Anda di halaman 1dari 32

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA (APT)


PADA PEKERJA DI PT. SINAR PANTJA DJAJA
SEMARANG UNIT SPINNING III

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Arni Ramadani
NIM. 6411411183

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi pada era
globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas dan jarak. Sehingga diperlukan
pembangunan pada sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing dalam
dunia internasional. Upaya mengantisipasi persaingan tersebut yaitu dengan cara
menghasilkan produk dengan cepat dan berkualitas dalam jumlah yang besar, untuk
itu diperlukan pemakaian mesin-mesin dengan teknologi maju (Tarwaka, 2008:28).
Sektor industri merupakan salah satu lingkungan kerja yang berpotensi tinggi
terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan terpapar penyakit akibat kerja karena
penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi (Danggur Konradus, 2006:85).
Menurut Ismed Somad, seseorang mendapatkan cedera atau bencana karena mereka
membuat kesalahan atau menyimpang dari prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
(Ismed Somad, 2013:2). Guna mencegah dampak negatif tersebut maka perlu
diterapkannya kesehatan dan keselamatan kerja supaya dipahami oleh para pengusaha
ataupun pekerja, khususnya perundangan mengenai bidang kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja (Tarwaka, 2008:28).
Pada dasarnya peraturan perundangan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja
bertujuan supaya pekerja mematuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja
sehingga pekerja dapat terhindar dari segala gangguan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja (Tarwaka, 2008:29).

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat,


mesin, peralatan kerja dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Tetapi, risiko
terjadinya kecelakaan kerja masih belum dapat dihindarkan sehingga perlu
penggunaan Alat Pelindung Diri (Sumamur, 2009:414).
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Bab
VIII Kewajiban dan Hak Kerja pasal 12b menjelaskan bahwa kewajiban dan hak
tenaga kerja yaitu memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/VII/2010

Tentang

Alat

Pelindung

Diri

menyatakan

bahwa

pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai dengan potensi bahaya dan risiko
(Permenakertrans RI, 2010).
Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat kesehatan yang digunakan oleh
pekerja yang digunakan untuk melindungi seluruh atupun sebagian tubuh pekerja dari
kemungkinan berbagai potensi bahaya di lingkungan kerja untuk mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008:178).
Alat Pelindung Diri yang digunakan pekerja bermacam-macam bentuk dan
jenisnya hal ini dipengaruhi banyaknya potensi bahaya di tempat kerja. Tempat kerja
yang terpapar kebisingan diperlukan penggunaan Alat Pelindung Diri berupa Alat
Pelindung Telinga (Sumamur, 1996:68).
PT. Sinar Pantja Djaja merupakan salah satu perusahan industri bergerak di
bidang pemintalan benang yang berlokasi di Semarang Barat dengan jumlah pekerja
399 pekerja pada Unit Spinning I, 365 pekerja pada Unit Spinning II, 632 pekerja
pada Unit Spinning III, kemudian 188 pekerja untuk Unit Spinning IV dan yang

terakhir Unit Spinning V sebanyak 481 pekerja. Total keseluruhan pekerja di PT.
Sinar Pantja Djaja 2065 pekerja. Pada proses produksinya menggunakan bantuan
mesin, diantaranya mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin flyer, mesin
ring spinning, mesin winding dan mesin TFO.
Setiap mesin produksi menghasilkan bunyi yang menyebabkan kebisingan. Baik
dari mesin-mesin itu sendiri ataupun peralatan kerja (Sumamur, 2009:431).
Berdasarkan data sekunder pengukuran kebisingan yang diperoleh dari laporan PT.
Sinar Pantja Djaja Unit Spinning III diperoleh kebisingan di bagian mesin blowing,
mesin carding, mesin drawing, mesin flyer, mesin ring spinning dan mesin winding
berurutan adalah 82,86 dbA; 88,33 dbA; 84,93 dbA; 90,91 dbA; 94,55 untuk ring
spinning dengan mesing baru dan 96,36 dbA untuk ring spinning dengan mesin lama
kemudian 92,15 dbA untuk winding dengan mesin baru dan 90,38 dbA untuk winding
dengan mesin lama. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa di PT. Sinar Pantja Djaja
Unit Spinning III terdapat 6 mesin yang melebihi 85 dbA. Pada beberapa penelitian
menyatakan bahwa gangguan fungsi pendengaran akibat terpapar bising terjadi pada
5% individu yang terpapar bising dengan intensitas bunyi 80 dbA, 5-15% individu
yang terpapar 85 dbA, dan 5-25% bila terpapar bunyi hingga 90 dbA (Ridwan
Harrianto, 2010:129).
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas kebisingan
dapat dilakukan dengan pengendalian administratif berupa pelaksanaan rotasi pekerja,
kemudian pengendalian teknik dengan cara mengurangi intensitas sumber bising dan
menghambat transmisi bising. Pengendalian melalui penggunaan Alat Pelindung Diri
juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan Alat Pelindung Telinga. Alat

pelindung telinga cukup efektif untuk mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10-32
dbA. Bisa berupa penutup kepala, sumbat telinga dan penutup telinga (Ridwan
Harrianto, 2010:146).
PT. Sinar Pantja Djaja Semarang telah memiliki kebijakan mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja yang disusun dengan baik. Salah satu dari kebijakan tersebut,
yaitu kebijakan mengenai pemakaian Alat Pelindung Diri. Pekerja dituntut memakai
Alat Pelindung Diri berupa topi, masker dan Alat Pelindung Telinga saat memasuki
lingkungan kerja. Namun, pada implementasinya banyak tenaga kerja yang belum
menjalankan kebijakan tersebut dengan optimal, terutama pada aspek penggunaan
Alat Pelindung Telinga. Padahal perusahaan telah membagikan Alat Pelindung
Telinga secara cuma-cuma setiap bulan dan apabila terdapat kerusakan Alat
Pelindung Telinga sebelum masa pembagian maka diperbolehkan untuk mengajukan
permohonan kembali kemasing-masing bagian sesuai dengan prosedur.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan pada Unit Spinning III dengan
jumlah pekerja 632, untuk pekerja shift pagi sebanyak 212 pekerja hanya 3 pekerja
yang mengggunakan Alat Pelindung Telinga dengan prosentase 6,36 %. Belum
optimalnya penggunaan Alat Pelindung Telinga disebabkan berbagai faktor seperti,
ketidaknyamanan pada penggunaan, kurangnya sosialisasi oleh ahli kesehatan dan
keselamatan kerja mengenai pentingnya penggunaan Alat Pelindung Telinga, tidak
ada kepatuhan dari pekerja dan rendahnya ketegasan jika melanggar kebijakan
tersebut. Berdasarkan latar belakang yang ada peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung
Telinga pada pekerja di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Masalah Umum
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan rumusan masalah umum
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang berhubungan dengan penggunaan
Alat Pelindung Telinga pada pekerja di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit
Spinning III?
1.2.2 Masalah Khusus
Masalah khusus pada penelitian ini, antara lain :
1. Adakah hubungan antara kepatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III?
2. Adakah hubungan antara kenyamanan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III?
3. Adakah hubungan antara pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III?
4. Adakah hubungan antara pelatihan terhadap penggunaan Alat Pelindung Telinga di
PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Telinga pada pekerja di PT. Sinar
Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus untuk penelitian ini, antara lain :
1. Mengetahui hubungan antara kepatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat
Pelindung Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
2. Mengetahui hubungan antara kenyamanan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3. Mengetahui hubungan antara pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.

4. Mengetahui hubungan antara pelatihan terhadap penggunaan Alat Pelindung


Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah :
1.4.1 Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan Alat Pelindung Telinga serta pertimbangan bagi perusahaan tentang
pemakaian Alat Pelindung Telinga bagi pekerja.
1.4.2 Bagi Fakultas
Sebagai bahan tambahan kepustakaan dan bahan informasi bagi mahasiswa
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Digunakan sebagai sarana untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang
secara teoritik diperoleh di perkuliahan serta untuk meningkatkan ilmu pengetahuaan
dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1.5 Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini merupakan matriks yang memuat tentang judul penelitian,
nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian, variabel yang
diteliti, dan hasil penelitian (Tabel 1.1).
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
No
Judul
Nama Tahun dan Rancangan Variabel
Hasil
Penelitian Peneliti
Tempat
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Faktor-faktor Efrianis 2007
Deskripsi
Variabel 1. Tidak ada
yang
PT.
analitik
bebas :
hubungan
Mempengaru
Perkebunan dengan desain pengetahua
yang
hi Tenaga
Nusantara cross
n, sikap,
bermakna
Kerja dalam
VI
sectional
pengawasa
antara
Pemakaian
(PERSERO)
n, pelatihan
pengetahu
Alat
Kebun Ophir
Variabel
an tenaga
Pelindung
Kabupaten
terikat :
kerja

Pendengaran
di PT.
Perkebunan
Nusantara VI
(PERSERO)
Kebun Ophir
Kabupaten
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1)
(2)
(3)
Pasaman
Propinsi
Sumatera
Barat Tahun
2007

Pasaman
Propinsi
Sumatera
Barat

(4)

pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengara
n

(5)

(6)

dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.

(7)
2. Tidak ada
hubungan
yang
bermakna
antara
sikap
tenaga
kerja
dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
3. Ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengawasa
n dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
4. Tidak ada
hubungan

yang
bermakna
antara
pelatihan
tenaga
kerja
dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1)
(2)
(3)
(4)
2. Faktor-faktor Vita
2009
yang
Setyaning PT. Pura
berhubungan rum
Barutama
dengan
Unit PM 6
penggunaan
Kudus
Alat
Pelindung
Telinga (APT)
pada tenaga
kerja bagian
produksi PT.
Pura
Barutama
Unit PM 6
Kudus Tahun
2009

(5)
Explanatory
research
dengan
pendekatan
cross
sectional

(6)
Variabel 1.
bebas :
pendidikan
, masa
kerja,
pengetahua
n, umur
Variabel
terikat :
penggunaa 2.
n Alat
Pelindung
Telinga

(7)
Ada
hubungan
antara
pendidika
n dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
Ada
hubungan
antara
masa kerja
dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
3. Tidak ada
hubungan
antara
pengetahu
an dengan

penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
4. Tidak ada
hubungan
antara
umur
dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
sebagai berikut :
1. Pada penelitian Efrianis variabel bebasnya pengetahuan, sikap, pengawasan,
pelatihan, untuk penelitian Vita Setyaningrum variabel bebasnya pendidikan, masa
kerja, pengetahuan dan umur sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya
kepatuhan pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan.
2. Tahun penelitian Efrianis 2007 dengan tempat penelitian PT. Perkebunan
Nusantara VI (PERSERO) Kebun Ophir Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera
Barat, penelitian Vita Setyaningrum tahun 2009 dengan tempat penelitian PT. Pura
Barutama Unit PM 6 Kudus sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2015 di PT.
Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3. Rancangan penelitian Efrianis menggunakan deskripsi analitik dengan desain
cross sectional dan penelitian Vita Setyaningrum menggunakan explanatory
research dengan pendekatan cross sectional sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode survei dengan desain penelitian cross sectional.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah :


1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Lokasi penelitian ini di PT. Sinar Pantja Djaja Jalan Condrokusumo no.1
Simongan Semarang Barat Unit Spinning III.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli tahun 2015.
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat konsentrasi
pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Menurut Tarwaka, Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat kesehatan


yang digunakan oleh pekerja yang digunakan untuk melindungi seluruh ataupun
sebagian tubuh pekerja dari kemungkinan berbagai potensi bahaya di lingkungan
kerja untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008:178).
Berdasarkan Permenakertrans RI Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung
Diri, Alat Pelindung Diri yang kemudian disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh pekerja dari potensi bahaya di tempat kerja
(Permenakertrans RI, 2010).
Alat Pelindung Diri merupakan suatu alat kelengkapan yang digunakan sesuai
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja yang wajib digunakan saat memasuki
lingkungan kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang lain yang ada
disekitarnya (M. Adam Jerusalem: 2011:34).
Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat kesehatan yang dipergunakan
untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari bahaya atau potensi kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari lingkungan kerja dan wajib
digunakan oleh pekerja saat melakukan pekerjaannya.
2.1.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Jenis Alat Pelindung Diri yang dijual secara umum cukup banyak. Berdasarkan
bagian tubuh yang dilindungi dari kontak dengan potensi bahaya, antara lain
(Tarwaka, 2008:181) :
2.1.2.1 Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi rambut dari jeratan mesin
yang berputar saat bekerja. Selain itu, juga melindungi dari bahaya kejatuhan benda

atau terkena pukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif dan panas
sinar matahari.
Ada berbagai jenis alat pelindung kepala, yaitu :
2.1.2.1.1 Topi Pelindung
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang jatuh, benturan
kepala, terjatuh juga tersengat arus listrik. Topi pelindung sebaiknya dipilih yang
tahan terhadap benturan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan
tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jenis yang paling baik adalah alat pelindung
kepala terbuat dari plastik, serat gelas maupun metal.
2.1.2.1.2 Tutup Kepala
Alat pelindung kepala jenis ini berfungi melindungi kepala dari kebakaran, korosi
dan suhu panas atau dingin. Bahannya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
2.1.2.1.3 Topi
Berbeda dengan topi pelindung. Alat pelindung jenis topi hanya berfungsi untuk
melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu juga melindungi dari mesin yang
berputar atau mesin yang sedang bekerja.
2.1.2.2 Alat Pelindung Mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi bagian mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel yang melayang diudara, kemudian gas, uap
yang dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Jenis alat pelindung mata ada dua, yaitu :
2.1.2.2.1 Kacamata
Memiliki fungsi melindungi mata dari partikel-partikel kecil yang dapat masuk
dalam mata, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.
2.1.2.2.2 Goggles
Berbeda dengan fungsi kacamata, goggles memiliki fungsi melindungi mata dari
gas, debu, uap dan percikan dari larutan kimia yang dapat merusak fungsi mata.

Goggles terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi
bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
2.1.2.3 Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari penurunan
fungsinya dengan cara mengurangi intensitas suara yang masuk ke telinga. Ada dua
jenis alat pelindung telinga, yaitu :
2.1.2.3.1 Sumbat Telinga (Ear Plug)
Alat pelindung telinga jenis ear plug dapat digunakan untuk melindungi telinga
dengan mengurangi intensitas suara sampai dengan 20 dB. Bahan yang digunakan
pada sumbat telinga jenis ini adalah plastik, kapas, karet alami dan bahan sintetis.
Sumbat telinga yang terbuat dari bahan kapas, spon, dan malam hanya bisa digunakan
untuk sekali pakai, sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik dapat
digunakan berulang kali.
2.1.2.3.2 Tutup Telinga (Ear Muff)
Ear muff terdiri dari dua buah tutup telingan dan sebuah headband. Isi dari alat
pelindung telinga jenis ini dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara dengan frekuensi tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara
hingga 30 dB juga melindungi teliga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.
2.1.2.4 Alat Pelindung Pernafasan
Fungsi dari alat pelindung pernapasan untuk melindungi sistem pernapasan dari
risiko paparan gas, uap, debu atau udara yang telah terkontaminasi oleh racun, korosi
atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
pelindung pernapasan yang perlu diperhatikan adalah mengetahui informasi
mengenai potensi bahaya atau kadar kontaminasi yang ada di lingkungan kerja. Jenis
dari alat pelindung pernapasan, antara lain :

2.1.2.4.1 Masker
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel
yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernapasan.
2.1.2.4.2 Respirator
Berfungsi melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas
berbahaya. Respirator bekerja dengan cara menarik udara yang dihirup melalui suatu
medium tertentu yang akan membuang sebagian kontaminan. Medium bisa berupa
filter dan untuk gas atau uap medium berupa penyerap kimia yang khusus dirancang
untuk gas atau uap yang akan dibuang (J.M. Harrington, 2003:225).
2.1.2.5 Alat Pelindung Tangan
Terbuat dari berbagai jenis bahan dengan fungsi yang berbeda-beda. Alat
pelindung tangan yang terbuat dari bahan karet berfungsi untuk melindungi tangan
dari bahaya kontaminasi bahan kimia dan sengatan arus listrik, untuk alat pelindung
tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari bahaya benda
tajam dan goresan, kemudian dari bahan kain berfungsi melindungi tangan dari
kontak dengan benda panas ataupun dingin.
2.1.2.6 Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian kaki yang lain dari benturan benda
keras, tajam, logam/kaca, larutan kimia yang dapat menyebabkan iritasi, benda panas
dan kontak dengan arus listrik.
2.1.2.7 Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari
percikan api, suhu panas atau dingin dan cairan dari bahan-bahan kimia.
2.1.2.8 Sabuk Pengaman Keselamatan
Alat pelindung jenis sabuk pengaman keselamatan ini digunakan untuk
melindungi tubuh dari kemungkinan yang tidak diinginkan seperti terjatuh dari

ketinggian. Digunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerja


konstruksi bangunan.
2.1.2.9 Pelampung
Berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau dipermukaan air
agar terhindarkan dari bahaya tenggelam dan mengatur keterapungan pengguna
supaya berada pada posisi tenggelam atau melayang dalam air (Permenakertrans,
2010).
2.2 Alat Pelindung Telinga (APT)
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Telinga
Alat Pelindung Telinga merupakan alat pelindung yang digunakan unuk
melindungi telinga dari kebisingan dengan cara mengurangi intensitas kebisingan
sampai 30 dB (A.M. Sugeng Budiono, 1992:335).
Menurut Tarwaka, Alat Pelindung Telinga yaitu alat yang digunakan unutk
mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga (Tarwaka, 2008:183).
Alat Pelindung Telinga merupakan alat pelindung yang dipergunakan untuk
melindungi telinga dari potensi bahaya kebisingan di lingkungan kerja dengan cara
mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga.
2.2.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Telinga
2.2.2.1 Alat Pelindung Telinga Tipe Sumbat Telinga (Ear Plug)
2.2.2.1.1 Pengertian
Alat pelindung telinga jenis ear plug dapat digunakan untuk melindungi telinga
dengan mengurangi intensitas suara sampai dengan 20 dB. Bahan yang digunakan
pada sumbat telinga jenis ini adalah plastik, kapas, karet alami dan bahan sintetis.
Sumbat telinga yang terbuat dari bahan kapas, spon, dan malam hanya bisa digunakan
untuk sekali pakai, sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik dapat
digunakan berulang kali (Tarwaka, 2008:183).
2.2.2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

Semua jenis Alat Pelindung Telinga memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Untuk tipe sumbat telinga (ear plug) keuntungan dan kerugian tersebut antara lain
(A.M. Sugeng Budiono, 1992:299) :
Tabel 2.1: Keuntungan dan Kerugian Ear Plug
Keuntungan
Kerugian
(1)
(2)
1. Nyaman pada kondisi lingkungan 1. Sulit memasang dengan benar
2. Pada tahap pengontrolan sangat sulit
yang panas
2. Tidak
membatasi
pergerakan 3. Mudah terkena infeksi telinga
4. Bila memiliki sakit telinga maka ear
kepala
plug tidak dapat digunakan
3. Harga lebih murah dibandingkan
tipe lain
4. Praktis untuk dibawa
5. Pemakaiannya relatif lebih mudah
2.2.2.2 Alat Pelindung Telinga Tipe Penutup Telinga (Ear Muff)
2.2.2.2.1 Pengertian
Ear muff terdiri dari dua buah tutup telingan dan sebuah headband. Isi dari alat
pelindung telinga jenis ini dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara dengan frekuensi tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara
hingga 30 dB juga melindungi teliga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia (Tarwaka, 2008:184).
2.2.2.2.2 Keuntungan dan Kerugian
Seperti pada halnya alat pelindung telinga tipe sumbat telinga (ear plug). Alat
pelindung telinga tipe penutup telinga (ear muff) juga memiliki keuntungan dan
kerugian (A.M. Sugeng Budiono, 1992:299).
Tabel 2.2: Keuntungan dan Kerugian Ear Muff
Keuntungan
(1)

Kerugian
(2)

1. Dapat mengurangi intensitas suara


lebih besar
2. Dapat menyesuaikan ukuran kepala
3. Mudah memonitor penggunaannya
dari jauh (Soeripto M, 2008:381)
4. Tetap dapat digunakan ketika
telinga terkena infeksi

1. Harga lebih mahal dibandingkan tipe


sumbat telinga
2. Kurang nyaman pada kondisi
lingkungan kerja yang panas
3. Sulit dipakai bersamaan pemakaian
kacamata dan helm
4. Gerak kepala menjadi terbatas
5. Kurang praktis karena ukuran lebih
besar

2.2.2.3 Alat Pelindung Telinga Tipe Helem (Helmet)


2.2.2.3.1 Pengertian
Alat pelindung telinga tipe helem merupakan alat pelindung telinga yang
dirancang untuk menutupi bagian kepala yang terdiri dari tulang untuk mencegah
terjadinya pening pada kepala. Tipe ini digunakan hanya untuk kebisingan dengan
tingkat bising yang tinggi. Tipe Helem dapat mengurangi intensitas suara hingga 50
dB.
2.2.3

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung

Telinga
2.2.3.1 Faktor Predisposing (Pemudah)
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan seseorang terhadap sesuatu, hal
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan atau pengamatan.
Pengindraan dapat terjadi melalui panca indra yang dimiliki oleh manusia.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap atau
tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:139).
2) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tetutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsir terlebih dahulu dari perilaku tertutup seseorang (Soekidjo Notoatmodjo,


2007:142).
3) Pendidikan
Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003) dalam Vita Setyaningrum (2009)
secara konseptual pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuannya baik secara jasmani maupun rohani yang akan
berlangsung seumur hidup baik didalam maupun diluar sekolah untuk membangun
persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu dalam keseimbangan.
Pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang
utuh dan matang yang meliputi cipta, rasa dan karsanya. Pengaruh yang diberikan
bertujuan untuk membentuk pribadi jadi selalu menanamkan nilai-nilai seperti moral,
budi pekerti, etika, estetika dan karakter (Depdiknas Direktoral Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktoral Tenaga Kependidikan, 2003:5).
4) Kenyamanan
Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia kenyamanan berasal dari kata nyaman yang
artinya segar atau sehat. Arti kata kenyamanan itu sendiri adalah suatu keadaan yang
telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual. Kenyamanan
merupakan respon manusia terhadap lingkungannya. Manusia menilai kondisi
lingkungan melalui alat indra. Perilaku manusia sangat didasarkan pada kenyamanan.
Manusia cenderung menolak melakukan sesuatu ketika manusia tersebut merasa tidak
nyaman dan sebaliknya ketika manusia tersebut nyaman maka akan menimbulkan
kenyamanan dan akan dilakukan secara berulang.
5) Kepatuhan Pekerja

Dalam penelitian yang dilakukan A. Bustanul menyatakan kepatuhan pekerja


dalam menggunakan Alat Pelindung Diri dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja yaitu patuh terhadap aturan yang telah disepakati bersama
guna mengurangi risiko kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan terhadap penggunaan Alat
Pelindung Diri mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang akan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu kerusakan, kekacauan organisasi,
keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat yang terakhir kematian (A. Bustanul, dkk.,
2013).
Kepatuhan diartikan sebagai suka menurut perintah, taat kepada aturan yang
berlaku, disiplin, sifaf patuh dan ketaatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sedangkan menurut Sarwono (1993) dalam Balhaqi (2009) kepatuhan merupakan
ketaatan atau ketidaktaatan atas suatu perintah, aturan dan disiplin, perubahan sikap
atau perilaku individu dimulai dari tahapan kepatuhan, identifikasi dan internalitas.
Seringkali kepatuhan dijalankan hanya untuk menghindari suatu hukuman atau untuk
memperoleh imbalan ketika mematuhi aturan.
2.2.3.2 Faktor Enabling (Pendukung)
1) Ketersediaan Alat Pelindung Diri
Telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 segala sesuatu yang
berhubungan dengan keselamatan kerja. Dalam mencapai keselamatan kerja langkah
yang ditempuh salah satunya adalah terdapat Alat Pelindung Diri. Pada Bab VIII
Kewajiban dan Hak Kerja pasal 12b menjelaskan bahwa kewajiban dan hak tenaga
kerja yaitu memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan. Hal ini berarti suatu
perusahaan atau organisasi wajib menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai dengan
bahaya yang ada di tempat kerja. Kewajiban perusahaan menyediakan Alat Pelindung

Diri juga telah diatur pada Undang-undang ini pada BAB X Kewajiban Pengurus
pasal 14 point c, yaitu menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai
dnegan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja (Undang-Undang RI, 1970).
2) Pelatihan
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi kerja, hal ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan (Undang-undang Nomor 13, 2003).
Soekidjo (1993) dalam Efrianis (2009) menyatakan bahwa pelatihan merupakan
salah satu bentuk proses pendidikan, adanya pelatihan sebagai sarana pendidikan
akan membuat pekerja lebih mendapatkan pengalaman belajar yang akan
berpengaruh terhadap perubahan perilaku pekerja.
Pelatihan juga bertujuan untuk pemberdayaan pekerja agar memiliki motivasi
kerja yang baik dalam mendukung keselamatan kerja diperusahaannya. Setiap pekerja
memerlukan latihan untuk melaksanakan pekerjaan yang akan ditekuninya. Pelatihan
berhubungan juga terhadap perubahan perilaku seseorang.
2.2.3.3 Faktor Reinforcing (Penguat)
1) Kebijakan
Pada Peraturan Mentri Tenaga Kerja nomor 5 tahun 1996, sstem manajemen K3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 yang bertujuan pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif (Permenaker, 1996). Menurut Silalahi (1985) dalam Dedek Mulyanti


(2009), kebijakan adalah arahan atau aturan yang harus dipatuhi dalam proses kerja
dan organisasi perusahaan.
2) Reward dan Punishment
Menurut B.F Skinner dalam Ernis Suryana, ada dua macam penguat yang dapat
diberikan untuk meningkatkan motivasi atau memodifikasi perilaku seseorang, yaitu
dengan cara memberikan reward atau punishment. Reward sering disebut dengan
reinforcement positif yaitu sesuatu atau setiap penguat yang mempererat hubungan
stimulus respon atau sesuatu yang dapat memperbesar kemungkinan timbulnya suatu
respon atau dengan kata lain sesuatu yang dapat memperkuat tingkah laku.
Sedangkan punishment sering disebut reinforcing negative yaitu sesuatu yang
menyebabkan melemahnya suatu respon dengan kata lain punishment lebih
cenderung menimbulkan kesan emosi.
3) Pengawasan
Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 21 tahun 2010 Tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa ketenagakerjaan merupakan
kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundangan-undangan
dibidang ketenagakerjaan (Perpres RI, 2010). Hal ini berarti petugas yang telah
ditunjuk untuk mengawasi pekerja harus benar-benar menegakkan peraturan yang
berlaku dan telah disepakati bersama sebelumnya, seperti peraturan mengenai
penggunaan Alat Pelindung Diri.
2.3 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dalam tinjauan pusataka, maka disusun kerangka teori
mengenai faktor-faktor yang
Faktor Predisposing :
Telinga (Gambar 2.1).(1)
1) Pengetahuan
2) Sikap(1)
3) Pendidikan(2)
4) Kenyamanan
5) Kepatuhan
pekerja

berhubungan dengan penggunanaan Alat Pelindung


Faktor Enabling :
Faktor Reinforcing :
1) Ketersediaan Alat
Pelindung Diri
2) Pelatihan

1) Kebijakan
2) Reward dan
Punishment
3) Pengawasan

Faktor
predisposing :
1.
2.
3.
4.
5.

Faktor Enabling :
(1)

Pengetahuan
Sikap(1)
Pendidikan(2)
Kenyamanan
Kepatuhan
pekerja(3)

1. Ketersediaan
APD(4)
2. Pelatihan(5)

Faktor
Reinforcing :
1. Kebijakan(6)
2. Reward dan
punishment(7)
3. Pengawasan(8)

Penggunaan
APD(9) (10) (11)
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Keterangan:
: Menyebabkan
Sumber: (Modifikasi Teori Lawrence Green, Soekidjo Notoatmodjo, 2007(1);
Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003(2); A. Bustanul, 2013(3); Undang-undang nomor 1,
1970(4); Soekidjo Notoatmodjo, 1993(5); Silalahi, 1985(6); B.F Skinner(7); Perpres
nomor 21 tahun 2010(8); Tarwaka, 2008(9); Permenakertrans nomor 8, 2010(10); M.
Adam Jerusalem, 2011(11).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, atau dapat diartikan antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:83).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah (Gambar 3.1).

Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 3.1: Kerangka
Konsep
1. Kepatuhan
Penggunaan Alat
3.2 Variabel Penelitian
pekerja
Telinga
Variabel yaitu
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh Pelindung
anggota dari
suatu kelompok
2. Kenyamanan
(APT)
3. Pengawasan
yang berbeda4.dengan
yang dimiliki oleh kelompok lain (Soekidjo Notoatmodjo,
Pelatihan
2010:103). Pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel yang
menjadi sebab perubahannya atau adanya variabel terikat (Sugiyono, 2012:39).
Variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini adalah kepatuhan pekerja,
kenyamanan, pengawasan dan pelatihan.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang ada
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah penggunaan Alat Pelindung Telinga.
3.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Soekidjo, hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari suatu
penelitian, patokan duga, atau dalil sementara dari penelitian ini (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:105).
Hipotesis juga dapat diartikan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012:64). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Terdapat hubungan antara kepatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
2. Terdapat hubungan antara kenyamanan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3. Terdapat hubungan antara pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
4. Terdapat hubungan antara pelatihan terhadap penggunaan Alat Pelindung Telinga
di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang diteliti atau
apa yang diukur oleh variabel yang diteliti tersebut (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:112). Adapun definisi operasional penelitian (Tabel 3.1).
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No

Variabel

(1)
(2)
1. Kepatuhan
Pekerja

Definisi
Operasinal
(3)
Perilaku taat pekerja
dalam penggunaan
Alat Pelindung
Telinga

Alat Ukur
(4)
Kuesioner

Hasil ukur
(5)
1) Patuh
2) Tidak
patuh

Skala
(6)
Nominal

2.

Kenyamanan Perasaan yang


dirasakan oleh
pekerja saat
memakai Alat
Pelindung Telinga

Kuesioner

1) Merasa
nyaman
2) Merasa
tidak
nyaman

Nominal

3.

Pengawasan Penilaian yang


dilakukan oleh
atasan terhadap
pekerja dalam
penggunaan Alat
Pelindung Telinga
saat berada di
lingkungan kerja

Kuesioner

1) Diawasi
2) Tidak
diawasi

Nominal

4.

Pelatihan

Praktik penggunaan
Alat Pelindung
Telinga dengan baik
dan benar

Kuesioner

1) Ada
2) Tidak ada

Nominal

5.

Penggunaan
Alat
Pelindung
Telinga

Penggunaan Alat
Pelindung Telinga
selama pekerja
berada di
lingkungan kerjanya

Kuesioner

1) Ya
2) Tidak

Ordinal

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei, yaitu digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang ingin diteliti dan peneliti melakukan
perlakuan dalam mengumpulkan data, dimana pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional yaitu subjek peneliti diukur dan data dikumpulkan dalam
waktu bersamaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:38).
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek diteliti yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu (Sugiyono, 2012:80). Populasi dari pada penelitian ini adalah

seluruh pekerja pada bagian produksi PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning
III yang berjumlah 632 pekerja.
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2012:81). Dari
penelitian ini teknik sampel yang dipergunakan adalah simple random sampling,
dengan rumus :
N=

N
(1+ N ( d ) 2)

N=

632
(1+ ( 632 x 0,01 ) )

N=

632
1+6,32

N = 86,33 = 86 sampel
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%)
Data jumlah sampel yang akan diteliti adalah 86 sampel, pengambilan sampel
ditentukan dengan cara acak karena sampel dianggap memiliki peluang dan strata
yang sama.
3.7 Sumber Data
3.7.1 Data Primer
Data primer diartikan sebagai data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
(Sugiyono, 2012:225).
3.7.1.1 Wawancara
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi dalam suatu
topik tertentu, dilakukan untuk memperoleh masalah yang harus diteliti atau untuk
mengetahui hal-hal yang ingin diketahui lebih dalam (Sugiyono, 2012:231). Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan yang ada
sehingga bisa dikaji lebih lanjut.

3.7.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data
yang diperoleh dari perusahaan (Sugiyono, 2012:225). Dalam penelitian ini data
sekunder berupa gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja bagian produksi dan
laporan kebisingan unit spinning III.
3.8 Instrument Penelitian dan Teknik Pengambilan Data
3.8.1 Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang akan digunakan ketika akan
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:87). Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan
daftar pertanyaan yang disusun dengan baik untuk responden dan responden tinggal
memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:116).
3.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data langkah dalam penelitian untuk mengumpulkan atau
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian (Sugiyono, 2012:224). Untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah :
3.8.2.1 Observasi
Observasi sering disebut dengan pengamatan, yaitu hasil suatu perbuatan peneliti
dalam manyadari suatu kondisi atau rangsangan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:131).
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan guna menemukan masalah yang harus
diteliti.
3.8.2.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode yang dipergunakan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan data atau menemukan masalah

yang harus diteliti dan peneliti mendapatkan data secara langsung dari responden
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:139). Wawanvara yang dilakukan dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui masalah yang harus diteliti.
3.9 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain :
1) Mengurus perijinan untuk melakukan penelitian
2) Melakukan wawancara untuk menemukan masalah yang harus diteliti
3) Menganalisis data yang sudah didapatkan
4) Menyusun proposal
3.10 Teknik Analisis Data
Data yang yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan
tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
3.10.1 Pengolahan Data
3.10.1.1
Editing
Sebelum data diolah perlu dilakukan editing. Editing dimaksudkan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kesioner yang digunakan saat
penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:176).
3.10.1.2
Coding
Setelah melalui tahapan editing maka langkah selanjutnya data diubah dalam
bentuk kode, dimana data yang tadinya berbentuk huruf atau kalimat diubah menjadi
bentuk angka atau bilangan. Tahapan ini yang disebut dengan tahapan coding
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:177).
3.10.1.3
Entry Data
Data yang sudah dalam bentuk kode tadi kemudian di input kedalam program
komputer. Langkah ini yang disebut dengan entry data (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:177).
3.10.1.4
Cleaning Data
Sesudah semua data atau responden selesai dimasukkan dalam program
komputer, data perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

dalam memasukkan kode-kode data dan ketidaklengkapan data yang perlu dilakukan
pembetulan yang dalam hal ini disebut data cleaning (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:177).
3.10.2 Analisis Data
3.10.2.1
Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:182). Analisis univariat
dalam penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel bebas yaitu kepatuhan
pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan dan variabel terikat yaitu
penggunaan Alat Pelindung Diri.
3.10.2.2
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan apakah dua variabel, yaitu
variabel bebas (kepatuhan pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan ) dengan
variabel terikat (penggunaan Alat Pelindung Telinga) saling berhubungan atau tidak
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:183). Maka uji statistik yang digunakan adalah uji Chi
Square dengan tabulasi silang 2x2 karena skala variabel berbentuk ordinal. Dengan
taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0,05.
Syarat uji Chi Square apabila tidak dijumpai expected count kurang dari 5 atau
dijumpai expected count kurang dari 5 tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji chi square dengan membaca bagian Pearson Chi
Square, namun apabila ada persyaratan yang tidak terpenuhi maka dilakukan
penggabungan dan digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher (Widya, dkk, 2013:
139).

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan berdasarkan probabilitas. Jika


probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan
tetapi jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, berarti variabel tersebut tidak ada
hubungan.

DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono, 1992, Bunga Rampai Hiperkes & Keselamatan Kerja,
Surakarta: PT. Tri Tunggal Fajar.
Danggur Konradus, 2006, Keselamatan Kesehatan Kerja Membangun SDM
Pekerja yang Sehat, Produktif & Kompetitif, Litbang Danggur & Partners:
Penebar Swadaya.
Eko Budiarto, 2001, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: EGC.
Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Ismed Somat, 2013, Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Dian Rakyat.
J. M. Harrington, 2003, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.

M. Adam Jerusalem, 2011, Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Hidup


Pada Industri Busana, Klaten: PT. Intan Sejati.
Sihar Tigor Benjamin, 2005, Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: ANDI.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.
_______, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Soeripto M., 2008, Higiene Industri, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sumamur P.K., 1981, Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: PT.
Gunug Agung.
_______, 1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Gunung
Agung.
_______, 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Tarwaka, 2008, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Manajemen & Implementasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja, Surakarta: HARAPAN
PRESS.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, Himpunan Peraturan dan Perundangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bandung: Nuansa Aulia.

Anda mungkin juga menyukai