Anda di halaman 1dari 22

1

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi dalam
pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit
ikan selain dapat mematikan ikan juga dapat menurunkan mutu dari ikan itu
sendiri. Kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung pada
jenis penyakit ikan yang menyerang, kondisi ikan dan kondisi lingkungan.
Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi (infectious
diseases) dan non infeksi (noninfectious diseases). Penyakit infeksi disebabkan
oleh jasad parasitik, bakteri, jamur dan virus. Penyakit parasiter yaitu penyakit
akibat infeksi jasad parasitik seperti golongan protozoa maupun metazoa.
Protozoa yang sering ditemukan sebagai organisme parasitik meliputi sporozoa,
ciliata dan flagellate, sedangkan metazoa meliputi:crustacea, isopoda dan
helminth (cacing). Penyakit infeksi oleh mikroorganisme parasite ini juga dibagi
atas dua yaitu ektoparasit ( organisme parasite yang menyerang/hidup pada bagian
luar tubuh ikan) dan endoparasit ( organisme parasite yang menyerang/hidup di
bagian dalam tubuh ikan).
Untuk mengetahui jenis penyakit dari ikan tersebut dibutuhkan diagnosa yaitu
perkiraan dari kondisi abnormalnya ikan atau yang disebut juga dengan nekkropsi
dalam proses ini didapatkan informasi mengenai struktur dan penampakan luar
dan organ dalam ikan yang terserang penyakit secara sistematis. Dari hasil
nekropsi ini akan diketahui apakah ikan tersebut sakit disebabkan oleh faktor
mikroorganisme parasite atau disebabkan oleh faktor non mikroorganisme
(gangguan lingkungan,ketidakseimbangan komposisi pakan, faktor genetic dll).

Ikan patin, ikan nila dan ikan gurame merupakan komoditas ikan yang banyak
dibudidayakan masyarakat. Tingginya permintaan pasar, mudah dan murahnya
faktor produksi serta teknik budidaya yang tidak terlalu sulit menjadi alasan
utama kenapa petani banyak membudidayakan komoditas ini. Namun salah satu
yang menjadi kendala dalam budidaya nya adalah hama dan penyakit ikan yang
tiba tiba menyerang, penyakit ini biasa disebabkan oleh faktor lingkungan,
kualitas pakan yang kurang baik, atau karena adanya serangan mikroorganisme
parasite.
1.2. Tujuan dan Manfaat praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenisjenis ektoparasit
yang menyerang ikan air tawar yaitu pada ikan uji yaitu dengan cara nekropsi, dan
untuk mengamati gejala gejala apa saja yang dialami ikan yang sakit.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari praktikum ini diharapkan sebagai
informasi tentang jenis-jenis ektoparasit yang menyerang ikan uji secara spesifik
sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk mengobati ikan yang sakit
serta mengetahui proses dari nekropsi pada ikan sakit.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Parasit adalah merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang
mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang
tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan
dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan
tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan
utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan
keduanya (Gusrina, 2008).
Hu dan Quiros 1991 dalam Rafsanjani (2011), Keberhasilan parasit dalam
menginfeksi inang ditentukan oleh keberhasilan parasit dalam menyerang, hidup
dan berkembang biak didalam maupun diluar tubuh inang sedangkan keberhasilan
parasit menyerang dan hidup pada tubuh inang tergantung pada kemampuan
parasit menembus tubuh inang, ketersediaan kebutuhan parasit dalam tubuh inang
dan kerentanan parasit.
Distribusi parasit bergantung pada: 1) umur spesies, semakin tua umur
parasit semakin lama waktu yang digunakan untuk berpencar, 2) kemungkinan
parasit untuk berpencar, 3) kesempatan parasit untuk berpencar. Faktor ini
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan parasit untuk hidup terpisah dari
inangnya. Infeksi parasit ke dalam individu inang pun dipengaruhi oleh spesies
lain. Interaksi antar spesies tersebut dapat bersifat sinergis ataupun antagonis.
Daelami (2002) dalam (Subekti dan Mahasri, 2010)., mengatakan bahwa
parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum
tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan
terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan
tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.

Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain
dan mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya untuk berkembang
biak (Subekti dan Mahasri, 2010). Berdasarkan habitatnya, parasit dalam tubuh
ikan dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit (parasit yang menyerang bagian luar
tubuh ikan, misalnya pada insang, sirip dan kulit), dan endoparasit (parasit yang
menyerang bagian dalam tubuh ikan, misalnya usus, ginjal dan hati) (Balai
Karantina Ikan Batam, 2007).
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu
proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara
umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non
infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur,
bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup
seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty,
2003).
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan
penyakit yang sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan
areal yang terbatas dapat berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang
disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat
menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh ikan
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh
patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus ( Windi, 2011).
Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan
dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang

kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila terjadi


gangguan/kelainan baik secara anatomi maupun fisiologinya.Timbulnya serangan
penyakit di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan kondisi
lingkungan dan organisme penyakit.interaksi yang tidak serasi ini telah
menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Sumber
penyakit ikan yang sering menyerang ikan di dalam kolam terdiri dari beberapa
kelompok, yaitu hama, parasit dan non parasit. Penyakit ikan yang disebabkan
oleh organisme parasit umumnya

menimbulkan kerugian cukup besar

(Afrianto,2003).
Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal,
berlindung atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama
hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya
sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan habitatnya, selain itu pada
umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah
dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya,
sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya (Anonim,
2010). Adapun tanda-tanda dari ikan yang telah terkena serangan penyakit atau
parasit adalah ikan terlihat pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan; nafsu
makan mulai berkurang; malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan
air; adakalanya ikan bergerak secara cepat dan tiba-tiba; selaput lendimya
berangsur-angsur berkurang atau habis, sehingga tubuh ikan tidak licin lagi
(kesat); pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama dibagian dada,
perut atau pangkal ekor; di beberapa bagian tubuh ikan, sisiknya tampak rusak

bahkan terlepas. Sering pula terlihat kulit ikan mengelupas; sirip dada, punggung
maupun ekor sering di jumpai rusak dan pecah-pecah, pada serangan yang lebih
hebat kadang-kadang hanya tinggal jari-jari siripnya saja; insang terjadi rusak
sehingga ikan sulit untuk bernafas, wama insang menjadi keputih-putihan atau
kebiru-biruan; dan bagian isi perutnya terutama hati, berwarna kekuning-kuningan
dan ususnya menjadi rapuh (Anonim, 2007).
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi
menjadi 3 golongan yaitu: 1. Penyakit atau parasit pada kulit. Penyakit atau
parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi.
2. Penyakit atau parasit pada insang. Penyakit atau parasit yang menyerang organ
insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam
ikan. 3. Penyakit atau parasit pada organ dalam. Ciri utama ikan yang terkena
serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi
pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. (Anonim, 2011).
Nekropsi ikan merupakan suatu prosedur observasi/pemeriksaan ikan untuk
memperoleh informasi struktur dan penampakan luar dan organ dalam secara
sistematis, informasi ini selanjutnya bermanfaat sebagai dasar untuk mendiagnosa
gangguan hama dan penyakit ikan yang menyebabkan kematian pada ikan (Iese
Lukistyowati.2016)
IkanGuramemerupakanjenisikankonsumsiairtawar,bentukbadanpipih
lebar,bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna
kekuningkuningan/keperakperakan.Ikan Gurame merupakan keluarga
Anabantidae,keturunanHelostomadanbangsaLabyrinthici.IkanGurameberasal

dariperairandaerahSunda(JawaBarat,Indonesia),danmenyebarkeMalaysia,
Thailands, Ceylon dan Australia.Pertumbuhan Ikan Gurame agak lambat
dibanding dengan jenis ikan tawar lainnya (Prihatman 2000) dalam (M.
Fais.2008).
KlasifikasiIkanGurameadalahsebagaiberikut(Saanin1984)dalam(M.
Fais.2008),Klas:Pisces,SubKelas:Teleostei,Ordo:Labyrinthici,SubOrdo:
Anabantoidae, Famili : Anabantidae, Genus : Osphronemus, Species :
Osphronemusgourami.
Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang
tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin
memilikikandungankaloridanproteinyangcukuptinggi,rasadagingnyakhas,
enak,lezatdangurihsehinggadigemariolehmasyarakat.Ikanpatindinilailebih
amanuntukkesehatankarenakadarkolesterolnyarendahdibandingkandengan
daginghewanternak.Selainituikanpatinmemilkibeberapakelebihanlain,yaitu
ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm
(SusantodanAmri,2002).
Menurut Kordik (2005) dalam (Ahmad Zaldi.2010), sistematika ikan patin
diklasifikasikan sebagai berikut, Filum : Chordata,Kelas : Pisces,Subkelas :
Teleostei,Ordo:Ostariophysi,Subordo:Siluroidae,Famili:Pangasidae,Genus:
Pangasius,Spisies:Pangasiusdjambal.Djariah(2001)dalam(AhmadZaldi.2010)
mengemukakan, Ikan patin memiliki warna tubuh putih keperakperakan dan
punggung kebirubiruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil. Ujung
kepalaterdapatmulutyangdilengkapiduapasangsungutpendek.

Menurut Saanin (1982) dalam (Ali Purnomo.2013).klasifikasi ikan nila


(Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia,Filum :
Chordata, Kelas :Osteichtes, Ordo:Percomorphii, Famili:Cichlidae, Genus
: Oreochromis, Spesies : Oreochromis niloticus.
Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal
(kompres) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi
mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor
tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut
kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal
berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal
(ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad (Merantica.2007) dalam ( Ali Purnomo.2013).

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan tentang Nekropsi dan Identifikasi
Ektoparasit Pada Ikan telah dilaksanakan pada hari Selasa, 27 September dan 4
Oktober 2016 pada pukul 13.00 15.00 wib. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 8 ekor ikan Patin
(Pangasius hypopthalmus) , 3 ikan Nila (Oreochromis niloticus), 2 ikan Gurame
(ospronemus goeramy) yang sakit sebagai ikan sampel untuk pengamatan
ektoparasit dan aquades sebagai cairan control untuk parasite yang akan diamati
dibawah mikrskop.
Alat-alat yang digunakan adalah scaple untuk mengerok ikan, mikroskop
untuk alat untuk melihat jenis ektoparasit, gunting bedah untuk memotong insang
ikan bagian luar, nampan untuk wadah tempat ikan, tissue untuk pengering alat,
cawan petri sebagai wadah sampel parasite yang akan diamati, objek glass untuk
tempat sampel ikan yang dikerok bagian insang, lender yang akan diamati
dibawah mikroskop, cover glass untuk penutup sampel yang akan diuji dan alatalat tulis..
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode secara
langsung yaitu pengambilan sampel, pembuatan preparat ulas dan pengamatan

10

terhadap objek yang telah ditentukan baik itu secara visual maupun dibawah
mikroskop dengan perbesaran tertentu.
3.4. Prosedur Praktikum
Ikan sampel diukur TL dan SL terlebih dahulu, selanjutnya diperhatikan
gejala-gejala apa yang dialami oleh ikan sampel yang sakit seperti adanya bintikbintik merah pada kulit, kulit yang terkelupas, sirip yang putus dan ditumbuhi
jamur. Pengambilan

sampel

parasite

ikan

dengan

cara

dikikis/dikerok

menggunakan scuple pada permukaan tubuh ikan terutama didaerah luka (selaput
lendirnya), organ yang abnormal, pada bagian insang untuk mengamati jenis
parasit pada ikan cukup bagian insang yang diluar dipotong secara tipis
menggunakan gunting bedah.
Hasil kerokan tersebut diletakkan pada gelas objek yang terlebih dahulu
diberi aquades 1-2 tetes. Selanjutnya, preparat yang sudah diletakkan di gelas
objek kemudian ditutup dengan menggunakan gelas penurup (cover glass) dengan
hati-hati dan jangan sampai terdapat gelembung udara, bila ada gelembung udara
dapat ditambahkan aquades kembali. Preparat siap diamati dibawah mikroskop
dengan pembesaran terkecil terlebih dahulu, dan setelah objek ditemukan, baru
diamati dengan pembesaran yang kita inginkan. Jenis parasit yang ditemukan,
dicocokkan ke dalam buku identifikasi untuk mencari nama spesies parasit
tersebut.

11

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada saat praktikum adalah :
4.1.1. Identifikasi ikan yang terserang penyakit.
4.1.1.1 Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus).

4.1.1.2 Ikan Nila ( Oreochromis niloticus).

4.1.1.3 Ikan Gurame ( Ospronemus gouramy).

4.1.2. Identifikasi Ektoparasit yang terdapat pada ikan


1. Klasifikasi Dactylogyrus sp
Kingdom : Animalia, Filum : Vermes,Klas : Trematoda,Ordo :
Monogenea,Famili : Dactylogyridae,Genus : Dactylogyrus sp

12

Gambar 1. Dactylogyrus sp
2. Klasifikasi Saprolegnia sp
Kelas: Phycomycetes, Sub kelas: Oomycetes,Ordo: Saprolegniales,
Family: Saprolegniaceae, Genus: Saprolegnia, Spesies: Saprolegnia sp.

Gambar 2. Saprolegnia sp
3. Gambar Dactylogyru sp egg

4. Gambar Protozoa dan Cacing.

13

4.1.2 Pengamatan Prevalensi organ Ikan Patin,Nila dan Gurame.


Tabel 1. Hasil Prevalensi Organ Ikan Patin,Nila dan Gurame
No
Jenis Parasite
Organ
preverensi
Insang
Sirip
Mucus
1
Dactylogyrus sp
3
3
1
38,46%
2
Saprolegnia sp
1
3
protozoa
1
4
cacing
1
5
Dactylogyrus sp
1

Intensitas
2.2

egg
II.1.

Pembahasan

Pada praktikum Parasit dan penyakit ikan ini, ikan yang digunakan sebagai
sampel untuk mengidentifikasi ada tidaknya parasit pada ikan yakni ikan patin
,ikan nila, dan ikan gurame yang sakit. Alasan digunakannya ikan komuditi ini
merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat maupun
BBI sehingga stoknya mudah diperoleh. Dari praktikum identifikasi ektoparasit
khusunya pada ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang telah dilakukan
didapatka ektoparasit yaitu : Dactylogyrus sp yang ditemukan pada permukaan
tubuh dan pada insang dari patin. Dari hasil pengamatan 8 sampel ikan yang
digunakan, hanya 2 ekor ikan patin yang terserang parasit.
Sedangkan hasil pengamatan dari ikan nila (Oreochromis niloticus) dan
gurame ( Osphronemus gouramy) didapatkan lima jenis ektoparasir yaitu :
Dactyogyrus sp ditemukan 2 di Insang , 1 dimucus dan 2 disirip , protozoa
ditemukan di insang sebanyak 1, jamur Saprolegnia sp ditemukan 1 disirip, cacing
ditemukan 1 diinsang dan Dactylogyrus sp egg ditemukan satu di insang. Sampel
ikan yang digunakan sebanyak lima ekor namun yang terinfeksi parasite sebanyak
3 ekor ikan, dua ikan nila dan satu gurame.
Menurut Kurnia (2010) Dactylogyrus sp menginfeksi insang semua jenis ikan
air tawar, terutama ukuran benih. Menurut Gusrina (2008) Parasit Dactylogyrus sp

14

mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini
merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan
menjadi

larva

cilia

yang

yang

dinamakan

penetasan

oncomiracidium.

Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh


inang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian
besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus sp bersifat ovivarus (bertelur)
dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan
oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan
keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada
insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, Hewan parasit ini termasuk cacing
tingkat rendah (Trematoda). Parasit cacing ini hidup tanpa inang antara
(intermediate host), sehingga seluruh hidupnya berfungsi sebagai parasit. Pada
bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur
cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16
kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus sp mempunyai
ophistapor (posterior sucker) dengan 1 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal
yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang
mata yang terletak di daerah pharynx (Gusrina, 2008).
Irawan (2004) dalam (Subekti dan Mahasri, 2010)., mengemukakan bahwa
ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang
menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena
insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi selanjutnya Gusrina,
(2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain :
pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang terserang

15

berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Dactylogyrus sp sering


menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang
makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. Irawan
(2004) dalam (Subekti dan Mahasri, 2010).. Parasit cacing ini termasuk parasit
yang perlu diperhatikan, karena secara nyata dapat merusak filament insang, dan
relatif lebih sulit dikendalikan (Budi sugianti, 2005) dalam (Subekti dan Mahasri,
2010).

dan penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan

bersamaan dengan parasit lain (Irawan, 2004). Sebagai langkah pencegahan


adalah dengan memberi pakan yang bergizi tinggi. Kepadatan dikurangi, dan
sirkulasi air harus berjalan lancar, untuk ikan yang terlanjur sakit bisa diobati
dengan larutan formalin 100-200 ppm, sedangkan untuk ikan yang sudah terlanjur
parah sebaiknya disingkirkan dan dibakar agar tidak menulari ikan lain yang sehat
(Irawan, 2004) dalam (Subekti dan Mahasri, 2010)..
Menurut ( Nursanto Didik Budi,2007) dalam (Sri Rahma Ningsih,2011) Jamur
Saprolegnia sp merupakan jamur yang menyerang ikan khususnya ikan air tawar
dan air payau, biasanya menyerang insang ikan selanjutnya tumbuh pada jaringan
beberapa lama. Biasanya juga menyerang telur-telur ikan dengan cara
menyelimuti telur tersebut dengan hifanya. Jamur ini bewarna putih ,dan putih ke
abu-abuan namun juga bisa berubah warna menjadi coklat atau hijau ketika
partikel-partikel diair melekat ke filament jamur.
Untuk mencegah serangan jamur Saprolegnia sp obat yang sering digunakan
adalah PK (Postium Permanganat) dengan metoda perendaman dimana 1 gram PK
dilarutkan dengan 100 liter air dan ikan direndam dalam larutan tersebut selama 1
setengah jam. Dan dapat juga menggunakan larutan NaCl (10-25 gr/liter air) ikan
direndam dalam larutan tersebut selama 10-20 menit (Iesje Lukistyowati.2016)

16

Dari pengamatan yang dilakukan , gejala-gejala yang ditunjukkan oleh ikan


Patin,ikan Nila dan Gurame yang sakit adalah kulit terkelupas, bagian ventral,
dorsal dan pectoral terdapat bintik-bintik merah, tubuh pucat, insang berwarna
pucat, dan bagian sirip rusak/luka/patah serta pergerakan ikan lambat.

17

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan bahwa jebis jenis ektoparasit yang
menyerang ikan patin adalah: Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian
insang ,sirip dan mucus, sedangkan untuk ikan nila dan ikan gurame parasite yang
ditemukan diantranya yaitu : Dactyogyrus sp ditemukan 2 di Insang , 1 dimucus
dan 2 disirip , protozoa ditemukan di insang sebanyak 1, jamur Saprolegnia sp
ditemukan 1 disirip, cacing ditemukan 1 diinsang dan Dactylogyrus sp egg
ditemukan satu di insang. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh komuditi ikan yang
sakit tersebut adalah kulit terkelupas, bagian ventral, dorsal dan pectoral terdapat
bintik-bintik merah, tubuh pucat, insang berwarna pucat, dan bagian sirip
rusak/luka/patah serta pergerakan ikan lambat
5.2. Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya saat pengambilan ikan sampel
dari tempat pemeliharaan, agar tidak mencuci ikan atau menggantikan air ikan
dari kolam/tempat pemeliharaan dengan air jernih yang menyebabkan parasit
yang ada pada tubuh ikan terlepas. Dan diperlukan ketelitian dalam pengamatan
parasite dengan menggunakan mikroskop agar sasaran yang dituju didapatkan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 2003. Pengendalian hama dan penyakit ikan.Penerbit


kanisius. Yogyakarta.
Amri dan Susanto.2002. Pengenalan Budidaya Ikan Patin.Fakultas Perikanan
Universitas Hasanudin.
Anonim,
2011.
Pengendalian
Beberapa
Penyakit
Ikan.
http://budibungo.blogspot.com /2011/04/pengendalian-beberapa- penyakitikan-air.html. [28 Desember 2011].
Anonim, 2010. Parasit. http://pengertian.blogspot.com /2010/10/parasit.html. [28
Desember 2011].
Anonim, 2007. Penyakit dan Parasit Ikan. http://ikanmania.wordpress.com /
2007/12/30/penyakit-dan-parasit- ikan.html. [28 Desember 2011].

Astuti, Asrini Budi. 2004. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Fais,M.2008. Budidaya Ikan Gurame Secara Intensif.Agromedia
Pustaka.Jakarta.
Gusrinai. 2008. Pemetaan Infestasi Cacing Parasit dan Resiko Zoonosis pada Ikan
Laut di Perairan Indonesia Bagian Selatan. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Maharsi dan Subekti.2010. Deteksi Penyakit Pada Ikan Budidaya. Sinar
Pustaka: Jakarta.
Ningsih, Sri Rahma.2011. Jamur Saprolegnia sp Penyebab Penyakit Pada Ikan.
http://jamur-saprolegnia-sp-penyebab-penyakit-ikan.blogspot.com
Purnomo, Adi.2013. Usaha Sukses Budidaya Ikan Nila. Pustaka Jaya: Surabaya.
Rafsanjani.2011. Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar. Fakultas Perikanan
Universitas Diponegoro.
Windi,riri 2011. Identifikasi Ektoparasit dan Endoparasit pada Ikan diakses
dari http://budidaya-ikan-ririwindri.blogspot.com/2011/02/derajat-infeksiektoparasit-pada-benih.html.pada tanggal 14 Desember 2011
Zaldi,Ahmad.2010. Teknik Cepat Budidaya Ikan Patin. Kanisius:Yogyakarta.

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum

20

Tisu

Scuple, gunting bedah, cover glass, cawan petri, Serbet

Mikroskop

aquades

Dactylogyrus sp

Cacing

gambar ikan sampel

Saprolegnia sp

Protozoa

Dactylogyrus sp egg

Lampiran 2. Rumur menghitung Prevalensi dan Intensitas Penyakit Ikan


Patin, Ikan Nila dan Ikan Gurame.
Prevalensi =

Jumlah ikan yang terinfeksi


Jumlah totalikan yang diamati

x 100 %

21

Intensitas =

Jumlah parasite yang ditemukan


Jumlah ikan yang terinfeksi

Pratikum I Ikan Patin


Pravelensi = Jumlah ikan yang terinfeksi x 100%
Jumlah ikan yang diamati
Pravelensi = 2x100%
8
Pravelensi = 25 %
Intensitas = Jumlah parasite yang ditemukan
Jumlah ikan yang terinfeksi
Intensitas = 2
2
Intensitas = 1
Pratikum II Ikan Nila dan Ikan Gurame
Pravelensi = Jumlah ikan yang terinfeksi x 100%
Jumlah ikan yang diamati
Pravelensi = 3x100%
5
Pravelensi = 60%
Intensitas = Jumlah parasite yang ditemukan
Jumlah ikan yang terinfeksi
Intensitas = 9
3
Intensitas = 3

22

Anda mungkin juga menyukai