Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

NI LUH KADE MAYA SAVITRI


0602105024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2010

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A; Konsep Dasar Penyakit.
1; Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Smeltzer, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992).
Cronic Kidney Disease (CKD), pada dasarnya pengelolaan tidak jauh
beda dengan cronic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD
lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini,
karena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih
dalam stage stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD, untuk menentukan
derajat (stage) menggunakan terminology CCT (Clearance Creatinin Test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF (Cronic Renal Failure)
hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau
datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
2; Epidemiologi
Jumlah gagal ginjal kronik belakangan ini terus bertambah. Hipertensi
dan diabetes adalah dua penyebab paling umum gagal ginjal kronik, sekitar
diatas 60% dari jumlah pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan
wanita jumlahnya hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus tertinggi
ditemukan pada pasien berusia menengah.

3; Penyebab

Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis.

Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis


maligna, stenosis arteria renalis.

Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,


poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,


asidosis tubulus ginjal.

Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.

Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.

Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,


fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.

4; Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal, sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari
nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu (Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia

dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk


sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis (Smeltzer, 2001).
5; Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
-

Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum


normal dan penderita asimptomatik.

Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak,


Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum
meningkat.

Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan GFR :


-

Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan


GFR yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)

Stadium 2 : kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan GFR antara


60-89 mL/menit/1,73 m2

Stadium 3 : kelainan ginjal dengan GFR antara 30-59 mL/menit/1,73m2

Stadium 4 : kelainan ginjal dengan GFR antara 15-29mL/menit/1,73m2

Stadium 5 : kelainan ginjal dengan GFR < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal


ginjal terminal.

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin


Test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin (ml/ menit) =

(140-umur) x berat badan (kg)


72 x creatinin serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85


6; Gejala Klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a; Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac

dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema.
b; Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c; Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d; Gangguan muskuloskeletal
pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan, rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki, tremor, kelemahan dan hipertropi otototot
ekstremitas.
e; Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan gatalgatal akibat toksik.
f; Gangguan endokrim
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
7; Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

: pucat, lemah, lesu, tejadi oedem, terlihat sesak.

Palpasi

: turgor kulit menurun, rasa sakit pada pinggang

Perkusi

: terdengar suara dullnes saat di perkusi

Auskultasi

: terdengar adanya ronchi

8; Pemeriksaan Diagnostik
a; Pemeriksaan lab.darah
-

Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, Trombosit

RFT (Renal Fungsi Test)


Ureum dan Kreatinin

LFT (Liver Fungsi Test )

Elektrolit
Klorida, Kalium, Kalsium

Koagulasi Studi
PTT, PTTK

AGD

b; Urine
-

Urine rutin

Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

c; Pemeriksaan kardiovaskuler
-

ECG

ECO

d; Radiodiagnostik
-

USG abdominal

CT scan abdominal

BNO/IVP, FPA

Renogram

RPG (retio pielografi)

9; Diagnosis
a; Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine.
b; Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat.
c; Klirens kreatinin mungkin menurun.

d; Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
e; Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia
(uremia disertai mual dan muntah).
f; X-ray, menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih dan adanya
obstruksi.
10; Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a; Konservatif
-

Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

Observasi balance cairan

Observasi adanya odema

Batasi cairan yang masuk

b; Dialysis
-

Peritoneal Dialysis
biasanya dilakukan pada kasuskasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Contin ues Ambulatori Peritonial Dialysis).

Hemodialisis
Merupakan dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
-

AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke


jantung )

c; Operasi
-

Pengambilan batu

transplantasi ginjal

B; Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


1; Pengkajian
a; Data subjektif
-

Pasien mengatakan sesak.

Pasien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi.

Pasien mengatakan nyeri dada.

Pasien mengatakan sesak nafas.

Pasien mengatakan batuk.

Pasien mengatakan mual muntah.

Pasien mengatakan pegal pada kakinya dan merasa lemah .

b; Data objektif
-

Pasien tampak sesak

TD > 140 mmhg

Terdengar suara ronchi.

Anemis (+)

Tampak lemah

Hb < 12 g/dL

Terdapat oedem

2; Diagnosa Keperawatan
a; Ketidakefektifan pola nafas b.d. penurunan suplai oksigen.
b; Perubahan perfusi jaringan b.d. penurunan aliran darah ke jaringan.
c; Kelebihan volume Cairan b.d. retensi Na dan peningkatan cairan.
d; Nyeri akut b.d. iskemia cerebral.
e; Kerusakan Integritas kulit b.d. peningkatan posfat dalam darah.
f; Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
produksi asam lambung meningkat.
g; Intoleransi aktifitas b.d kelemahan.
h; PK anemia

3.
No.
1

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakefektifan pola
Setelah
diberikan
askepMandiri

Intervensi

1;

Rasionalisasi
Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea

nafas b.d. penurunan suplai selama 1 x 24 jam diharapkan1; Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan

dan terjadi penigkatan kerja nafas (pada

oksigen.

pola nafas pasien kembali

dan

upaya

awal atau hanya tanda Efusi Pleura

efektif.

pernafasan, termasuk penggunaan otot

subakut). Kedalaman pernafasan bervariasi

Dengan kriteria:

bantu/pelebaran nasal

tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi

;
;
;

ekspansi

dada.

Catat

Secara verbal tidak ada

dada terbatas yang berhubungan dengan

keluhan sesak

atelektasis dan atau nyeri dada pleuritik

Tidak

menggunakan2; Awasi tanda vital

2; Takikardia, takipnea dan perubahan pada

otot bantu pernafasan

tekanan darah terjadi dengan beratnya

Jumlah

hipoksemia dan asidosis

dalam

pernapasan
batas

normalKolaborasi

sesuai usia (16-20x/mnt)3; Awasi nadi oksimetri

3; Menentukan keefektifan dari ventilasi dan


intervensi

4; Berikan oksigen dengan metode yang 4; Memaksimalkan sedaan oksigen untuk


2

Perubahan perfusi jaringan Setelah diberikan tindakan


b.d. penurunan aliran darah keperawatan 3 x 24 jam,
ke jaringan.

diharapkan pasien
menunjukkan perfusi adekuat.
Dengan kriteria hasil:

tepat.
Mandiri

1; Awasi tanda vital, kaji pengisian

pertukaran gas.

1; Memberikan informasi tentang derajat/

kapiler, warna kulit/membran mukosa,

keadekuatan perfusi jaringan dan

dasar kuku.

membantu menetukan kebutuhan


intervensi.

Tanda vital stabil.

2; Dipsnea, gemericik menunjukkan GJK

Membran mukosa
merah muda.

2; Awasi upaya nafas, auskultasi bunyi


nafas.

karena regangan jantung lama/peningkatan


kompensasi curah jantung.

3; Iskemia seluler mempengaruhi jaringan

Pengisian kapiler baik.

miokardial/potensial resiko infark.

Haluaran urin adekuat.

3; Selidiki keluhan nyeri dada,palpitasi.


4; Kaji untuk respon verbal melambat,
mudah terangsang, agitasi, gangguan
memori, bingung.

4; Dapat mengindikasikan gangguan fungsi


serebral karena hipoksia atau defisiensi
vitamin B12.

5; Membantu memperbaiki proses pikir.

5; Orientasikan ulang pasien sesuai


kebutuhan.

6; Vasikontriksi menurunkan sirkulasi


6; Catat keluhan rasa dingin, perthankan

perifer.

suhu lingkungan dan tubuh hangat


sesuai indikasi.
Kolaborasi

7; Awasi pemeriksaan laboratorium,


misalnya: Hb/Ht dan jumlah sel darah
merah, GDA.

8; Berikan suplemen oksigen lembab


sesuai indikasi.

7; Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan


pengobatan/respon terhadap terapi.

8; Memaksimalkan transport oksigen ke


jaringan.

9; Meningkatkan jumlah sel pembawa

9; Berikan transfusi darah.

oksigen dan memperbaiki sirkulasi.

10; Tansplantasi sumsum tulang dilakukan


10; Siapkan intervensi pembedahan sesuai

pada kegagalan sumsum tulang/anemia


aplastik.

indikasi.
3

Kelebihan volume Cairan Setelah diberikan tindakan


b.d. retensi Na dan

keperawatan 3 x 24 jam,

peningkatan cairan.

diharapkan pasien
menunjukkan volume cairan

Mandiri

1; Ukur masukan dan haluaran, catat


keseimbangan positif.

Pemasukan sama
dengan pengeluaran

terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan,


dengan respon terhadap terapi.

stabil. Dengan kriteria hasil:

1; Menunjukkan status volume sirkulasi,

2; Awasi TD dan CVP. Catat JVD/


distensi vena jugularis.

2; Peningkatan TD biasanya berhubungan


dengan kelebihan volume cairan tetapi
mungkoin tidak terjedi karena perpindahan
cairan keluar area vaskuler. Distensi

Tanda vital normal

jugular eksternal dan vena abdominal

Tak ada edema atau

sehubungan dengan kongesti vaskuler.

ascites

3; Peningkatan kongesti pulmonal dapat


3; Auskultasi paru, catat penurunan/ tak
adanya bunyi nafas dan terjadinya
bunyi tambahan (mis. krekels).

4; Awasi disritmia jantung. Auskultasi

mengakibatkan konsolidasi, gangguan


pertukaran gas, dan komplikasi contoh
edema paru.

4; Mungkin disebabkan oleh GJK, penurunan


perfusi arteri koroner, dan

bunyi jantung.

ketidakseimbangan elektrolit.

5; Menunjukkan akumulasi cairan (ascites)


5; Ukur lingkar abdomen.

diakibatkan oleh kehilangan protein


plasma atau cairan ke dalam area
peritoneal.

6; Menurunkan rasa haus.


6; Berikan perawatan mulut sering,
kadang-kadang beri es batu bila
puasa.
Kolaborasi

7; Penurunan albumin serum mempengaruhi


tekanan osmotik, koloid plasma,

7; Awasi albumin serum dan elektrolit.

mengakibatkan pembentukan edema.

8; Meminimalkan retensi cairan dalam area


ekstra vaskuler.

8; Batasi natrium dan cairan sesuai


indikasi.
4

Nyeri berhubungan denganSetelah dilakukan askep


iskemia cerebral.

selama 3 x 24 jam diharapkan

Mandiri

1; Tentukan riwayat nyeri, misalnya: 1; Informasi memberikan data dasar untuk

tingkat kenyamanan klien

lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan

mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan

meningkat, nyeri terkontrol

intensitas (skala 0-10) dan tindakan

intervensi.

dengan kriteria hasil:

penghilangan yang digunakan.

klien melaporkan nyeri

pasien

berkurang, skala nyeri 2-

manajemen nyeri (misalnya: teknik

berpartisipasi

relaksasi,

visualisasi,

meningkatkan rasa kontrol.

Ekspresi wajah tenang

imajinasi),

musik,

dan dapat dapat

terapiutik.

dan

bimbingan

Vital sign normal (TD:


110-120/70-80 mmHg,
N: 60-100 x/mnt, RR:

secara

untuk
aktif

dan

sentuhan

3; Evaluasi penghilangan nyeri atau 3; Tujuannya

istirahat/ tidur.

2; Dorong penggunaan keterampilan 2; Memungkinkan

control nilai aturan pengobatan bila

adalah

control

nyeri

maksimum.

perlu.
Kolaborasi

4; Kembangkan rencana manajemen 4; Rencana terorganisasi mengembangkan

16-20x/mnt).

nyeri dengan pasien dan dokter.

kesempatan untuk control nyeri. Terutama


dengan nyeri kronis, pasien atau orang
terdekat harus aktif menjadi partisipan
dalam menejemen nyeri di rumah.

5; Nyeri adalah komplikasi sering dari


5; Berikan analgesik sesuai indikasi

kanker,

meskipun

respon

individual

berbeda. Saat perubahan penyakit atau


pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
5

Kerusakan integritas kulitSetelah


berhubungan

askepMandiri :

denganselama 3 x 24 jam diharapkan 1; Kaji kulit untuk luka terbuka, benda 1; Mengetahui tentang sirkulai kulit dan

peningkatan posfat dalamkerusakan


darah.

dilakukan
integritas

berkurang
Kriteria hasil :

kulit

asing, kemerahan, perdarahan dan

masalah yang mungkin disebabkan oleh

bengkak.

pembentukan edema yang membutuhkan


intervensi lebih lanjut.

2; membantu

Menunjukan

perilaku/teknik
mencegah
kulit/

untuk

kerusakan
memudahkan

penyembuhan

sesuai

indikasi
Mencapai penyembuhan

luka

sesuai

waktu/

penyembuhan

luka

terjadi

2; Tempatkan pada posisi semi-fowler

drainase

cairan

melalui

gravitasi.

pada punggung atau sisi yang sakit


dengan lengan tinggi dan disokong
dengan bantal.

3; Kosongkan
periodik

3; Akumulasi cairan drainase meningkatkan


penyembuhan dan menurunkan kerentanan

drain

luka,

catat

secara

jumlah

terhadap infeksi.

dan

4; Diberikan secara profilaksis atau untuk

karakteristik drainase.

mengobati

Kolaborasi :

infeksi

khusus

dan

meningkatkan penyembuhan.

4; Berikan antibiotik sesuai indikasi


6

Resiko

gangguanSetelah

pemenuhan nutrisi kurangselama


dari
berhubungan
kemotherapi.

diberikan
3

24

kebutuhandiharapkan

askepMandiri
jam,
pasien

denganmenunjukkan

peningkatan

berat badan atau berat badan


stabil

dengan

nilai

laboratorium normal. Dengan


kriteria hasil:

riwayat

nutrisi,

termasuk

makanan yang disukai.

2; Observasi

dan

catat

Menunjukkan

1; Mengidentifikasi

defisiensi,

menduga

kemungkinan defisiensi.
masukan

makanan pasien.

2; Mengawasi masukan kalori atau kualitas


kekurangan konsumsi makanan.

3; Berikan makan sedikit dan sering 3; Makan


serta makan diantara waktu makan.

sedikit

dapat

menurunkan

kelemahan dan meningkatkan pemasukan


juga mencegah distensi gaster.

Tidak mengalami tanda


malnutrisi.

1; Kaji

4; Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia


4; Observasi

prilaku,

dan

catat

kejadian

mual/muntah, flatus, dan gejala lain

(hipoksia) pada organ.

perubahan pola hidup


untuk

meningkatkan

dan/atau
mempertahankan

yang berhubungan.

5; Meningkatkan nafsu makan dan masukan

5; Berikan dan bantu higiene mulut yang


baik; sebelum dan sesudah makan.

berat Kolaborasi

badan yang sesuai.

oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,


meminimalkan kemungkinan infeksi.

6; Membantu dalam membuat rencana diet

6; Konsul pada ahli gizi.

untuk memenuhi kebutuhan individual.

7; Meningkatkan
7; Pantau pemeriksaan laboratorium,
misalnya: Hb/Ht, albumin, protein,

efektivitas

program

pengobatan, termasuk sumber diet nitrisi


yang dibutuhkan.

transferin, besi serum, B12, asam

8; Kebutuhan pergantian tergantung pada tipe

folat, elektrolit serum, TIBC.

8; Berikan
Misalnya:

obat

sesuai

vitamin

dan

indikasi.
suplemen

mineral.

anemia dan adanya masukan oral yang


buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

9; Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi


tipe makanan yang dapat ditoleransi

9; Berikan diet halus, rendah serat,

pasien.

menghindari makan panas, pedas,


7

Intoleransi aktifitas b.d

Setelah diberikan tindakan

kelemahan.

keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan pasien
menunjukkan penurunan
tanda fisiologis intoleransi.
Dengan kriteria hasil:

atau terlalu asam sesuai indikasi.


Mandiri

1; Kaji kemampuan pasien untuk

1; Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

melakukan tugas, catat laporan


kelelahan, keletihan, dan kesulitan
menyelesaikan tugas.

2; Kaji kehilangan/gangguan

2; Menunjukan perubahan neurologi karena


defisiensi vitamin B12 mempengaruhi

Nadi dalam batas

keseimbangan gaya jalan, kelmahan

normal (60-100x/menit).

otot.

keamanan pasien/resiko cedera.

3; Manifestasi kadiopulmonal dari upaya

Pernafasan dalam batas

jantung dan paru untuk membawa jumlah


oksigen adekuat ke jaringan.

normal (16-20 x/menit). 3; Awasi tekanan darah, nadi,pernafasan,


selama dan sesudah aktivitas. Catat
Tekanan darah dalam
respon terhadap tingkat aktivitas.
batas normal (110120/70-80 mmHg)

4; Berikan lingkungan yang tenang.

4; Meningkatkan istirahat untuk menurunkan


kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.

Tidak tampak lemah.

5; Hipotensi postural atau hipoksia serebral


5; Ubah posisi pasien dengan perlahan
dan pantau terhadap pusing.

dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan


peningkatan resiko cedera.

6; Mempertahankan tingkat energi dan


meningkatkan regangan pada sistem

6; Prioritaskan jadwal asuhan


keperawatan untukmeningkatkan
istirahat.

7; Berikan bantuan dalam


aktivitas/ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk
melakukannya sebanyak mungkin.

jantung dan pernafasan.

7; Membantu bila perlu, harga diri


ditingkatkan bila pasien melakukan
sesuatu sendiri.

4; Evaluasi
No Dx.
1

Evaluasi
; Secara verbal tidak ada keluhan sesak
; Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
; Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia (16-20x/mnt)
; Tanda vital stabil.
; Membran mukosa merah muda.

; Pengisian kapiler baik.


; Haluaran urin adekuat.
; Pemasukan sama dengan pengeluaran

; Tanda vital normal


; Tak ada edema atau ascites

; klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3


4

; Ekspresi wajah tenang dan dapat dapat istirahat/ tidur.


; Vital sign normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR:
16-20x/mnt).
; Menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/

memudahkan penyembuhan sesuai indikasi


; Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/ penyembuhan luka terjadi

; Tidak mengalami tanda malnutrisi.


6

; Menunjukkan prilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan

dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.


7

; Nadi dalam batas normal (60-100x/menit).


; Pernafasan dalam batas normal (16-20 x/menit).
; Tekanan darah dalam batas normal (110-120/70-80 mmHg)

; Tidak tampak lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E.M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan.
Price, S.A. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4.
Jakart : EGC.
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai