Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KESEHATAN REPRODUKSI

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


TERKAIT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Disusun oleh:
Kelompok 1
Ukhty Rahmah Sari Manap

1112101000084

Hanun Haffiya

1112101000078

Putri Dewi Riani

1112101000077

Tyas Indah Permatasari

1112101000005

Yola Dwi Putri

1112101000032

Kesehatan Lingkungan 2012

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

A. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari anak-anak ke masa
dewasa. Pada masa transisi, remaja sering menghadapi permasalahan yang sangat
kompleks dan sulit ditanggulangi sendiri. Tiga risiko yang sering dihadapi oleh remaja
(TRIAD KRR) yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan seksualitas (kehamilan tidak
diinginkan, aborsi dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual), penyalahgunaan NAPZA,
dan HIV/AIDS. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), menurut DITREM-BKKBN
adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan
proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual
(K4Health, 2013).
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, serta keadaan ekonomi dan
kesejahteraan social dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya
berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan
bangsa pada akhirnya. Kehamilan remaja kurang dari 20 tahun memberi resiko kematian
ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada ibu berusia 20-35 tahun.
Menurut data Riskesdas tahun 2010 dalam Kusumawati (2013) memaparkan berbagai
keadaan yang kurang menguntungkan bagi remaja. Salah satunya adalah pernikahan dini
dan eksperimentasi seksual pada usia dini merupakan masalah yang terjadi di Indonesia.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa perempuan muda di Indonesia dengan usia
10-14 tahun menikah pada tahun 2010 sebanyak 0,2%. Proporsi jumlah yang sedikit
namun hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 22.000wanita muda berusia 10-14 tahun di
Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 yang menikah
lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun, yaitu 11,7%
dibandingkan dengan 1,6%. Selain itu, lebih dari 56,2% di antara kelompok umur
perempuan 20-24 tahun sudah menikah (Kusumawati, 2013).
Dalam rangka menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat bagi remaja, maka
perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang benar serta
kesepahaman bersama akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat
membantu mereka dalam menentukan pilihan masa depannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan pembuatan kebijakan atau peraturan mengenai kesehatan reproduksi remaja di
Indonesia oleh lembaga negara seperti Kementrian Kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kehidupan melalui perundangan terkait kesehatan reproduksi pada
remaja.2

B. KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN


Peraturan terkait Kesehatan Reproduksi dibentuk dari hasil rekomendasi
Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi melalui pertemuan terhadap lintas program
dan sektor, maka tercapai kesepakatan untuk membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 433/MENKES/SK/V/1998 tentang
Komisi Kesehatan Reproduksi dibentuklah Komisi tesebut yang terdiri atas empat
Kelompok Kerja (Pokja) salah satunya adalah kesehatan reproduksi remaja dengan
tujuan umum yaitu peningkatan kesejahteraan, kesehatan serta pencegahan masalah
kesehatan pada remaja dengan pengintegrasian pelayanan kesehatan standar di seluruh
unit pelayanan untuk menuju visi Menuju Indonesia Sehat 2010.
Selanjutnya, kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi remaja diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Beberapa pasal yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut:
a. Pasal 1 Ayat 1
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat
sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat.
b. Pasal 11 Ayat 2
Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk remaja meliputi :

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

tumbuh kembang Anak Usia Sekolah dan Remaja

kesehatan reproduksi

imunisasi

kesehatan jiwa dan NAPZA

gizi

penyakit menular termasuk HIV dan AIDS

Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS);dan

kesehatan intelegensia.

c. Pasal 27 Ayat 4
Pelayanan Kesehatan Seksual yang terintegrasi pada program promosi kesehatan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain pada iklan layanan masyarakat, promosi
kesehatan bagi remaja dan dewasa muda, dan program promosi kesehatan.
d. Pasal 27 Ayat 5
Dalam hal Pelayanan Kesehatan Seksual terintegrasi dengan promosi kesehatan bagi
remaja dan dewasa muda sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diharapkan remaja dan
dewasa muda mengerti tentang keadaan seksualnya sehingga dapat melindungi dirinya
dari kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, IMS termasuk HIV dan
AIDS dan kemungkinan menderita kemandulan melalui perilaku seksual yang
bertanggungjawab, termasuk abstinen secara suka rela.
e. Pasal 38 Ayat 1
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
mengintegrasikan semua pelayanan kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi yang
meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual termasuk penanggulangan HIV
dan AIDS, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
f. Pasal 38 Ayat 2
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahapan siklus kehidupan yang dimulai
dari tahap konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur dan usia lanjut.
Pada lampiran II Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
serta Pelayanan Kesehatan Seksual dijelaskan bahwa Informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan remaja sudah waktunya diberikan untuk melindungi remaja
dari penularan IMS dan HIV/AIDS maupun kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk itu
perlu diperhatikan hal berikut ini:
a. Pelajari dahulu prilaku seksual remaja, bagaimana riwayat perilaku seksualnya
b. Dasar pemberian kontrasepsi remaja adalah untuk pencegahan kehamilan dan
pencegahan IMS
c. Kontrasepsi pada remaja bersifat temporer dengan minimal efek samping dan
terhindar kesulitan pada pengembalian kesuburannya
d. Pertimbangan skrining papsmear khusus bagi remaja yang seksual aktif lebih setahun
atau yang sering berganti pasangan seksual

Selain itu, walaupun hanya sedikit bersinggungan dengan kesehatan reproduksi remaja.
Pada rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015 disebutkan bahwa, Strategi dalam
pembangunan kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015-2019 salah
satunya adalah akselarasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan usia
lanjut yang berkualitas. Adapun strategi yang dilakukan dengan melakukan peningkatan
pembinaan kesehatan bayi, anak dan remaja. Berikut indikator pencapaian sasaran tersebut
adalah:
a. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90%
b. Persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas I sebesar 70%
c. Persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas VII dan X sebesar 60%
d. Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan remaja sebesar 45%.
Demikian, kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang tertuang
baik dalam perundangan, pokja maupun rencana strategi kerja Kementerian Kesehatan terkait
dengan upaya kesehatan reproduksi remaja di Indonesia.

Referensi

Departemen Kesehatan. 2008. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di


Tingkat Pelayanan Dasar. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI:
Jakarta.
K4Health.

2013.

Pelayanan

Kesehatan

Reproduksi

Remaja.

(online).

https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/pelayanan-kesehatan-reproduksiremaja. (20 April 2015)


Kusumawati, Nur Farida. 2013. Rumah Remaja Sebagai Model Pemberdayaan Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jurnal Promkes, Vol. 1 No. 2, 153-163.
Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Diunduh
pada

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf

(20 April 2015)


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual

Anda mungkin juga menyukai