Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID-SEMISOLID
(FA3132)
KRIM HIDROKORTISON
Tanggal Praktikum
Tanggal Pengumpulan
: 28 September 2016
: 5 Oktober 2016
Kelompok K-I-1
(Shift Rabu)
Elya Khoirunnisa M. (10714013)
Ghinanda Dhiva (10714029)
Devi Nathania (10714075)
Patricia Santosa(10714090)
Siti Afifah (10714094)
Asisten :
Najwa Nabila ( 10713068 )
LABORATORIUM STERIL
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
1/20
I. Tujuan
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan krim Hidrokortison 1%
2. Menentukan hasil evaluasi terhadap sediaan krim yang telah dibuat
II. Pendahuluan
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Pada umumnya krim merupakan bentuk emulsi M/A atau A/M. Sediaan krim
merupakan jenis sediaan topikal dengan beberapa keuntungan seperti mudah dicuci, tidak
berminyak, dan mudah dipakai. Dalam formulasi sediaan krim dikenal istilah basis krim.
Basis krim ini berupa emulsi yang pemilihannya harus disesuaikan dengan zat aktif sediaan.
Basis krim terdiri dari fasa minyak, fasa air, dan pengemulsi. Selain basis, sediaan krim juga
dapat ditambahkan beberapa eksipien seperti pengawet untuk menghindari mikroba karena
kandungan air dan penggunaan berulang, serta dapat ditambahkan antioksidan untuk
menghindari oksidasi dari fasa minyak.
Hidrokortison adalah salah satu obat dari golongan kortikosteroid. Obat ini memiliki
kemampuan anti-inflamasi sehingga banyak digunakan untuk mengobati gatal - gatal,
bengkak, kemerahan pada kulit dalam bentuk sediaan krim. Hidrokortison juga dapat
digunakan untuk mengobati gigitan serangga. Di pasaran, didapatkan krim Hidrokortison
dalam beberapa kekuatan seperti 1% dan 2,5%. Bentuk sediaan 1% dipilih karena lebih
umum dijumpai di pasaran, selain itu jumlah bahan aktif yang digunakan lebih sedikit
sehingga mengurangi biaya.
III.Preformulasi Zat Aktif
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Serbuk hablur putih sampai praktis putih, tidak berbau (FI IV hal. 435)
Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (FI IV hal. 435)
2/20
Panas
Melebur pada suhu lebih kurang 215o disertai peruraian (FI IV hal.435)
Hidrolisis
Terhidrolisis pada pH di atas 8, sangat tidak stabil dalam air (Gupta, 1978)
Penyelesaian Masalah
Hidrokortison ditambahkan dalam bentuk
secara aseptik
Eksipien
Paraffin cair
Preformulasi
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam minyak
Inkompatibilitas : Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, pada
suhu tidak lebih dari 40oC
(HOPE 36th edition hal. 474-475)
Alasan pemilihan eksipien: meningkatkan konsistensi,
3/20
Vaselin Album
Cetomacrogolum
Cetostearyl alcohol
pembuatan krim.
Pemerian : massa serpihan, granul manis berwarna putih atau
krem engan bau manis
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam minyak
4/20
Chlorocresolum
Alfa Tokoferol
5/20
Bahan
Hidrokortison
Paraffin cair
Vaselin Album
Cetostearyl alcohol
Cetomacrogolum
Chlorocresolum
Alfa tokoferol
Aqua pro injectio
Jumlah
1%
6%
15%
7,2%
1,8%
0,1%
0,05%
Add to 100%
Fungsi
Antiinflamasi
Basis krim fasa minyak
Basis krim fasa minyak
Emollient, emulsifying agent
Emulsifying agent
Pengawet
Antioksidan
Basis krim fasa air
Nama alat
Kaca arloji
Cawan penguap
Spatula
Gelas ukur 50 mL
Jumlah
7
2
7
1
5
6
1
1
menit
Oven, pada suhu 170C selama 1 jam
Autoklaf, pada suhu 121C selama 15
7
8
9
10
mL
Termometer
Spatula tanduk
Aluminium foil
Lap
2
2
Secukupnya
2
menit
Direndam dalam etanol selama 24 jam
Oven, pada suhu 170C selama 1 jam
Oven, pada suhu 170C selama 1 jam
Autoklaf, pada suhu 121C selama 15
6/20
11
12
Kapas
Benang kasur
Secukupnya
Secukupnya
b. Wadah
No
1
Nama alat
Tube 5 g
Jumlah
5
Nama bahan
Hidrokortison
Paraffin cair
Vaselin album
Cetostearyl
Jumlah
0,35 g
2,1 g
5,25 g
2,52 g
alcohol
Cetomacrogolum
0,63 g
35 mg
17,5 mg
menit
Oven, pada suhu 170C selama 1 jam
Oven, pada suhu 170C selama 1 jam
6
7
Chlorocresolum
Alfa tokoferol
Nama bahan
Hidrokortison
Paraffin cair
Vaselin Album
Cetostearyl alcohol
Cetomacrogolum
Chlorocresolum
Alfa tokoferol
Aqua pro injection
PROSEDUR
Alat dan wadah disterilisasi dengan caranya masing-masing.
7/20
sterilisasi)
Kelas D (Ruang
Penimbangan)
Kelas C (Ruang
pencampuran)
Kelas B
8/20
Kelas A (Laminar
Air Flow)
Kelas D (ruang
evaluasi)
Bagan Prosedur
Ruang sterilisasi
Disiapkan seluruh alat yang sudah disterilisasi
Ruang penimbangan
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
9/20
Kelas C
Dilarutkan cetomacrogolum 1000 dalam aqua pro injection (fase air),
difiltrasi dengan membran 0,45 m.
Dicampur paraffin cair,vaselin album, cetostearyl alcohol, chlorocresol,alfa
tekoferol (fase minyak) didalam cawan penguap yang sudah diberi kain
batis.
Ruang sterilisasi
Fase minyak dilelehkan pada oven 121oC, jika sudah leleh kain batis
ditarik dan dibersihkan, kemudian fase minyak disterilisasi di dalam oven
pada suhu 170C selama 1 jam
Fase air disterilisasi di autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit.
Kelas B
Dilakukan pemanasan pada fase air dan fase minyak hingga suhunya
mencapai 65-70 C dengan penangas.
10/20
Jenis evaluasi
IPC
1
Prinsip evaluasi
Homogenitas
Jumlah
Hasil
sampel
pengamatan
Syarat
dapat
ditentukan
berdasarkan jumlah
partikel
Homogenitas
(Diktat
Teknologi
Farmasi
Liquida dan
Semisolida,
hlm.127)
maupun
distribusi
ukuran
Krim
yang
partikelnya
dengan
homogen
akan
pengambilan sampel
memperlihatkan
pada
jumlah
berbagai
tempat
menggunakan
mikroskop
untuk
hasil
lebih
yang
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
distribusi ukuran
partikel
relatif
yang
hampir
sama
pada
berbagai
dilakukan
pengambilan
atau
membutuhkan waktu
yang
lama,
homogenitas
dapat
ditentukan
visual.
pH sediaan
atau
tempat
sampel.
secara
dicek
berdasarkan
pengukuran aktivitas
Pengecekan
pH sediaan
potensiometri
Tidak
atau dilakukan
Tidak
dilakukan
elektrometri dengan
menggunakan
pH target adalah
5,5 (disesuaikan
pH kulit)
pH
meter.
Evaluasi Sediaan
1
Uji
Pemeriksaan
Tidak
Bau:
tidak
11/20
organoleptik
(Teknologi
berbau,
berbau,
warna:
tekstur:
Farmasi
bau,warna,dan
putih,
putih,
Likuida dan
tekstur.
lembut dan
lembut
lengket
lengket
Semisolida,
dan
hlm.127)
2
Perbedaan
penimbangan
Selisih
Uji isi
minimum
(FI
IV,hlm.997)
antara
Tube 1:
penimbangan bobot
5,57 g
merupakan
bersih
Tube 2:
4,07 g
Tube 3:
isi
4,97 g
wadah.
adalah
bobot
bersih
wadah.
tidak
tertera di
wadahpun
Uji
10
tube
sediaan
Tidak ada
tertera di etiket.
Tidak
ada
kebocoran
satupun
kebocoran
dibersihkan
dan
dikeringkan
baik-
hlm.1086)
diamati
dari
dengan
pertama,
atau
kebocoran
yang
diletakkan
diamati
tidak
kain
horizontal
kain
secara
di
penyerap
atas
di
kebocoran
tube
yang
diuji.
12/20
Homogenitas
dapat
ditentukan
berdasarkan jumlah
partikel
Homogenitas
(Diktat
Teknologi
Farmasi
Liquida dan
Semisolida,
hlm.127)
maupun
distribusi
ukuran
Krim
yang
partikelnya
dengan
homogen
akan
pengambilan sampel
memperlihatkan
pada
jumlah
berbagai
tempat
Sedikit
menggunakan
mikroskop
untuk
hasil
lebih
yang
tidak
homogen
partikel
yang
relatif
hamper
pada
berbagai
dilakukan
pengambilan
atau
yang
lama,
homogenitas
dapat
ditentukan
Uji pelepasan
distribusi ukuran
sama
membutuhkan waktu
atau
tempat
sampel.
secara
visual.
Mengukur kecepatan
bahan aktif
pelepasan
dari sediaan
aktif
dari
krim
krim
dengan
Tidak
bahan dilakukan
sediaan
cara
Tidak
dilakukan
Bahan
aktif
dinyatakan
mudah
terlepas
dari
sediaan
mengukur
apabila
waktu
tunggu
(waktu
dalam
penerima
cairan
pada
aktif
fitemukan
waktu-waktu
dalam
tertentu.
penerima)
semakin
Dan
cairan
kecil.
ini
13/20
tergantung
dari
pembawa,
penambahan
komponen
lain
Menguji
bahan
difusi
aktif
dari
sediaan
gel
menggunakan suatu
Uji difusi
sel
bahan aktif
cara
sediaan krim
difusi
dengan
mengukur
konsentrasi
bahan
dilepaskan oleh
Tidak
Tidak
krim / dipenetrasi
dilakukan
dilakukan
Penentuan
tertentu
pada
waktu
tertentu.
Penentuan
ukuran
distribusinya dalam
Fisika,hlm.
selang
waktu
430-431 dan
tertentu
dengan
Ukuran globul
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Lachman
menggunakan
Practice
mikroskop
Edisi III,
dengan
hlm.531)
Stabilitas
elektronik.
Mengukur
ukuran
globul
setelah dilakukan
krim
atau
berkisar 0,25-10
m dan
mengikuti
distribusi normal.
penghitung
Tidak
Tidak
Ukuran globul
dilakukan
(Lachman,
dibandingkan
Teori dan
ekstrim dibandingan
blanko akan
dengan blanko.
menunjukkan
Praktek
Farmasi
terjadinya
Industri,
koalesense.
14/20
hlm.1081)
9
Penentuan
tipe emulsi
(Farmasi
Fisika,
hlm.457)
air.
dalam airdalam
emulsi.
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
2. Uji
2.Emulsi
M/A
bila
dapat
diencerkan
dengan pelarut
pengenceran:
aqueous;
ketercampuran
atau
fase
terwarnai oleh
zat
bila
emulsi
kelarutan
M/A
kontinyu
1.Emulsi
Emulsi
kelarutan
A/M
pelarut air
diencerkan
dengan pelarut
aqueous.
10
Melakukan
pengukuran
Viskositas
(Petunjuk
Praktikum
Farmasi
Fisika,2002,
hlm.18)
konsistensi
pada
suhu
kamar
dengan mnggunakan
viskometer
Brookfield Helipath
memiliki
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
konsistensi yang
tidak cair seperti
larutan,
namun
spindle
seperti pasta
kecepatan
11
krim
dan
pada
(rpm)
Uji sterilitas
tertentu.
Sediaan diinokulasi
Tidak
Tidak
Tidak ada
(Farmakope
dilakukan
dilakukan
pertumbuhan
Indonesia ed.
dan diamati
mikroba pada
pertumbuhan
medium.
15/20
mikroba setelah
855863)
12
Uji
efektivitas
pengawet
antimikroba
(Farmakope
Indonesia ed.
IV, 1995, hal
855)
inkubasi beberapa
hari.
Menggunakan
metode lempeng
Jumlah bakteri
Tidak
ke 14 berkurang
dilakukan
dilakukan
pengawetnya.
XI.
Pembahasan
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air dan biasanya digunakan untuk pemakaian topikal atau luar. Pada
umumnya krim merupakan bentuk emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak.
Seluruh bahan baik zat aktif dan eksipien harus terdistribusi merata sehingga sediaan krim
menjadi homogen. Krim lebih mudah dibersihkan dari kulit jika dibandingkan dengan
sediaan salep. Krim steril dibuat terutama ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka
yang besar atau pada kulit yang terluka parah.. Sediaan krim steril harus memenuhi uji
serilitas. (BP 93 hal.756). Krim steril dibuat dengan cara aseptik dalam laminar air flow
(LAF). Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak dilakukan karena untuk menghindari
rusaknya sediaan.
Hidrokortison adalah obat golongan kortikosteroid yang memiliki daya kerja
antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi,
mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis. Krim hidrokortison dapat
16/20
mengurangi radang, rasa gatal dan rasa sakit pada kulit. Indikasi dari krim ini untuk
menekan reaksi radang pada kulit.
Pada percobaan kali ini dibuat krim hidrokortison 1% yaitu dengan menggunakan
bahan eksipien paraffin cair dan vaselin album sebagai basis minyak, cetostearyl alcohol
sebagai emulgator minyak, cetomacrogolum 1000 sebagai emulgator air, chlorocresol
sebagai pengawet, alfa tokoferol sebagai antioksidan, dan aqua pro injection sebagai basis
air. Digunakannya alfa tokoferol sebagai antioksidan dengan alasan untuk mencegah
minyak pada krim teroksidasi dan menimbulkan bau. Sedangkan digunakannya pengawet
chlorocresol dikarenakan krim mengandung air yang mampu menstimulasi pertumbuhan
mikroorganisme dan sediaan merupakan sediaan dosis ganda. Sebagai basis minyak
digunakan vaselin album dan paraffin cair. Paraffin cair dapat meningkatkan konsistensi
krim supaya lebih viskos sehingga penggunaan krim pada kulit lebih mudah dan memiliki
waktu kontak yang lama. Dengan demikian obat dapat terpenetrasi dengan perlahan dan
baik. Emulgator seperti cetostearyl alcohol dan cetomacrogolum berfungsi untuk menjaga
krim tetap stabil, tidak pecah. Pembagian fase dalam pembuatan krim hidrokortison 1%
adalah sebagai berikut: vaselin album, paraffin cair, cetostearyl alcohol, alfa tokoferol,
chlorocresolum sebagai fasa minyak, sedangkan cetomacrogolum 1000 dan aqua pro
injection sebagai fase air.
Dalam pembuatan krim hidrokortison ini mula-mula ditimbang seluruh bahan.
Bahan-bahan yang tergolong fase minyak seperti vaselin album, paraffin cair, cetostearyl
alcohol, alfa tokoferol, chlorocresolum dicampurkan seluruhnya ke dalam cawan penguap
yang sudah didasari oleh kain batis. Lalu seluruh fasa minyak dioven hingga meleleh.
Ketika sudah meleleh, kain batis diangkat. Kemudian fasa minyak disterilisasi dengan
oven suhu 170C selama 1 jam. Bersamaan dengan itu, zat aktif hidrokortison juga
disterilkan menggunakan oven suhu 170C selama 1 jam. Setelah 1 jam, fase minyak dan
hidrokortison diambil. Pada presterilisasi zat aktif hidrokortison, terjadi karamelisasi atau
pelelehan dari hidrokortison sehingga berbentuk larutan kental yang sudah mengering di
kaca arloji. Hal mungkin terjadi karena beberapa alasan. Kondisi oven pada saat sterilisasi
hidrokortison tidak stabil karena beberapa kali dibuka sehingga cukup lama mencapai
suhu 170oC. Hal ini dapat menyebabkan pelelehan hidrokortison meskipun belum
mencapai titik lelehnya. Karena sudah tidak dapat digunakan, maka ditimbang lagi
hidrokortison namun tidak disterlisisasi dengan oven.
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
17/20
Fase air dibuat dengan melarutkan cetomacrogolum 1000 dalam aqua pro
injection, lalu difiltrasi menggunakan membran 0,45 m di dalam kelas C. Setelah
dilakukan filtrasi maka fase air disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121C selama 15
menit. Kemudian fase minyak dan fase air yang telah disterilisasi ditransfer menuju kelas
B untuk dilakukan pemanasan dengan penangas hingga suhu kedua fase berada pada
rentang 60-70C. Suhu kedua fase harus mencapai rentang tersebut karena jika ada gasa
yang suhunya di luar rentang tersebut dikhawatirkan kedua fase tidak dapat bercampur
dengan baik meskipun dilakukan pengadukan karena terjadinya kerusakan. Setelah
dicapai suhu dalam rentang tersebut maka kedua fase dicampurkan ke dalam mortar
perlahan-lahan sambil digerus dengan kuat hingga terbentuk basis krim yang homogen.
Jika basis krim telah terbentuk, secara perlahan-lahan ditambahkan hidrokortison secara
triturasi dan digerus merata. Penambahan hidrokortison secara triturasi dilakukan agar zat
aktif terdistribusi sempurna.
Sebelum dilakukan filling, seharusnya dilakukan IPC yaitu uji homogenitas
sediaan dan uji pH sediaan. Namun karena tidak tersedianya alat untuk melakukan uji
homogenitas dan uji pH di dalam lab steril, maka IPC tidak dilakukan. Krim yang sudah
terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam syringe untuk dilakukan filling ke dalam tube
di bawah laminar air flow (LAF) untuk meminimalisir jumlah partikel. Pada krim
hidrokortison tidak dilakukan sterilisasi akhir karena dikhawatirkan krim akan rusak pada
suhu yang tinggi. Setelah seluruh krim dimasukkan ke dalam tube, krim ditransfer menuju
ruang evaluasi.
Krim yang sudah selesai dibuat akan dikemas lalu dievaluasi untuk menentukan
kelayakannya. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah:
a.
18/20
b. Pengecekan pH sediaan
Pada pengecekan pH sediaan, diperoleh pH krim pada tube I sebesar 5,55; tube II
sebesar 5,57; dan pada tube III sebesar 5,59. Nilai pH ini baik dan memenuhi
rentang pH stabilitas karena diketahui hidrokortison akan terhidrolisis di atas pH
8. Selain itu, pH sediaan ini juga sesuai dengan pH target yakni 5,5 (disesuaikan
dengan pH kulit). Dengan demikian, sediaan ini memenuhi syarat dan lulus
pengecekan pH sediaan.
c. Uji organoleptik
Pada uji organoleptik, sediaan diamati sifat-sifatnya dengan panca indera.
Berdasarkan studi beberapa literatur, diketahui bahwa krim hidrokortison yang
baik tidak berbau, berwarna putih, dan memiliki tekstur lembut namun agak
sedikit lengket. Dari ketiga tube krim yang diuji, diperoleh hasil uji organoleptik
yang sama, yakni tidak berbau, berwarna putih, dan memiliki tekstur yang
lembut namun agak lengket. Hal ini menandakan bahwa krim hidrokortison
memenuhi syarat.
d. Uji isi minimum
Pada uji isi minimum, selisih antara bobot tube yang telah berisikan krim dan
bobot tube kosong dihitung untuk mengetahui massa bersih (netto) krim. Massa
bersih krim haruslah sesuai dengan massa yang tertulis pada etiket, yakni 5 gram.
Dari ketiga tube yang diuji isi minimum, diperoleh massa bersih krim tube I
sebesar 5,57 g; massa bersih krim tube II sebesar 4,07 g; dan massa bersih krim
tube III sebesar 4,97 g. Dengan demikian, tidak ada satupun tube yang berisi
krim dengan massa yang sesuai dengan yang tertera pada etiket. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan timbangan elektronik yang digunakan untuk
menimbang tube dan krim sehingga dikhawatirkan terdapat perbedaan
keakurasian di antara keduanya. Selain itu juga terdapat sedikit krim yang
menempel pada sisi luar wadah sehingga mempengaruhi bobot akhir sediaan.
e. Uji kebocoran
Pada uji kebocoran, tidak ada satupun tube yang bocor. Hal ini dapat terlihat dari
tidak adanya krim yang keluar dari wadahnya saat wadah dalam keadaan tertutup
ditekan. Dengan demikian, sediaan ini memenuhi syarat. Wadah sediaan yang
bocor tidak diperkenankan karena dapat menjadi sumber masuknya kontaminan
maupun mikroba yang membuat sediaan menjadi tidak steril lagi.
FA 3132 Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
19/20
XII.
Kesimpulan
1. Formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan krim hidrokortison 1% adalah:
No
1
2
3
4
Nama bahan
Hidrokortison
Paraffin cair
Vaselin Album
Jumlah
0,35 gram
2,1 gram
5,25 gram
Cetostearyl alcohol
2,52 gram
Fungsi
Antiinflamasi
Basis krim fasa minyak
Basis krim fasa minyak
Emollient, emulsifying
agent
0,63 gram
Emulsifying agent
35 mg
Pengawet
17,5 mg
Antioksidan
Add to 35 g ~ 24. 0975
Aqua pro injection
Basis krim fasa air
gram
*formula ini untuk 35 g krim hidrokortison 1%
5
6
7
8
Cetomacrogolum
Chlorocresolum
Alfa tokoferol
2. Sediaan krim hidrokortison 1% tidak layak karena sedikit tidak homogen dan
memiliki massa netto krim yang tidak sesuai dengan etiket (5,57 gram; 4,07 gram; dan
4,97 gram).
XIII. Daftar Pustaka
Anfal. 2007. Evaluasi Sediaan Apoteker ITB September 2007/2008. Bandung.
https://www.scribd.com/doc/231103417/Ipc-Evaluasi-Semua-Sediaan (Diakses pada 17
September 2016 pukul 18.00)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman: 112, 113, 435, 997, 1086
Gupta, V. Das. 1978. Effect of vehicles and other active ingredients on stability of hydrocortisone.
Journal of Pharmaceutical Sciences. 67(3): 299-302.
Ibezim, E.C. 2006. Effect of some storage conditions on the stability of hydrocortisone sodium
succinate injections. Journal of Pharmaceutical and Allied Sciences. 3(1):269-273.
Rowe, R.C,et al. 2001. Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi V. London : The
Pharmaceutical Press, halaman 31, 32, 150, 151, 169, 170, 474, 475, 481, 482, 536, 537.
20/20