Anda di halaman 1dari 2

Singaraja, 9 Februari 2014

Untuk saudara perempuanku, yang juga menjadi cermin hidupku.

Setelah mendengarkan keluhmu lewat telepon, aku sadar bahwa hidup itu
singkat. Kapan pun Tuhan mau, Dia tentu akan mengambil milik-Nya bahkan kita.
Memutar waktu itu mustahil. Mengulang kenangan pun tidak akan melahirkan hal
yang sama. Tetapi jika masih ada kesempatan aku tetap memilih untuk menjadi
bagian pentingmu.
Tawamu mengingatkanku, bagaimana sikap kita di masa kecil dalam
memperebutkan hal sepele yang terdengar konyol saat ini. Kenangan itu masih
terekam di memoriku. Aku masih ingat, begitu seringnya kita untuk tidak sepaham.
Memperebutkan porsi makanan, membatasi wilayah kamar, bahkan perhatian orang
tua pun menjadi sebuah kompetisi.
Kakak aku tidak percaya ternyata begitu sulit untuk membuatmu mengerti
apa maksudku. Kita sering memikirkan sesuatu yang terlihat berbeda. Kamu melihat
sesuatu itu sebagai segitiga sedangkan aku lingkaran, hanya karena kita melihatnya
dari dua sisi yang berbeda. Pada kenyataannya kita berdua tidak salah untuk melihat
kerucut dari sisi yang berbeda. Begitu seringnya kakak mengamati sifat buruk dalam
keseharianku dan aku juga sering mengomentari banyak hal tentangmu.
Tetapi kakak, aku sangat bersyukur dengan banyaknya pertengkaran yang kita
miliki. Aku merasa pertengkaranlah yang mendekatkan kita untuk semakin mengorek
sifat asli kita. Pertengkaran juga yang mendorong kita untuk mengetahui apa hal
yang kita suka atau sebaliknya.
Semakin bertambahnya usia, aku merasakan pertengkaran itu berubah
menjadi sebuah persahabatan. Tidak susah untuk membuktikannya. Masih ingatkah
kakak? Di atas motor kita berteriak berdua sambil menikmati perjalanan. Di balik
selimut kita berbagi cerita untuk menghabiskan malam. Di ujung kesalahpahaman
pun kita berbagi harapan satu sama lain. Kadang kita tertawa bersama. Saling
mengejek. Saling menjahili. Namun tidak jarang kita juga menangis bersama. Saling
menguatkan saat ada yang terjatuh. Saling mengulurkan tangan bahkan saling
meminjamkan bahu.
Seiring bertambahnya waktu serta jauhnya jarak yang memisahkan kita
membuatku sadar bahwa kedekatan kita secara fisik di masa kecil berubah menjadi
ikatan batin yang kuat kini. Sebenarnya kita hanyalah cermin bagi satu sama lain.
Kini aku justru membencimu. Aku membencimu karena begitu mudahnya kau
membuatku menangis. Aku membencimu karena kau mengetahui semua kebenaran
tentangku. Aku membencimu karena kau memiliki diriku di dalam dirimu. Aku
membencimu karena kau membuatku sulit untuk mengungkapkan perasaanku
dengan kata-kata. Dan aku membencimu karena kau memperlihatkan betapa
salahnya aku ketika melihat sayang sebagai sebuah kebencian. Terima kasih telah
menyayangiku. Aku menyayangimu juga saudara perempuanku. *BIGHUG

Dengan sepenuh hati,

Cerminmu

BIODATA
Nama

: Made Ayu Sunilaningrat Dharmayani

Panggilan

: Sunila

Tempat, tanggal lahir : Denpasar, 17 Mei 1997


No.telp/HP

: +6287762014018

e-mail

: niladea744@gmail.com

Facebook

: Sunilaningrat Dharmayani

Twitter

: @Sun_Ilani

Sekolah

: SMAN Bali Mandara (Bali Academy)

Alamat sekolah

: Jl. Raya Air Sanih, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

No. Telp. Sekolah

: (0362)

Alamat rumah

: Jl. Singaraja-Air Sanih

Alamat tinggal

: SMAN Bali Mandara (Dormitory)

Anda mungkin juga menyukai