Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP MANAJEMEN UNTUK INOVASI PENDIDIKAN

MAKALAH
KONSEP MANAJEMEN
UNTUK INOVASI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
MUHAMMAD SYARIF
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka
sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian, dan
pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka, dalam
pertumbuhan masyarakat pendidikan senantiasa menjadi perhatian
utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi bangsa dengan
tuntutan kemajuan masyarakat. Salah satu dampak positif globalisasi
pendidikan adalah mendorong dan mempercepat arus reformasi
pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu pembaharuan dalam pendidikan
baik menyangkut ide, praktek, metode atau obyek dan secara kualitatif
berbeda dari hal-hal yang ada sebelumnya dan sengaja di usahakan
untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan
dan memecahkan masalah pendidikan.
Inovasi pendidikan saat ini menjadi topik yang tepat untuk
dibicarakan karena berkaitan dengan upaya pemerintah memperbaiki
kurikulum pendidikan, khusunya Pendidikan Dasar dan Menengah
dengan memberlakukan Standar Isi Kurikulum. Inovasi pendidikan
dalam bentuk penyiapan kurikulum baru oleh pemerintah termasuk ke
dalam model inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu
sebagai pimpinan atau atasan yang diterapkan kepada bawahan.
Menyertai bentuk inovasi ini biasanya timbul berbagai fenomena yang
dampaknya biasanya terkena langsung kepada para pengguna
kurikulum di lapangan yang muncul tatkala inovasi tersebut
direalisasikan. Fenomena tersebut antara lain: kendala dan resistensi
dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, fasilitas, dana,
masyarakat dan sebagainya.

Hasil kreasi dari bawah (para praktisi di lapangan) dan


dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan
dan mutu pendidikan. Dalam kaitannya dengan pemberlakuan
kurikulum terbaru (2013), maka inovasi pemerintah ini akan lebih
efektif ketercapaian targetnya apabila disertai dengan sikap progresif
para pelaksana pendidikan di lapangan terutama para guru. Mereka
harus terdorong melakukan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas
profesionalnya sebagai ujung tombak pengembang kurikulum di
lapangan.
Berkaitan dengan inovasi pendidikan, para guru lebih ditujukan
kepada upaya meningkatkan kualitas keprofesionalnya sebagai
pendidikan dan pengajar di kelas. Antara lain dengan meningkatkan
kompetensinya dalam merancang dan mengelola pembelajaran yang
benar-benar efektif membelajarkan dan mendidikan siswa menjadi
anak yang memiliki kecerdasan spiritual Islami serta menguasai
keterampilan dasar beragama sesuai dengan tingkat usia dan
perkembangan jiwa mereka.

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Konsep Dasar Inovasi Pendidikan


Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan pada
istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu
yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah
penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan sebagai usaha menemukan
benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention
dan discovery. Dalam kaitan ini, inovasi adalah penemuan yang dapat
berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai
sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery.
Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian, dapat diartikan sebagai ditemukannya
sesuatu hal yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah
ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru
dalam arti sebelumnya tidak ada.[1] Pendapat lain menyebutkan
bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan
atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan.[2] Inovasi dalam
bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan
tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang
pendidikan. Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem
pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau
lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas
misalnya Sistem Pendidikan Nasional.[3]
Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Selain itu, menurut dari para
ahli dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang
praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia yang diamati
atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat).
Pengertian inovasi pendidikan merupakan suatu perubahan yang
baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang sama sebelumnya), serta
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
tujuan tertentu dalam pendidikan. Dari definisi tersebut dapat
dijabarkan beberapa istilah yang menjadi kunci pengertian inovasi
pendidikan, sebagai berikut:
1. Baru dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang belum
dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh penerima inovasi,
meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang;

2. Kualitatif
berarti
inovasi
itu
memungkinkan
adanya
reorganisasian atau pengaturan kembali unsur-unsur dalam
pendidikan;
3. Hal yang dimaksud dalam definisi tadi banyak sekali, meliputi
semua komponen dan aspek dalam subsistem dalam pendidikan;
4. Kesengajaan merupakan unsur perkembangan baru dalam
pemikiran para pendidik dewasa ini. Pembatasan arti secara
fungsional ini lebih banyak mengutarakan harapan kalangan
pendidik agar kita kembali pada pembelajaran dan pengajaran
dan menghindarkan diri dari pembaharuan perkakas;
5. Meningkatkan kemampuan mengandung arti bahwa tujuan
utama inovasi adalah kemampuan sumber-sumber tenaga, uang,
dan sarana, termasuk struktur dan prosdur organisasi. Pendeknya
keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang
telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya;
6. Tujuan yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang
sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin
dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan
sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan. Sedangkan tujuan
dari inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektifitas, mengenai
sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya dengan hasil
yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber tenaga,
uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya.[4]
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan inovasi dalam bidang pendidikan adalah usaha
mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang
lebih baik dalam bidang pendidikan. Jadi, program inovasi pada
hakikatnya adalah rencana untuk melakukan pembaharuan dan
perubahan. Hal ini sesuai dengan inti pengertian inovasi yang merujuk
kepada terjadinya perubahan dan pembaharuan. Inovasi berarti suatu
konsep perubahan atau pembaharuan, yang menyiratkan terjadinya
kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan merujuk kepada
kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam
perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada dan dianggap sebagai
aktivitas biasa, sementara inovasi mengacu kepada ide, objek atau
praktek sekelompok orang uang bermaksud untuk memperbaiki tujuan
yang diharapkan.
Inovasi pendidikan di sekolah merupakan program perubahan
yang seyogyanya terjadi di lingkungan sekolah, antara lain meliputi
perubahan dan pembaharuan dalam tenaga kependidikan, inovasi
kurikulum, dan inovasi pembelajaran. Semua tindak inovasi itu

dilaksanakan melalui serangkaian program yang dilaksanakan secara


prosedural.
B.

Proses Inovasi Pendidikan


Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar dan tahu adanya
inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata
proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan
memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama
waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda
antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada
kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula
selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan
yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.[5]
Pemahaman terhadap proses inovasi pendidikan berorientasi
pada individu yang merupakan dasar untuk memahami proses inovasi
dalam organisasi. Melalui pemahaman proses difusi inovasi dalam
organisasi akan mempermudah memahami proses difusi pendidikan
mengingat komponen-komponen pelaksanaan pendidikan merupakan
suatu organisasi.
Proses keputusan inovasi adalah proses yang harus dilalui
individu untuk mengambil suatu keputusan mulai tahu adanya inovasi,
dilanjutkan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan
menerima atau menolak adanya inovasi, implementasi inovasi dan
konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang diambilnya. Dengan
demikian keputusan inovasi merupakan perbedaan dengan tipe
keputusan yang lain dimulai adanya ketidaktentuan dan ketidakpastian
tentang sesuatu inovasi.
Namun dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni
bagaimana cara untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh
masyarakat. Untuk itu maka difuasi inovasi menjadi perhatian dalam
pemecahan masalah tersebut. Difusi ialah proses komunikasi inovasi
antara warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan
menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Dalam
definisi tersebut komunikasi ditekankan dalam arti terjadinya tukarmenukar informasi (hubungan timbal balik), antara beberapa individu
baik secara memusat (konvergen) maupun memancar (divergen) yang
berlangsung secara spontan.[6]
Proses inovasi pendidikan, proses dan tahapan perubahan itu ada
kaitannya
dengan
masalah
pengembangan
(development),
penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan
(planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan

evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77). Pelaksanaaan inovasi


pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari
inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi ini sengaja
diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan
sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada
bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan
memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan
bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak
pelaksanaannya.
C.

Strategi Inovasi Pendidikan


Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan
program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi,
tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sukar
untuk memilih satu startegi tertentu guna mencapai tujuan atau target
perubahan tertentu.
Adapun dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan
pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan
inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan
perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai
pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan
itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan
pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada
proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri.
Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan
sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan
berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan
kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai.
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak
bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di
dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan
siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja
ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat
serta kelengkapan fasilitas.
Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada
pendidikan, bujukan, fasilitas atau paksaan, karena pada kenyataannya
tidak ada batasan yang jelas untuk membeda-bedakan strategi
tersebut. Misalnya strategi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam
strategi pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam strategi
bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan pogram perubahan sosial

a.
1.
2.
3.
4.
b.
c.
d.
e.

f.
g.

memahami berbagai macam strategi, akan dapat memilih dan


menentukan strategi mana yang akan diutamakan untuk mencapai
suatu tujuan perubahan sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia akan
mengkombinasikan berbagai macam strategi.
Ada empat macam strategi perubahan sosial yaitu: strategi
fasilitatif (facilitative strategies), strategi pendidikan (reeducative
strategies), strategi bujukan (persuasive strategies), dan strategi
paksaan (power strategies).
1. Strategi Fasilitasi (facilitative strategies)
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan
strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan perubahan
sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan
maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif ini akan dilaksanakan dengan tepat jika diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika: sasaran
perubahan (klien):
Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya
mencari target perubahan.
Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan.
Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya.
Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau
memperbaiki dirinya.
Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program
menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau
tenaga bantuan yang diperlukan.
Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi
motivasi yang rendah terhadap usaha perubahan sosial.
Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha
perbaikan sosial jika klien menghendaki berbagai macam kebutuhan
untuk memenuhi tuntutan perubahan sesuai yang diharapkan.
Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan
dengan peran yang baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang
sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan penggunaan sumber
atau fasilitas yang diperlukan.
Usaha perubahan sosial dengan menyediakan berbagai fasilitas
akan lebih lancar pelaksanaannya jika pusat kegiatan organisasi
pelaksana perubahan sosial, berada di lokasi tempat tinggal sasaran.
Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan
sangat diperlukan jika klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan
sosial karena kekurangan sumber dana dan tenaga.

h.

Perbedaan sub bagian dalam klien akan meyebabkan perbedaan


fasilitas yang diperlukan untuk penekanan perubahan tertentu pada
waktu tertentu.
Strategi fasilitasi kurang efektif jika:
a. Digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang sangat kurang
untuk menentang adanya perubahan sosial.
b. Perubahan diharapkan berjalan dengan cepat, serta tidak ada
sikap terbuka dari klien untuk menerima perubahan.[7]
Sebagai gambaran agar dapat memahami dasar-dasar atau
pedoman penggunaan strategi fasilitatif tersebut, seandainya strategi
fasilitatif itu akan digunakan untuk memperbaharui bidang pendidikan.
Dengan adanya kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan
proses maka perlu ada perubahan atau pembaharuan kegiatan belajar
mengajar. Jika untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan
fasilitatif berarti mengutamakan program pembaharuan itu dengan
menyediakan berbagai macam fasilitas dan sarana yang diperlukan.
Tetapi fasilitas dan sarana itu tidak akan banyak bermanfaat dan
menunjang perubahan jika para guru atau pelaksana pendidikan
sebagai sasaran perubahan tidak memahami masalah pendidikan yang
dihadapi, tidak merasa perlu adanya perubahan pada dirinya, tidak
perlu atau tidak bersedia menerima menerima bantuan dari luar atau
dari lain, tidak memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha
pembaharuan.
Dengan demikian maka sarana dan fasilitas yang ada sia-sia.
Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan strategi fasilitatif diiringi
dengan program untuk membangkitkan kesadaran pada klien (sasaran
perubahan) akan perlunya perubahan serta perlunya memanfaatkan
semaksimal mungkinfasilitas dan bantuan tenaga yang disediakan.
Demikian pula seandainya dalam pembaharuan kurikulum tersebut
disediakan berbagai macam fasilitas media instruksional dengan
maksud agar pelaksanaan kurikulum baru dengan pendekatan
keterampilan proses dapat lancar, tetapi ternyata para guru sebagai
sasaran perubahan belum memiliki kemampuan untuk menggunakan
media, maka perlu diusahakan adanya kemampuan atau peranan yang
baru yaitu sebagai pengelola atau sebagai pemakai media
institusional. Apalagi jika fasilitas disediakan sedangkan sebagian
besar sasaran perubahan menolak adanya pembaharuan, maka jelas
bahwa fasilitas itu akan sia-sia.
2. Strategi Pendidikan (re-educative strategies)
Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau
pengajaran kembali (re-education). Pendidikan juga dipakai sebagai

a.
1.
2.
3.
4.
5.
b.
1.
2.
3.
4.

strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan


menggunakan strategi pendidikan berarti untuk mengadakan
perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud
orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan. Dengan dasar pemikiran bahwa
manusia akan mampu untuk membedakan fakta serta memilihnya
guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta itu ditunjukkan
kepadanya. Zaltman menggunakan istilah re-education dengan
alasan bahwa dengan strategi ini mungkin seseorang harus belajar lagi
tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya
sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap yang baru. Dengan
menggunakan strategi pendidikan berarti tidak menutup kemungkinan
untuk digunakannya strategi yang lain sesuai dengan keperluan.
Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara
efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam
kondisi dan situasi sebagai berikut:
Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam
waktu yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah)
Apabila sasaran perubahan (klien) belum memeiliki keterampilan
atau pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan
program perubahan sosial.
Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh
klien terhadap perubahan yang diharapkan.
Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola
tingkah laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.
Apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah
diketahui dan dimengerti atasa dasar sudut pandang klien sendiri,
serta diperlukan adanya kontrol dari klien.
Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan
efektif jika:
Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai
untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan
tujuan perubahan sosial yang akan dicapai.
Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan
adanya sumbangan dana, donatur, serta berbagai penunjang yang
lain.
Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau
kembali ke keadaan sebelumnya.
Digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan
antara gejala dan masalah, menyadarkan adanya masalah dan

memantapkan bahwa masalah yang dihadapi dapat dipecahkan


dengan adanya perubahan.
c. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:
1.
Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan
pendidikan
2.
Digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.[8]

a.
1)
2)
3)
b.
2)
3)
4)
5)

3. Strategi Bujukan (persuasive strategies)


Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi
bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara
membujuk (merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau mengikuti
perubahan social yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk
mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong,
atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi
bujukan dapat berhasil berdasarkan alas an yang rasional, pemberian
fakta yang akurat, tetapi mungkin juga justru dengan fakta yang salah
sama sekali (rayuan gombal). Tentu saja yang terakhir ini hasilnya
tidak akan tahan lama bahkan untuk selanjutnya akan merugikan.
Strategi bujukan biasa digunakan untuk kampanye atau reklame
pemasaran hasil perusahaan. Demikian pula sering terjadi dalam
komunikasi antar individu di masyarakat, walaupun kadang-kadang
tanpa disadari bahwa dia melakukan atau menggunakan strategi
bujukan.
Untuk
berhasilnya
penggunaan
strategi
bujukan
perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan):
Tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial.
Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak.
Diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari
suatu kegiatan atau program ke kegiatan atau program yang lain.
Strategi bujukan tepat digunakan jika:
Masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan kurang
efektif.
Pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara
langsung terhadap klien.
Sebenarnya perubahan sosial sangat bermanfaat tetapi
menganggap mengandung suatu resiko yang dapat menimbulkan
perpecahan.
Perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan tidak
dapat diamati kemanfaatannya secara langsung.

6)

Dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada


saat awal diperkenalkannya perubahan sosial yang diharapkan.[9]

4. Strategi Paksaan (power strategies)


Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan
strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran
perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa
merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan
untuk melaksanakan paksaan tergantung dari pada hubungan kontrol
antara pelaksana perubahan dengan sasaran (klien). jadi ukuran
hasilnya target perubahan tergantung dari kepuasan pelaksanaan
perubahan. Sedangkan kekuatan paksaan artinya sejauhmana
pelaksana perubahan dapat memaksa klein tergantung dari tingkat
ketergantungan klien dengan pelaksana perubahan. Kekuatan paksaan
juga dipengaruhi berbagai faktor antara lain: ketatnya pengawasan
yang dilakukan pelaksana perubahan terhadap klien. Tersedianya
berbagai alternatif untuk mencapai tujuan perubahan, dan juga
tergantung tersedianya dana (biaya) untuk menunjang pelaksanaan
program, misalnya untuk memberi hadiah kepada klien yang berhasil,
atau menghukum yang tidak mau dipaksa. Penggunaan strategi
paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien
terhadap proses perubahan sosial rendah dan tidak mau
meningkatkan partisipasinya.
b. Strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa
perlu untuk berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan
sosial.
c. Strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sasaran
penunjang untuk mengusahakan perubahan dan pelaksana
perubahan juga tidak mampu mengadakannya.
d. Strategi paksaan tepat digunakan jika perubahan sosial yang
diharapkan harus terwujud dalam waktu yang singkat. Artinya
tujuan perubahan harus segera tercapai.
1)
Strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha
penolakan terhadap perubahan sosial atau untuk cepat mengadakan
perubahan sosial sebelum usaha penolakan terhadapnya bergerak.
2)
Strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau
menerima perubahan sosial artinya sukar dipengaruhi.
3)
Strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan
percobaan perubahan sosial yang telah direncanakan.[10]

Adapun dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering


juga dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan
dengan tahap pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien
pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan untuk menerima
atau menolak perubahan sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode serta usaha
yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang
atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invention
(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan
masalah pendidikan.
Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga
pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga
dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat
terjadi dalam ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Tujuan utama inovasi pendidikan adalah berusaha meningkatkan
kualitas pendidikan dan kemampuan, yakni kemampuan dari sumbersumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan
prosedur organisasi. Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar
semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaikbaiknya. Tujuan yang direncanakan mengharuskan adanya perincian
yang jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang
sedapat mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan antara
keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan.
Macam-macam strategi inovasi yaitu: strategi fasilitatif
(facilitative strategies), strategi pendidikan (re-educative strategies),
strategi bujukan (persuasive strategies), dan strategi paksaan (power
strategies). Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering juga
dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan
dengan tahap pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien
pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan untuk menerima
atau menolak perubahan sosial.

[1]Udin Saefudin Saud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,


2008), hal. 2.
[2]Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hal. 192.
[3]Udin Saefudin Saud, Inovasi, hal. 8.
[4]Udin Saefudin Saud, Inovasi, hal. 6-8.
[5]http:// rizkyfebriyanto. blogspot. com/ 2013/06/ prosesinovasi- pendidikan. Html. Diakses Tanggal. 8 Oktober 2013
[6]Udin Saefudin Saud, Inovasi, hal. 12.
[7]http:// hafizazza. blogspot. com/ 2011/04/ strategi- strategidalam- inovasi. Html. Diaksses Tanggal. 13 Desember 2013.
[8]http:// hafizazza. blogspot. com/ 2011/04/ strategi- strategidalam- inovasi. Html. Diaksses Tanggal. 13 Desember 2013.
[9]http:// hafizazza. blogspot. com/ 2011/04/ strategi- strategidalam- inovasi. Html. Diaksses Tanggal. 13 Desember 2013.
[10]http:// hafizazza. blogspot. com/ 2011/04/ strategi- strategidalam- inovasi. Html. Diaksses Tanggal. 13 Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai