sepanjang 8 km dan dari timur ke barat sepanjang 4 km .

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya terbentuknya Dome Sangiran merupakan


peristiwa geologis yaitu diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan

lempeng bumi, letusan gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan
air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat keatas, hal ini dibuktikan dengan
endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan lempeng
biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan lautan dan hingga
sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut.
Stratigrafi daerah Sangiran menurut GHR Von Koenigswald terbagi atas formasi
Kalibeng, formasi Pucangan, formasi Kabuh dan formasi Notopuro. Umur formasi-formasi
tersebut dari tua ke muda menurut J. Duyffjes adalah ; Kala Pliosen untuk formasi Kalibeng,
Kala Plestosen bawah untuk formasi Pucangan, Kala Plestosen tengah untuk formasi Kabuh
sampai Notopuro. Akan tetapi pada pengamatan kali ini yang diamati hanya formasi Kalibeng
(layer Kalibeng), formasi Pucangan (layer Pucangan), dan formasi Kabuh (layer Kabuh).

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel
Kelompok

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend. Biologi Rombel 2
: 4

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi
Nama Situs
Nama Formasi

:
:
:
:
:

NIM
: 4411413022
Hari/Tgl : 06 desember 2014

Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah


Dukuh Ngampon, Desa Krikilan
1,8 juta 900 ribu tahun yang lalu
Mbah Karsono
Pucangan

Karakteristik Perlapisan Batuan :


Formasi Pucangan sudah berumur geologi 1,8 juta -900 ribu tahun yang lalu
(plestosen bawah). Formasi pucangan ini mempunyai karakteristik adanya batuan beku,
sedimen, metamorf. Terletak di Desa Krikilan Kec.Kalijambe, Kab.Sragen dengan Posisi
Geografis h = 3 meter S 072713,7 (dulunya rawa) E 1105003,7. Formasi pucangan ini

terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan lensa batu pasir silang silur yang
diikuti oleh lapisan-lapisan molusca dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan
dengan iklim, genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunung api. Daerah ini
dahulu merupakan lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh
grenzbank. Sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, yang disebut
sebagai debris flow deposits. Jika dipandang dari sisi geologisnya dapat di definisikan
dengan Pelapisan Pucangan yang mempunyai warna Abu-abu muda sampai tua, apabila
lapuk berwarna hitam. Mempunyai struktur datar yang terdiri atas lapisan breksi vulkanik

a.
b.
c.
d.

bawah dan lempung hitam.


Formasi Pucangan terdiri dari atas ke bawah adalah sebagai berikut :
Endapan batupasir tufaan setebal 35 m.
Batupasir tufaan yang mengandung pasir dan napal yang berisi kerang laut setebal 10 m.
Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 m.
Batu pasir kasar, konglomerat dan batuan andesit setebal 100 m. Pada lapisan ini ditemukan

fosil Pithecanthropus.
e. Endapan batupasir tufaan dengan diselingi batu lempung; dan
f. Napal dan batupasir tufaan yang mengandung lempung dan fosil moluska laut setebal 25 m.

Pada pengamatan yang telah dilakukan, terdapat berbagai batuan yaitu sebagai berikut :
1) Breksi Laharik
2) Lapisan Lempung Hitam

6) Lapisan Nodule

3) Grenzbank

7) Batu gamping calcareolus


4) Lempung Vulkanik

5) Sedimen Diatome berwarna keputihan

8) Konglomerat vulkanik dan batu pasir


konglimert

10) lapisan batuan kongkresi

9) Lapisan Napal

Karakteristik Fosil yang Ditemukan :


Pada formasi pucangan ini dapat ditemukan fosil fauna jenis vertebrata (hewan bertulang
belakang) seperti gajah (Stegodon trigonocephalus), kudanil (Hexaprotodon simplex) dan Sus sp.
Spesies ini disebut fauna Jetis. Ditemukan juga fosil mollusca laut jenis anadara, korbicula, dan

murex. Di Sangiran selain ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada formasi pucangan
ditemukan pula fosil Meganthropus Palaeojavanicus. Asosiasi fauna lain yang hidup
berdampingan dengan hewan tersebut antara lain: penyu, buaya, ikan hiu, dan gajah.
Sedangkan vegetasi (flora) yang ada awalnya berupa hutan rawa, kemudian karena adanya
perubahan iklim maka berubah menjadi hutan terbuka. Pohon yang banyak terdapat di
Pucangan adalah mangrove.
Interpretasi Keadaan Lingkungan Lampua
Daerah sekitar pucangan ini didominasi oleh lempung kehitaman dan tanaman
mangrove, hal tersebut dibuktikan pada masa dahulu merupakan daerah hutan bakau (rawa
yang berair payau) yang mana terdapat diatome yang merupakan ganggang laut yang
membatu, serta adanya fosil mollusca jenis gastropoda yang menumpuk berlapis-lapis
membuktikan bahwa itu dahulunya berupa laut yang mengalami perubahan karena adanya
peristiawa yang besar dan ekstrim semisal gunung meletus, panas mendadak, tsunami, sesar,
dan perubahan lingkungan. Daerah Pucangan dahulu merupakan dangkalan Sunda dan Sahul
yang diawali oleh kondisi rawa. Kemudian terjadi pendinginan secara global menyebabkan
pembekuan es di kutub, kemudian debit air di laut berkurang dan permukaan air laut
mengalami penurunan + 100 m, dan tercipta daratan. Daerah Sangiran berubah menjadi rawa,
binatang bermigrasi ke daerah tropis dari Asia. Iklim Asia berubah menjadi sub tropis dan
Indonesia menjadi daerah tropis. Binatang yang ikut bermigrasi antara lain adalah Selonia sp
(kura-kura), Crodilus (buaya), dan hewan jenis mamalia.
Adanya fosil hancuran mollusca yang bertumpuk-tumpuk menunjukkan mereka ada
disana secara exsitu. Kalau secara insitu, pasti ada sedimen pasir dan keadaannya tidak remuk
melainkan rapi dan sejajar. Terlihat juga adanya kenampakan sesar (patahan) yang terangkat
ke atas (sinklinal).

Kondisi lahan di Pucangan kurang subur karena sedikitnya kandungan


mineral. Di Pucangan juga terdapat sedimen diatomic yang berlapis-lapis dengan warna yang
berbeda-beda yang disebakan oleh perbedaan mineral dan oksidasi, yang mana pada sedimen
diatomic ini terbentuk dari endapan plankton dan ganggang laut. Lempung dan sedimen
diatomic perbedaannya adalah jika kita menekan sedimen diatomic dengan keras maka akan
hancur, sedangkan lempung tidak

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel
2014
Kelompok

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend. Biologi Rombel 2

NIM
: 4411413022
Hari/Tgl : sabtu 6 desember

: 4

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi
Nama Situs
Nama Formasi

:
:
:
:
:

Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah


Dukuh Ngampon, Desa Krikilan
730- 750 ribu tahun yang lalu
Mbah Karsono
Kabuh

Karakteristik Perlapisan Batuan :


Formasi Kabuh atau pasing sungai silang siur ini terletak di Pondok Krikilan Kec.Kalijambe ,
Kab.Sragen denngan Posisi Geografis di Dukuh Ngampon, desa Krikilan (h = 3 meter
S 072717,7 E 1104952,2 )
Formasi Kabuh ini mempunyai masa geologi 900ribu -200ribu tahun yang lalu (plestosen
tengah), dengan karakteristik batuan beku, sedimen, metamorf.
Formasi kabuh mempunyai ketebalan 5,8 58,6 M. lapisan ini mempunyai
kandungan litologi berupa lempung lanau , pasir, besi dan kerikil. Satuan litologi tersebut
ditemukan berselang- seling dengan lapisan konglomerat dan batu lempung vulkanik (tuff).
Dibawah lapisan ini ditemukan lapisan batu pasir, konglomerat calcareous dengan
ketebalan lebih dari 2m yang merupakan ciri lingkungan transisi antara lautan dan daratan.
Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunung api
yang berupa batu tuff, batu pasir dan konglomerat. Lapisan tuff yang terkandung dalam
formasi kabuh dibedakan atas lapisan tuff bawah, tuff tengah, dan tuff atas. Lapisan tuff
bawah terletak pada formasi kabuh dengan ketebalan 4,2 20 m, lapisan tuff tengah terdapat
pada formasi kabuh dengan ketebalan 5,8 20m, dan lapisan tuff atas pada formasi kabuh
atas dengan ketebalan 3,4-16m.

Batuan yang ditemukan pada layer Kabuh di antaranya adalah :


1) Lapisan Batuan Konglomerat

2) Lapisan Batuan Grenzbank

4) Lapisan Pasir Halus Silang Siur

5) Lapisan Pasir Gravel

3) Lempung Vulkanik (Tuff)

Karakteristik Fosil yang Telah Ditemukan :


Kandungan fosil formasi kabuh meliputi hewan vertebrata dan mollusca air payau.
Sedang fosil mollusca air payau yang ditemukan meliputi astartea, melania, dan corbicula.
Asosiasi flora yang dapat hidup pada zaman dahulu di daerah ini antara lain jika dilihat dari
Paleontologi ( paleobotany) fosil pollen yang ditemukan antara lain : podocarpus, Graminae,
Cyoeracae, Myrtaceae, Cerpinus, Cardocarpus, Taxodiae, sedangkan spora yang ditemukan
berasal dari jenis Pteridophyta, Monolete, Trilete, Verucatosporite. Ada juga Di layer Kabuh
ini terdapat fosil cetakan daun. Sedangkan Asosiasi fauna yang dapat hidup waktu dulu

adalah ( Paleozoology): fosil elephantids (gajah), rhinoserus, bovidae, buaya, kura-kura,


rattus (rusa), kuda nil, banteng, badak, babi, dll.
Untuk sekarang hewan yang banyak ditemukan di daerah Kabuh ini adalah serangga dan
reptil seperti ular. Adapun vegetasi yang dominan adalah kasuarina (cemara), bunga sepatu,
pohon jati, dan semak.
Interpretasi Keadaan Lingkungan Lampau :
Wilayah Kabuh merupakan savana daratan penuh, hutan terbuka, perairan sungai
dangkal (flufial) pada saat homoerectus mencapai puncak populasi (golden ages). dari sini
kita bisa melihat Cekungan Sangiran (Sangiran Dome). Ada juga kali Cemoro yang
merupakan sungai purba yang dahulu diperkirakan adalah tempat minum manusia purba. Alat
batu purba ditemukan pada formasi ini, dengan ditemukannya alat-alat batu seperti tersebut di
atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telah mengenal alat -alat perburuan dalam
rangka memenuhi kebutuhan. Formasi ini diduga berasal dari danau Pleistosen yang telah
mengering,

pada

lapisan

ini

telah

dilakukan

ekskavasi

diteras

Dayu

yang

merupakan Grenzbank (lapisan pembatas). Disini ditemukan Sangiran flake industry (alat
buatan khusus Sangiran) dan fosil Pithecanthropus erectus.

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LAPANGAN


(Personal)
Nama

: Izza Nafisa Indriyanti

NIM

: 4411413022

Rombel
Kelompok

: Pend Biologi Rombel 2


: 4

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi
Nama Situs
Nama Formasi

:
:
:
:
:

Hari/Tgl : sabtu, 06 desember 2014

Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah


Dukuh Ngampon, Desa Krikilan
2,4-1,8 juta tahun yang lalu
Mbah Karsono
Kalibeng

Formasi Kalibeng ini terletak di Desa Krikilan Kec. Kalijambi Kab. Srage. Formasi
Kalibeng ini mempunyai umur geologi 2 juta -1,8 juta tahun yang lalu (pliosen). Formasi
Kalibeng (Pliosen) merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat
pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut
(sealevel changes) berubah menjadi cekungan laut. Siklus-sekuen stratigrafi berbasis
astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali
tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130 meter. Karakteristik
spesifik yang unik dari formasi Kalibeng ini adalah airnya mengandung garam dan terdapat
kubangan yang berisi air dengan PH=8 serta adanya gelembung-gelembung gas.

Karakteristik Perlapisan Batuan :


Ditinjau dari sisi geologisnya, formasi pelapisan kalibeng ini mempunyai warna abuabu kebiruan dengan struktur yang datar. Persebaran Dormasi Kalibeng ditemukan disekitar
Kubah Sangiran, dan membentuk perbukitan yang landai. Ketebalan formasi ini mencapai
126,5 meter. Satuan litologinya berupa lempung abu-abu kebiruan setebal 107 meter, pasir
lanau setebal 4,2 6,9 meter, batu gamping balanus setebal 0 - 10,1 meter.
Banyak batuan yang terdapat pada layer Kalibeng ini, diantaranya yaitu :
1) Lempung abu-abu (napal)

4) Lapisan Foraminifera

2) Lempung Lanau
5) lapisan lahar bawah endapan air
payau

3) Gamping Balanus

Karakteristik Fosil yang Telah Ditemukan :


Pada formasi Kalibeng ini fauna (Paleozoology) yang banyak ditemukan adalah
fosil-fosil Foraminifera dan Mollusca lau, antara lain ditemukan : arca (anadara),
arcitectonica, lopha (alectryonia), Conus, Mirex, Chlamis, Pecten, Prunum, Turicula, renella

spinoca, anomia, arcopsis, linopsis, dan turitella acoyana. Fosil-fosil tersebut merupakan ciri
dari lingkungan pengendapan laut dangkal. Selain itu juga terdapat fosil gajah purba
Mastodon bumi juensis.
Sedangkan Vegetasi (Paleobotany) yang banyak terdapat di layer Kalibeng ini
dulunya adalah bakau (mangrove), Melastomataceae, Rhizophara, Pandanus, Palme,
Calophyllus, Anacardiceae, Calamus, Caswarina, Arborsal euphorbiaceae, Podocarpus
mimosaceae, Gramineae, Cyperaceae dll. Namun saat terjadi banyak aktivitas vulkanik dan
akhirnya hutan bakau mulai menghilang dan kemudian ditanami dengan tanaman produktif
oleh warga seperti terong, pepaya, sawi, kubis.
Interpretasi Keadaan Lingkungan Lampau :
Formasi Kalibeng ini merupakan formasi tertua di lembah Sangiran. Dimana terdiri dari
pasir yang berwarna abu kehitaman dan batu pasir gampingan dengan kandungan
fosil Foraminifera dan Mollusca (bertulang lunak) yang melimpah. Di lapisan ini pula
terdapat fosil kepiting, hal ini menunjukkan bahwa lapisan ini dulunya adalah wilayah
perairan payau. Menurut para ahli bahwa perairan ini mengalami penyusutan air laut yang
terjadi pada zaman Pliosen, hal ini menyebabkan terbentuknya daratan baru. Hipotesa
tersebut diperkuat dengan penemuan fosil Gajah purba.
Pendangkalan terjadi disaat laut mengalami penurunan tinggi permukaan. Daratan
terbentuk dan terdapat sisa bahwa dulunya daerah ini merupakan kawasan marine. Adapun
sumber air asin di tengah-tengah persawahan warga. Sumber air asin ini keluar disebabkan
oleh tenaga endogen yang mendorong lapisan lumpur laut akhirnya keluar dari permukaan
tanah. Sangiran dulunya adalah rawa yang dibuktikan dengan adanya lapisan tanah diatome
dan dan endapan tanah coklat khas daerah rawa. Sebelumnya Sangiran juga merupakan
daerah marine yang dibuktikan dengan adanya air laut yang terperangkap menjadi sumber air
asin yang mengandung O2 dan CH4 (metana). Adanya metana dapat diketahui ketika nyala
korek api didekatkan pada gelembung air maka nyala api akan semakin besar. Metana
dihasilkan dari binatang-binatang yang telah mati ribuan tahun lalu

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LAPANGAN


(Personal)
Nama
Rombel
Kelompok

: Izza Nafisa Indriyanti


: Pend Biologi Rombel 2
: 4

NIM
: 4411413022
Hari/Tgl : 06 desember 2014

Nama Desa
Posisi Geografis
Umur Formasi
Nama Situs
Nama Formasi

:Ngebung, Ngebung, Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah


: Dukuh Ngampon, Desa Krikilan
: 730 ribu - 250 ribu tahun yang lalu
: Mbah Karsono
: notopuro

Karakteristik Pelapisan Batuan


Formasi Notopuro terletak di di atas formasi Kabuh dan tersebar di bagian tas
perbukitan di sekeliling Kubah Sangiran. Formasi ini tersusun oleh material vulkanis seperti
batu pasir vulkanis, konglomerat dan breksi dengan fragmen batuan beku andesit yang
berukuran brangkal hingga bonkah. Ketebalan lapisan mencapai 47 meter dan terbagi
menjadi tiga lapisan yaitu lapisan Formasi Notopuro bawah ,Formasi Notopuro tengah ,dan
Formasi Notopuro atas.
Lapisan notopuro bawah dimulai lapisan lahar atas sampai lapisan lahar teratas, dengan
ketebalan antara 3,2- 2,89 M. Kandungan litologinya berupa pasir tufan dengan kerikil
fluvial, lanau, lempung, fragmen kerikil andesit dan formasi tuf andesit. Formasi notopuro
tengah mulai muncul pada lapisan lahar atas sampai lapisan lahar teratas, dengan ketebalan
maksimum 20M. formasi ini mengandung pasir bercampur kerikil dan lanau tufan, kecuali
pada lapisan lahar yang terletak didasar. Pada formasi ini tidak ditemukan fosil mammalian
sama sekali.Formasi notopuro atas dimulai dari lapisan pumiceatas secara tidak selaras
terletak diatas formasi notopuro tengah dan bawah, ketebalan formasi ini mencapai 25 M dan
tersebar di daerah sangiran sebelah utara dan daerah sangiran sebelah timur. Kandungan
litologinya berupa tuf dan bola-bola pumisan. Pada Formasi Notopuro ini sangat jarang
dijumpai fosil. Formasi ini ditafsirkan sebagai hasil pengendapan darat yang sangat
dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dan terjadi pada kala Pleistocene atas.
Formasi Notopuro adalah lapisan tanah dikala plastosen atas yang berumur 10.000125.000 tahun yang lalu. Formasi Notopuro adalah lapisan yang terbentuk oleh endapan lahar
dan terdiri atas breksi andesit dan konglomerat. Pada formasi ini dijumpai Frakmen dari
mineral kaledon, kaursa susu, carnelian, agate, kerikil andesit, tufa dan pasiran yang
merupakan penyusun utama dari breksiden konglomerat.
Karakteristik Fosil yang telah ditemukan
Situs Sangiran menurut penelitian geologi muncul sejak Jaman Tersier akhir Pada kala
Pliocene atas kawasan Sangiran masih berupa lautan dalam yang berangsur berubah menjadi
laut dangkal dengan kehidupan foraminifera dan moluska laut. Pendangkalan berjalan terus
sampai akhir kala Pliocene.
Interprestasi Keadaan Lingkungan Lampau

Dulunya formasi notopuro merupakan gunung merapi purba dan merapu purba yang
meletus dengan menyisakan material batuan mengendap dan membeku di situs sangiran
sehingga tidak ditemukan fosil hewan dan tumbuhan. Merupakan safana yang luas kemudian
menjadi wilayah yang gersang akibat adanya aktivitas vulkanik, sehingga homoerectus
menjadi punah. Pada endapan kerikil banyak ditemukn serpih bilah, yaitu alat pada tingkat
perkembangan menjadi konglomerat dan batu pasir silang siur dengan ketebalan sekitar 2-45
meter tersebut menunjukan bahwa kala plastosen akhir telah terjadi banjir lahar yang besar.
Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di
Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa terputus sejak 2 juta tahun
yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu yaitu sejak Kala Pliocene Akhir hingga akhir
Pleistocene Tengah.

Anda mungkin juga menyukai