Anda di halaman 1dari 3

POLARIMETER

Yudhi Prasetyo (140310140065)


Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran
Kamis, 10 Desember 2015
Asisten : Siti Nur Khayati
ABSTRAK
Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan analisator. Polarimeter adalah Polaroid yang dapat
mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Peristiwa
polarisasi merupakan suatu peristiwa penyearahan arah getar suatu gelombang menjadi sama dengan arah getar Polaroid
dengan cara menyerap gelombang yang memiliki arah getar yang berbeda dan meneruskan gelombang dengan arah getar
yang sama dengan Polaroid. Polarimeter juga dapat digunakan untuk mengukur besar sudut putar jenis suatu larutan optic
aktif. Percobaan polarimeter bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja polarimeter dan mengukur besar sudut putar jenis
larutan zat optic aktif, dengan terlebih dahulu mencari besaran-besaran yang dibutuhkan terlebih dahulu, yaitu : sudut
pemutar bidang polarisasi, L : panjang tabung polarisasi, dan C : konsentrasi larutan zat optic aktif. Didapatkan sudut putar
rata-rata pada air suling sebesar 67.88 pada tabung 10cm dan 5 18 pada tabung 15cm. Sedangkan pada larutan glukosa
didapatkan sudut putar rata-rata sebesar 91.68 pada tabung 10cm dan 1028 pada tabung 15cm.
Keywords: Polarimeter.

I. PENDAHULUAN
Cahaya putih merupakan cahaya
polikromatik yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang yang dapat bervibrasi kesegala arah.
Cahaya putih dapat diubah menjadi cahaya
monokromatik (hanya terdiri dari satu panjang
gelombang) dengan menggunakan suatu filter
atau sumber cahaya yang khusus. Cahaya
monokromatik ini disebut cahaya terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi tidak dapat diamati secara
langsung oleh mata manusia, sehingga
diperlukan suatu alat yang dapat membantu
untuk menunjukan gejala polarisasi tersebut.
Melalui polarimeter gejala polarisasi dapat
ditunjukan, selain itu melalui alat ini dapat
dilihat pula bagaimana larutan optic aktif
seperti larutan gula dapat membelokan cahaya
yang
telah
dipolarisasi.
Pengamatanpengamatan yang dapat dilakukan melalui
polarimeter ini lah yang melatar belakangi
dilakukanya percobaan polarimeter.
II. TEORI DASAR

Polarimeter merupakan instrument


scientific yang digunakan untuk mengukur
penyebab sudut rotasi, menggunakan cahaya
polarisasi secara terus menerus pada subtansi
optik aktif. Pada polarimeter terdapat
polarisator dan analisator, dimana polarimeter
adalah Polaroid yang dapat mempolarisasikan
cahaya, sedangkan analiastor adalah Polaroid
yang dapat menganalisa atau mempolarisasikan
cahaya.

(gambar 1. polarimeter)

Cahaya merupakan gelombang elektromagnit


yang terdiri dari getaran medan listrik dan
getaran medan magnit yang saling tegak lurus.
Bidang getar kedua medan ini tegak lurus
terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara
umum
dapat
dikatakan
gelombang
elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik
dan medan magnitnya bergetar kesemua arah

pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan


disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini
melalui suatu polarisator maka sinar yang
diteruskan mempunyai getaran listrik yang
terletak pada satu bidang saja dan dikatakan
sinar terpolarisasi bidang (linear).

(gambar 2. polarisator)

Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan


arah transmisi analisator, maka sinar yang
mempunyai arah getaran yang sama dengan
arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi
apabila arah transmisi polarisator tegak lurus
terhadap arah analisator maka tak ada sinar
yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk
suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya
sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui
suatu larutan optik aktif akan mengalami
pemutaran bidang polarisasi.

15cm) memutar analisator sedemikian rupa


hingga mendapatkan seperti gambar (a), catat
posisinya. Selanjutnya memutar analisator
sedemikian rupa hingga mendapatkan gambar
(b), mencatat pula posisinya.

Langkah tersebut dilakukan kembali dengan larutan


zat optic aktif untuk larutan 10% glukosa dan
larutan tak hingga.

IV. DATA DAN ANALISIS


4.1 Data Percobaan
1. Tabel data sudut putar pada air suling

2. Tabel data pada sudut putar larutan 10% glukosa

(gambar 3. Polarisator larutan optik-aktif)

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah polarimeter,
gelas kimia, gelas ukur, 2 buah tabung gelas
ukuran 10cm dan 15cm, glukosa-monohidrat,
air suling dan neraca.
3.2 Metode Eksperimen
Hal yang dilakukan pada percobaan ini
adalah mengukur sudut putar pada larutan zat
optic aktif (air suling, larutan 10% glukosa, dan
larutan tak hingga) yaitu dengan menentukan
titik nol terlebih dahulu. Pertama memasukkan
air suling ke dalam calorimeter (10cm dan

3. Tabel data sudut putar pada mutarotasi

4. Tabel data sudut putar dan sudut putar khas pada


larutan tak hingga.

4.2 Analisa Data


Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan data berupa nilai sudut putar pada
air suling, larutan 10% glukosa-monohidrat,
dan larutan tak hingga. Hasil data yang
didapatkan pada pengukuran sudut putar ratarata air suling didapatkan nilai yang lebih kecil
daripada sudut putar rata-rata larutan 10%
glukosa-monohidrat, yaitu pada tabung 10cm
sebesar 67.8 dan pada tabung 15cm sebesar 51.
Sedangkan pada larutan glukosa pada tabung
10cm sebesar 91.6 dan pada tabung 15cm
sebesar 102. Hal tersebut telah menunjukkan

bahwa besar sudut bidang getar cahaya yang


dihasilkan oleh suatu larutan optic aktif,
sebanding dengan konsentrasi larutan tersebut.
Selanjutnya sudut putar pada larutan tak hingga
didapatkan nilai sebesar 698 pada tabung 10cm,
dan 62.28 pada tabung 15cm.
Pada percobaan ini tidak ditemukan
bahwa besar sudut bidang getar cahaya
sebanding dengan panjang larutan yang
dilewati cahaya, yang didapatkan justru
kebalikannya. Hal tersebut dapat dikarenakan
tutup pada tabung 10cm tebuat dari plasik
sedangkan pada tabung 15cm terbuat dari kaca
dan juga tutup tabung 10cm pada saat
diterawang lebih kusam dan buram disbanding
tutup pada tabung 15cm yang bening.
Selanjutnya, menentukan sudut putar
khas pada larutan glukosa setelah mencapai
kesetimbangan. Data yang dihasilkan adalah
sudut putaran khas rata-rata sebesar 588 pada
tabung 10cm dan 238 pada tabung 15cm.
V. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Gejala pemutaran bidang polarisasi
(sudut putar) oleh zat optik-aktif dapat
ditentukan dengan polarimeter.
2. Menentukan sudut putaran khas zat
optic
aktif
setelah
mencapai
kesetimbangan dengan pengukuran
yang dilakukan pada rentang waktu
tertentu.
3. Konstanta reaksi dari larutan zat optic
aktif yang mana pada percobaan ini
tidak/belum ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Zainollah, Ahmad. 2013. Laporan Analisis
Material, Polarimeter. Malang: Universitas
Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai