LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A; Konsep Dasar Penyakit.
1; Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Smeltzer, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992).
Cronic Kidney Disease (CKD), pada dasarnya pengelolaan tidak jauh
beda dengan cronic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD
lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini,
karena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih
dalam stage stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD, untuk menentukan
derajat (stage) menggunakan terminology CCT (Clearance Creatinin Test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF (Cronic Renal Failure)
hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau
datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
2; Epidemiologi
Jumlah gagal ginjal kronik belakangan ini terus bertambah. Hipertensi
dan diabetes adalah dua penyebab paling umum gagal ginjal kronik, sekitar
diatas 60% dari jumlah pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan
wanita jumlahnya hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus tertinggi
ditemukan pada pasien berusia menengah.
3; Penyebab
4; Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal, sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari
nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu (Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema.
b; Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c; Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d; Gangguan muskuloskeletal
pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan, rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki, tremor, kelemahan dan hipertropi otototot
ekstremitas.
e; Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan gatalgatal akibat toksik.
f; Gangguan endokrim
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
7; Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
8; Pemeriksaan Diagnostik
a; Pemeriksaan lab.darah
-
Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, Trombosit
Elektrolit
Klorida, Kalium, Kalsium
Koagulasi Studi
PTT, PTTK
AGD
b; Urine
-
Urine rutin
c; Pemeriksaan kardiovaskuler
-
ECG
ECO
d; Radiodiagnostik
-
USG abdominal
CT scan abdominal
BNO/IVP, FPA
Renogram
9; Diagnosis
a; Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine.
b; Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat.
c; Klirens kreatinin mungkin menurun.
d; Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
e; Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia
(uremia disertai mual dan muntah).
f; X-ray, menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih dan adanya
obstruksi.
10; Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a; Konservatif
-
b; Dialysis
-
Peritoneal Dialysis
biasanya dilakukan pada kasuskasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Contin ues Ambulatori Peritonial Dialysis).
Hemodialisis
Merupakan dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
-
c; Operasi
-
Pengambilan batu
transplantasi ginjal
b; Data objektif
-
Anemis (+)
Tampak lemah
Hb < 12 g/dL
Terdapat oedem
2; Diagnosa Keperawatan
a; Ketidakefektifan pola nafas b.d. penurunan suplai oksigen.
b; Perubahan perfusi jaringan b.d. penurunan aliran darah ke jaringan.
c; Kelebihan volume Cairan b.d. retensi Na dan peningkatan cairan.
d; Nyeri akut b.d. iskemia cerebral.
e; Kerusakan Integritas kulit b.d. peningkatan posfat dalam darah.
f; Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
produksi asam lambung meningkat.
g; Intoleransi aktifitas b.d kelemahan.
h; PK anemia
3.
No.
1
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakefektifan pola
Setelah
diberikan
askepMandiri
Intervensi
1;
Rasionalisasi
Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea
nafas b.d. penurunan suplai selama 1 x 24 jam diharapkan1; Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
oksigen.
dan
upaya
efektif.
Dengan kriteria:
bantu/pelebaran nasal
;
;
;
ekspansi
dada.
Catat
keluhan sesak
Tidak
Jumlah
dalam
pernapasan
batas
normalKolaborasi
diharapkan pasien
menunjukkan perfusi adekuat.
Dengan kriteria hasil:
tepat.
Mandiri
pertukaran gas.
dasar kuku.
Membran mukosa
merah muda.
perifer.
indikasi.
3
keperawatan 3 x 24 jam,
peningkatan cairan.
diharapkan pasien
menunjukkan volume cairan
Mandiri
Pemasukan sama
dengan pengeluaran
ascites
bunyi jantung.
ketidakseimbangan elektrolit.
Mandiri
intervensi.
pasien
berpartisipasi
relaksasi,
visualisasi,
imajinasi),
musik,
terapiutik.
dan
bimbingan
secara
untuk
aktif
dan
sentuhan
istirahat/ tidur.
adalah
control
nyeri
maksimum.
perlu.
Kolaborasi
16-20x/mnt).
kanker,
meskipun
respon
individual
askepMandiri :
denganselama 3 x 24 jam diharapkan 1; Kaji kulit untuk luka terbuka, benda 1; Mengetahui tentang sirkulai kulit dan
dilakukan
integritas
berkurang
Kriteria hasil :
kulit
bengkak.
2; membantu
Menunjukan
perilaku/teknik
mencegah
kulit/
untuk
kerusakan
memudahkan
penyembuhan
sesuai
indikasi
Mencapai penyembuhan
luka
sesuai
waktu/
penyembuhan
luka
terjadi
drainase
cairan
melalui
gravitasi.
3; Kosongkan
periodik
drain
luka,
catat
secara
jumlah
terhadap infeksi.
dan
karakteristik drainase.
mengobati
Kolaborasi :
infeksi
khusus
dan
meningkatkan penyembuhan.
Resiko
gangguanSetelah
diberikan
3
24
kebutuhandiharapkan
askepMandiri
jam,
pasien
denganmenunjukkan
peningkatan
dengan
nilai
riwayat
nutrisi,
termasuk
2; Observasi
dan
catat
Menunjukkan
1; Mengidentifikasi
defisiensi,
menduga
kemungkinan defisiensi.
masukan
makanan pasien.
sedikit
dapat
menurunkan
1; Kaji
prilaku,
dan
catat
kejadian
meningkatkan
dan/atau
mempertahankan
yang berhubungan.
berat Kolaborasi
7; Meningkatkan
7; Pantau pemeriksaan laboratorium,
misalnya: Hb/Ht, albumin, protein,
efektivitas
program
8; Berikan
Misalnya:
obat
sesuai
vitamin
dan
indikasi.
suplemen
mineral.
pasien.
kelemahan.
keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan pasien
menunjukkan penurunan
tanda fisiologis intoleransi.
Dengan kriteria hasil:
2; Kaji kehilangan/gangguan
normal (60-100x/menit).
otot.
4; Evaluasi
No Dx.
1
Evaluasi
; Secara verbal tidak ada keluhan sesak
; Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
; Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia (16-20x/mnt)
; Tanda vital stabil.
; Membran mukosa merah muda.
DAFTAR PUSTAKA