PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai peranan undagi dalam proses rancang
bangun dan perubahan aplikasi rancang bangun pada Kori Agung di Pura Puseh dan Bale
Agung, Br. Adat Samsaman, Kukuh, Kerambitan, Tabanan.
4.1 Peranan Undagi dalam Proses Rancang Bangun Kori Agung di Pura Puseh dan
Bale Agung, Br. Adat Samsaman, Kukuh, Kerambitan, Tabanan.
Proses rancang bangun Kori Agung ini merupakan proses renovasi yang
dilakukan karena bangunan kori yang dulu dianggap sudah rusak dan hampir ambruk
sehingga diadakan rapat untuk melakukan renovasi. Berikut perubahan yang terjadi
dari Kori Agung.
Proses rancang bangun Kori Agung di Pura Puseh dan Bale Agung, Br. Adat
kembali dengan pelinggih ataupun Kori Agung baru secara niskala. Sarana
yang digunakan yaitu banten suci, pamrascita, dan banten byakala/bayakaon.
Tujuan dari upakara ini yaitu untuk melepas hal-hal yang kotor atau
menetralkan aura negatif yang ada pada area yang akan dibongkar. Upakara
ini dipuput oleh Ida Pedanda Sukawati dari Griya Taman Sari, Tabanan.
Upakara ini dilakukan pada Soma paing wuku ukir pada tanggal 18 Mei 2015
yang bertepatan dengan tilem.
3. Nyikut karang yaitu upacara untuk menentukan batas-batas dan perletakan
pelinggih ataupun kori agung yang baru. Upakara ini juga dipuput oleh Ida
Pedanda Sukawati yang dibantu dan didampingi oleh Bendesa Adat
Samsaman, Mangku Kahyangan Tiga, dan panitia pembangunan pura.
7. Ngelinggihan
bangunan
kori yang telah selesai dikerjakan. Sarananya sama seperti banten yang
digunakan pada saat ngingsiran (memindahkan).
8. Mecaru Panca Kelud dilaksanakan setelah bangunan Kori Agung selesai dan
Ida Bhatara telah dilinggihkan. Caru ini terdiri dari caru panca sata ditambah
dengan bebek dan anjing belang bungkem. Upakara ini dipuput oleh Mangku
Puseh yang dibantu oleh bendesa adat dan panitia pembangunan.
D. Pengurus Adat
Berikut organisasi dari kepengurusan adat Desa Kukuh.
- Bendesa adat
: I Wayan Mudita, Spd
- Sekretaris
: I Putu Edi Wirawan
- Bendahara
: I Nengah Sudarma
- Kelian Adat Kaja
: Nyoman Gunadi, SE
- Juru Arah
: I Made Supendi
- Kelian Adat Tengah : I Nyoman Sukanadi
- Juru Arah
: I Wayan Surca
- Kelian Adat Kelod
: I Nyoman Putra Adnyana
- Juru Arah
: I Gede Wardana
E. Tukang Ukir
Penunjukan tukang ukir dilakukan secara tender. Tukang ukir yang
memenangkan tender ini bernama I Made Adi Widiana. Tukang ukir ini berperan
dalam mengharmonisasikan bentuk ukiran beserta maknanya untuk ditempatkan
Kori Agung, Seperti ornamen karang boma, yang berada diiatas pintu masuk
pada kori agung, dengan bentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher keatas
lengkap dengan hiasan dan mahkota serta memiliki tangan. Karang boma
merupakan symbol kepala bhuta kala, dimana bhuta kala artinya ruang dan
waktu. Setiap orang yang menatap karang boma diharapkan menyadari bahwa
dieinya terbatas oleh ruang dan waktu. Bahwa sangat terbatas waktu kita untuk
meningkatkan kehidupan rohani, sehingga diharapkan juga untuk jangan lagi
meunda-nunda untuk berbuat baik. Dalam fungsinya, karang boma pada kori
agung memiliki fungsi sebagai penjaga pintu, dan berfungsi untuk menyucikan
diri setiap orang yang akan masuk ke area jeroan (area utama) sehingga tidak
diperlukan lagi sarana berupa air penglukatan, karena secara otomatis orang yang
masuk melalui kori agung telah disucikan. Untuk ukuran ukiran ornamennya
disesuaikan dengan ukuran bangunan utamanya sehingga didapat keserasian dan
harmonisasi.
Berdasarkan hasil wawancara, yang dikatakan undagi yaitu Ida Pedanda
Sukawati, Ida Bagus Putra, dan I Made Adi Widiana. Ida Pedanda Sukawati
dikatakan sebagai undagi pertama karena beliau memberikan sikut mengenai
peletakan bangunan yang ada di area Pura Puseh dan Bale Agung, Banjar Adat
Samsaman. Undagi kedua yaitu Ida Bagus Putra, karena beliau berperan dalam
mendesain Kori Agung, dimana desain ini menggunakan prinsip pada adung
yaitu serasi dan harmonis dengan bangunan yang sudah ada di area pura. Undagi
yang ketiga yaitu I Made Ade Widiana, bertugas sebagai pelaksana di lapangan,
yang merealisasikan rancangan 2D menjadi bangunan yang nyata.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses rancang bangun ini dilakukan atas
dasar ngayah, kecuali tukang ukir dan tukang pasang batu karena berasal dari luar
Desa Pakraman Kukuh, Kerambitan.
4.2 Perubahan Aplikasi Rancang Bangun pada Kori Agung di Pura Puseh dan Bale
Agung, Br. Adat Samsaman, Kukuh, Kerambitan, Tabanan
Perubahan letak kori dari sebelum dan setelah direnovasi disebabkan oleh
pelebaran area Pura. Peletakkan kori baru ditentukan berdasarkan sikut yang didapat
dari Ida Pedanda Sukawati. Berdasarkan lontar, letak kori ditentukan dari sepertiga
lebar halaman dan diukur dari sisi teben dari pura. Penentuan letak kori di Pura Puseh
dan Bale Agung ini, sesuai dengan ketentuan yang ada pada lontar. Letak kori diukur
dari sisi timur dengan ukuran 3/5 dari lebar halaman. Perbedaan ukuran 1/3 dan 3/5
disebabkan oleh sikut yang digunakan. Kori pada Pura ini menggunakan sikut madya
yang menyebabkan ukuran didapat dari 3/5 lebar halaman. Penggunaan sikut madya
disebabkan karena apabila menggunakan sikut utama, letak kori akan sampai ke jalan.
Hal ini didasari oleh konsep Desa Kala Patra, yaitu menyesuaikan dengan tempat,
waktu, dan keadaan.
Perancangan Kori Agung ini melibatkan banyak undagi yang dimana saat ini
peranan seorang undagi dijalankan dalam profesi yang berbeda-beda. Pada zaman
dahulu perancangan sebuah pura hanya melibatkan undagi, sangging, dan pemangku
hingga pembangunan selesai. Saat ini perancangan melibatkan profesi yang lebih
beragam. Undagi (pedanda) berperan hanya untuk memberi sikut bangunan, pedanda
lainnya berperan untuk menerjemahkan kori kedalam bentuk gambar untuk
mengetahui rupa kori tersebut.
dalam
masa modern dengan perkembangan teknologi yang lebih maju, didukung dengan
adanya alat transportasi yang memadai memungkinkan untuk mendapatkan material
dengan kualitas yang lebih baik dan kuat, maka digunakan batu karangasem atau batu
hitam. Batu karangasem ini dikenal karena keunggulannya yaitu, lebih awet, kokoh
dan bangunan terlihat lebih berwibawa dibandingkan dengan batu bata peripihan.
Batu karangasem ini juga tidak mudah lumutan ataupun lapuk terkena hujan dan
matahari. Dengan adanya teknologi yang memadai, maka kesan lokal dari tampilan
Kori Agung ini mulai ditinggalkan.
Narasumber :
I Wayan Budiarsa, ST (Ketua Pelaksana Pembangunan)
Umur : 50 tahun
Alamat :Br. Samsaman, Kukuh, Kerambitan, Tabanan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
I Wayan Mudita, Spd. (bendesa adat)
Umur : 55 tahun
Alamat :Br. Samsaman, Kukuh, Kerambitan, Tabanan
Pekerjaan : PNS