Proposal Arni
Proposal Arni
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Arni Ramadani
NIM. 6411411183
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi pada era
globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas dan jarak. Sehingga diperlukan
pembangunan pada sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing dalam
dunia internasional. Upaya mengantisipasi persaingan tersebut yaitu dengan cara
menghasilkan produk dengan cepat dan berkualitas dalam jumlah yang besar, untuk
itu diperlukan pemakaian mesin-mesin dengan teknologi maju (Tarwaka, 2008:28).
Sektor industri merupakan salah satu lingkungan kerja yang berpotensi tinggi
terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan terpapar penyakit akibat kerja karena
penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi (Danggur Konradus, 2006:85).
Menurut Ismed Somad, seseorang mendapatkan cedera atau bencana karena mereka
membuat kesalahan atau menyimpang dari prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
(Ismed Somad, 2013:2). Guna mencegah dampak negatif tersebut maka perlu
diterapkannya kesehatan dan keselamatan kerja supaya dipahami oleh para pengusaha
ataupun pekerja, khususnya perundangan mengenai bidang kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja (Tarwaka, 2008:28).
Pada dasarnya peraturan perundangan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja
bertujuan supaya pekerja mematuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja
sehingga pekerja dapat terhindar dari segala gangguan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja (Tarwaka, 2008:29).
Tentang
Alat
Pelindung
Diri
menyatakan
bahwa
pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai dengan potensi bahaya dan risiko
(Permenakertrans RI, 2010).
Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat kesehatan yang digunakan oleh
pekerja yang digunakan untuk melindungi seluruh atupun sebagian tubuh pekerja dari
kemungkinan berbagai potensi bahaya di lingkungan kerja untuk mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008:178).
Alat Pelindung Diri yang digunakan pekerja bermacam-macam bentuk dan
jenisnya hal ini dipengaruhi banyaknya potensi bahaya di tempat kerja. Tempat kerja
yang terpapar kebisingan diperlukan penggunaan Alat Pelindung Diri berupa Alat
Pelindung Telinga (Sumamur, 1996:68).
PT. Sinar Pantja Djaja merupakan salah satu perusahan industri bergerak di
bidang pemintalan benang yang berlokasi di Semarang Barat dengan jumlah pekerja
399 pekerja pada Unit Spinning I, 365 pekerja pada Unit Spinning II, 632 pekerja
pada Unit Spinning III, kemudian 188 pekerja untuk Unit Spinning IV dan yang
terakhir Unit Spinning V sebanyak 481 pekerja. Total keseluruhan pekerja di PT.
Sinar Pantja Djaja 2065 pekerja. Pada proses produksinya menggunakan bantuan
mesin, diantaranya mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin flyer, mesin
ring spinning, mesin winding dan mesin TFO.
Setiap mesin produksi menghasilkan bunyi yang menyebabkan kebisingan. Baik
dari mesin-mesin itu sendiri ataupun peralatan kerja (Sumamur, 2009:431).
Berdasarkan data sekunder pengukuran kebisingan yang diperoleh dari laporan PT.
Sinar Pantja Djaja Unit Spinning III diperoleh kebisingan di bagian mesin blowing,
mesin carding, mesin drawing, mesin flyer, mesin ring spinning dan mesin winding
berurutan adalah 82,86 dbA; 88,33 dbA; 84,93 dbA; 90,91 dbA; 94,55 untuk ring
spinning dengan mesing baru dan 96,36 dbA untuk ring spinning dengan mesin lama
kemudian 92,15 dbA untuk winding dengan mesin baru dan 90,38 dbA untuk winding
dengan mesin lama. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa di PT. Sinar Pantja Djaja
Unit Spinning III terdapat 6 mesin yang melebihi 85 dbA. Pada beberapa penelitian
menyatakan bahwa gangguan fungsi pendengaran akibat terpapar bising terjadi pada
5% individu yang terpapar bising dengan intensitas bunyi 80 dbA, 5-15% individu
yang terpapar 85 dbA, dan 5-25% bila terpapar bunyi hingga 90 dbA (Ridwan
Harrianto, 2010:129).
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas kebisingan
dapat dilakukan dengan pengendalian administratif berupa pelaksanaan rotasi pekerja,
kemudian pengendalian teknik dengan cara mengurangi intensitas sumber bising dan
menghambat transmisi bising. Pengendalian melalui penggunaan Alat Pelindung Diri
juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan Alat Pelindung Telinga. Alat
pelindung telinga cukup efektif untuk mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10-32
dbA. Bisa berupa penutup kepala, sumbat telinga dan penutup telinga (Ridwan
Harrianto, 2010:146).
PT. Sinar Pantja Djaja Semarang telah memiliki kebijakan mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja yang disusun dengan baik. Salah satu dari kebijakan tersebut,
yaitu kebijakan mengenai pemakaian Alat Pelindung Diri. Pekerja dituntut memakai
Alat Pelindung Diri berupa topi, masker dan Alat Pelindung Telinga saat memasuki
lingkungan kerja. Namun, pada implementasinya banyak tenaga kerja yang belum
menjalankan kebijakan tersebut dengan optimal, terutama pada aspek penggunaan
Alat Pelindung Telinga. Padahal perusahaan telah membagikan Alat Pelindung
Telinga secara cuma-cuma setiap bulan dan apabila terdapat kerusakan Alat
Pelindung Telinga sebelum masa pembagian maka diperbolehkan untuk mengajukan
permohonan kembali kemasing-masing bagian sesuai dengan prosedur.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan pada Unit Spinning III dengan
jumlah pekerja 632, untuk pekerja shift pagi sebanyak 212 pekerja hanya 3 pekerja
yang mengggunakan Alat Pelindung Telinga dengan prosentase 6,36 %. Belum
optimalnya penggunaan Alat Pelindung Telinga disebabkan berbagai faktor seperti,
ketidaknyamanan pada penggunaan, kurangnya sosialisasi oleh ahli kesehatan dan
keselamatan kerja mengenai pentingnya penggunaan Alat Pelindung Telinga, tidak
ada kepatuhan dari pekerja dan rendahnya ketegasan jika melanggar kebijakan
tersebut. Berdasarkan latar belakang yang ada peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung
Telinga pada pekerja di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
Pendengaran
di PT.
Perkebunan
Nusantara VI
(PERSERO)
Kebun Ophir
Kabupaten
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1)
(2)
(3)
Pasaman
Propinsi
Sumatera
Barat Tahun
2007
Pasaman
Propinsi
Sumatera
Barat
(4)
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengara
n
(5)
(6)
dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
(7)
2. Tidak ada
hubungan
yang
bermakna
antara
sikap
tenaga
kerja
dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
3. Ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengawasa
n dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
4. Tidak ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pelatihan
tenaga
kerja
dengan
pemakaian
Alat
Pelindung
Pendengar
an.
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1)
(2)
(3)
(4)
2. Faktor-faktor Vita
2009
yang
Setyaning PT. Pura
berhubungan rum
Barutama
dengan
Unit PM 6
penggunaan
Kudus
Alat
Pelindung
Telinga (APT)
pada tenaga
kerja bagian
produksi PT.
Pura
Barutama
Unit PM 6
Kudus Tahun
2009
(5)
Explanatory
research
dengan
pendekatan
cross
sectional
(6)
Variabel 1.
bebas :
pendidikan
, masa
kerja,
pengetahua
n, umur
Variabel
terikat :
penggunaa 2.
n Alat
Pelindung
Telinga
(7)
Ada
hubungan
antara
pendidika
n dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
Ada
hubungan
antara
masa kerja
dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
3. Tidak ada
hubungan
antara
pengetahu
an dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
4. Tidak ada
hubungan
antara
umur
dengan
penggunaa
n Alat
Pelindung
Telinga
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
sebagai berikut :
1. Pada penelitian Efrianis variabel bebasnya pengetahuan, sikap, pengawasan,
pelatihan, untuk penelitian Vita Setyaningrum variabel bebasnya pendidikan, masa
kerja, pengetahuan dan umur sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya
kepatuhan pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan.
2. Tahun penelitian Efrianis 2007 dengan tempat penelitian PT. Perkebunan
Nusantara VI (PERSERO) Kebun Ophir Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera
Barat, penelitian Vita Setyaningrum tahun 2009 dengan tempat penelitian PT. Pura
Barutama Unit PM 6 Kudus sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2015 di PT.
Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3. Rancangan penelitian Efrianis menggunakan deskripsi analitik dengan desain
cross sectional dan penelitian Vita Setyaningrum menggunakan explanatory
research dengan pendekatan cross sectional sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode survei dengan desain penelitian cross sectional.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
atau terkena pukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif dan panas
sinar matahari.
Ada berbagai jenis alat pelindung kepala, yaitu :
2.1.2.1.1 Topi Pelindung
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang jatuh, benturan
kepala, terjatuh juga tersengat arus listrik. Topi pelindung sebaiknya dipilih yang
tahan terhadap benturan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan
tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jenis yang paling baik adalah alat pelindung
kepala terbuat dari plastik, serat gelas maupun metal.
2.1.2.1.2 Tutup Kepala
Alat pelindung kepala jenis ini berfungi melindungi kepala dari kebakaran, korosi
dan suhu panas atau dingin. Bahannya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
2.1.2.1.3 Topi
Berbeda dengan topi pelindung. Alat pelindung jenis topi hanya berfungsi untuk
melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu juga melindungi dari mesin yang
berputar atau mesin yang sedang bekerja.
2.1.2.2 Alat Pelindung Mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi bagian mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel yang melayang diudara, kemudian gas, uap
yang dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Jenis alat pelindung mata ada dua, yaitu :
2.1.2.2.1 Kacamata
Memiliki fungsi melindungi mata dari partikel-partikel kecil yang dapat masuk
dalam mata, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.
2.1.2.2.2 Goggles
Berbeda dengan fungsi kacamata, goggles memiliki fungsi melindungi mata dari
gas, debu, uap dan percikan dari larutan kimia yang dapat merusak fungsi mata.
Goggles terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi
bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
2.1.2.3 Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari penurunan
fungsinya dengan cara mengurangi intensitas suara yang masuk ke telinga. Ada dua
jenis alat pelindung telinga, yaitu :
2.1.2.3.1 Sumbat Telinga (Ear Plug)
Alat pelindung telinga jenis ear plug dapat digunakan untuk melindungi telinga
dengan mengurangi intensitas suara sampai dengan 20 dB. Bahan yang digunakan
pada sumbat telinga jenis ini adalah plastik, kapas, karet alami dan bahan sintetis.
Sumbat telinga yang terbuat dari bahan kapas, spon, dan malam hanya bisa digunakan
untuk sekali pakai, sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik dapat
digunakan berulang kali.
2.1.2.3.2 Tutup Telinga (Ear Muff)
Ear muff terdiri dari dua buah tutup telingan dan sebuah headband. Isi dari alat
pelindung telinga jenis ini dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara dengan frekuensi tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara
hingga 30 dB juga melindungi teliga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.
2.1.2.4 Alat Pelindung Pernafasan
Fungsi dari alat pelindung pernapasan untuk melindungi sistem pernapasan dari
risiko paparan gas, uap, debu atau udara yang telah terkontaminasi oleh racun, korosi
atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
pelindung pernapasan yang perlu diperhatikan adalah mengetahui informasi
mengenai potensi bahaya atau kadar kontaminasi yang ada di lingkungan kerja. Jenis
dari alat pelindung pernapasan, antara lain :
2.1.2.4.1 Masker
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel
yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernapasan.
2.1.2.4.2 Respirator
Berfungsi melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas
berbahaya. Respirator bekerja dengan cara menarik udara yang dihirup melalui suatu
medium tertentu yang akan membuang sebagian kontaminan. Medium bisa berupa
filter dan untuk gas atau uap medium berupa penyerap kimia yang khusus dirancang
untuk gas atau uap yang akan dibuang (J.M. Harrington, 2003:225).
2.1.2.5 Alat Pelindung Tangan
Terbuat dari berbagai jenis bahan dengan fungsi yang berbeda-beda. Alat
pelindung tangan yang terbuat dari bahan karet berfungsi untuk melindungi tangan
dari bahaya kontaminasi bahan kimia dan sengatan arus listrik, untuk alat pelindung
tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari bahaya benda
tajam dan goresan, kemudian dari bahan kain berfungsi melindungi tangan dari
kontak dengan benda panas ataupun dingin.
2.1.2.6 Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian kaki yang lain dari benturan benda
keras, tajam, logam/kaca, larutan kimia yang dapat menyebabkan iritasi, benda panas
dan kontak dengan arus listrik.
2.1.2.7 Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari
percikan api, suhu panas atau dingin dan cairan dari bahan-bahan kimia.
2.1.2.8 Sabuk Pengaman Keselamatan
Alat pelindung jenis sabuk pengaman keselamatan ini digunakan untuk
melindungi tubuh dari kemungkinan yang tidak diinginkan seperti terjatuh dari
Semua jenis Alat Pelindung Telinga memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Untuk tipe sumbat telinga (ear plug) keuntungan dan kerugian tersebut antara lain
(A.M. Sugeng Budiono, 1992:299) :
Tabel 2.1: Keuntungan dan Kerugian Ear Plug
Keuntungan
Kerugian
(1)
(2)
1. Nyaman pada kondisi lingkungan 1. Sulit memasang dengan benar
2. Pada tahap pengontrolan sangat sulit
yang panas
2. Tidak
membatasi
pergerakan 3. Mudah terkena infeksi telinga
4. Bila memiliki sakit telinga maka ear
kepala
plug tidak dapat digunakan
3. Harga lebih murah dibandingkan
tipe lain
4. Praktis untuk dibawa
5. Pemakaiannya relatif lebih mudah
2.2.2.2 Alat Pelindung Telinga Tipe Penutup Telinga (Ear Muff)
2.2.2.2.1 Pengertian
Ear muff terdiri dari dua buah tutup telingan dan sebuah headband. Isi dari alat
pelindung telinga jenis ini dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara dengan frekuensi tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara
hingga 30 dB juga melindungi teliga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia (Tarwaka, 2008:184).
2.2.2.2.2 Keuntungan dan Kerugian
Seperti pada halnya alat pelindung telinga tipe sumbat telinga (ear plug). Alat
pelindung telinga tipe penutup telinga (ear muff) juga memiliki keuntungan dan
kerugian (A.M. Sugeng Budiono, 1992:299).
Tabel 2.2: Keuntungan dan Kerugian Ear Muff
Keuntungan
(1)
Kerugian
(2)
Telinga
2.2.3.1 Faktor Predisposing (Pemudah)
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan seseorang terhadap sesuatu, hal
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan atau pengamatan.
Pengindraan dapat terjadi melalui panca indra yang dimiliki oleh manusia.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap atau
tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:139).
2) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tetutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat, tetapi hanya dapat
Diri juga telah diatur pada Undang-undang ini pada BAB X Kewajiban Pengurus
pasal 14 point c, yaitu menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai
dnegan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja (Undang-Undang RI, 1970).
2) Pelatihan
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi kerja, hal ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan (Undang-undang Nomor 13, 2003).
Soekidjo (1993) dalam Efrianis (2009) menyatakan bahwa pelatihan merupakan
salah satu bentuk proses pendidikan, adanya pelatihan sebagai sarana pendidikan
akan membuat pekerja lebih mendapatkan pengalaman belajar yang akan
berpengaruh terhadap perubahan perilaku pekerja.
Pelatihan juga bertujuan untuk pemberdayaan pekerja agar memiliki motivasi
kerja yang baik dalam mendukung keselamatan kerja diperusahaannya. Setiap pekerja
memerlukan latihan untuk melaksanakan pekerjaan yang akan ditekuninya. Pelatihan
berhubungan juga terhadap perubahan perilaku seseorang.
2.2.3.3 Faktor Reinforcing (Penguat)
1) Kebijakan
Pada Peraturan Mentri Tenaga Kerja nomor 5 tahun 1996, sstem manajemen K3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 yang bertujuan pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
1) Kebijakan
2) Reward dan
Punishment
3) Pengawasan
Faktor
predisposing :
1.
2.
3.
4.
5.
Faktor Enabling :
(1)
Pengetahuan
Sikap(1)
Pendidikan(2)
Kenyamanan
Kepatuhan
pekerja(3)
1. Ketersediaan
APD(4)
2. Pelatihan(5)
Faktor
Reinforcing :
1. Kebijakan(6)
2. Reward dan
punishment(7)
3. Pengawasan(8)
Penggunaan
APD(9) (10) (11)
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Keterangan:
: Menyebabkan
Sumber: (Modifikasi Teori Lawrence Green, Soekidjo Notoatmodjo, 2007(1);
Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003(2); A. Bustanul, 2013(3); Undang-undang nomor 1,
1970(4); Soekidjo Notoatmodjo, 1993(5); Silalahi, 1985(6); B.F Skinner(7); Perpres
nomor 21 tahun 2010(8); Tarwaka, 2008(9); Permenakertrans nomor 8, 2010(10); M.
Adam Jerusalem, 2011(11).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, atau dapat diartikan antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:83).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah (Gambar 3.1).
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 3.1: Kerangka
Konsep
1. Kepatuhan
Penggunaan Alat
3.2 Variabel Penelitian
pekerja
Telinga
Variabel yaitu
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh Pelindung
anggota dari
suatu kelompok
2. Kenyamanan
(APT)
3. Pengawasan
yang berbeda4.dengan
yang dimiliki oleh kelompok lain (Soekidjo Notoatmodjo,
Pelatihan
2010:103). Pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel yang
menjadi sebab perubahannya atau adanya variabel terikat (Sugiyono, 2012:39).
Variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini adalah kepatuhan pekerja,
kenyamanan, pengawasan dan pelatihan.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang ada
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah penggunaan Alat Pelindung Telinga.
3.3 Hipotesis Penelitian
Menurut Soekidjo, hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari suatu
penelitian, patokan duga, atau dalil sementara dari penelitian ini (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:105).
Hipotesis juga dapat diartikan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012:64). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Terdapat hubungan antara kepatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
2. Terdapat hubungan antara kenyamanan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3. Terdapat hubungan antara pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung
Telinga di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
4. Terdapat hubungan antara pelatihan terhadap penggunaan Alat Pelindung Telinga
di PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning III.
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang diteliti atau
apa yang diukur oleh variabel yang diteliti tersebut (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:112). Adapun definisi operasional penelitian (Tabel 3.1).
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No
Variabel
(1)
(2)
1. Kepatuhan
Pekerja
Definisi
Operasinal
(3)
Perilaku taat pekerja
dalam penggunaan
Alat Pelindung
Telinga
Alat Ukur
(4)
Kuesioner
Hasil ukur
(5)
1) Patuh
2) Tidak
patuh
Skala
(6)
Nominal
2.
Kuesioner
1) Merasa
nyaman
2) Merasa
tidak
nyaman
Nominal
3.
Kuesioner
1) Diawasi
2) Tidak
diawasi
Nominal
4.
Pelatihan
Praktik penggunaan
Alat Pelindung
Telinga dengan baik
dan benar
Kuesioner
1) Ada
2) Tidak ada
Nominal
5.
Penggunaan
Alat
Pelindung
Telinga
Penggunaan Alat
Pelindung Telinga
selama pekerja
berada di
lingkungan kerjanya
Kuesioner
1) Ya
2) Tidak
Ordinal
seluruh pekerja pada bagian produksi PT. Sinar Pantja Djaja Semarang Unit Spinning
III yang berjumlah 632 pekerja.
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2012:81). Dari
penelitian ini teknik sampel yang dipergunakan adalah simple random sampling,
dengan rumus :
N=
N
(1+ N ( d ) 2)
N=
632
(1+ ( 632 x 0,01 ) )
N=
632
1+6,32
N = 86,33 = 86 sampel
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%)
Data jumlah sampel yang akan diteliti adalah 86 sampel, pengambilan sampel
ditentukan dengan cara acak karena sampel dianggap memiliki peluang dan strata
yang sama.
3.7 Sumber Data
3.7.1 Data Primer
Data primer diartikan sebagai data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
(Sugiyono, 2012:225).
3.7.1.1 Wawancara
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi dalam suatu
topik tertentu, dilakukan untuk memperoleh masalah yang harus diteliti atau untuk
mengetahui hal-hal yang ingin diketahui lebih dalam (Sugiyono, 2012:231). Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan yang ada
sehingga bisa dikaji lebih lanjut.
yang harus diteliti dan peneliti mendapatkan data secara langsung dari responden
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:139). Wawanvara yang dilakukan dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui masalah yang harus diteliti.
3.9 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain :
1) Mengurus perijinan untuk melakukan penelitian
2) Melakukan wawancara untuk menemukan masalah yang harus diteliti
3) Menganalisis data yang sudah didapatkan
4) Menyusun proposal
3.10 Teknik Analisis Data
Data yang yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan
tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
3.10.1 Pengolahan Data
3.10.1.1
Editing
Sebelum data diolah perlu dilakukan editing. Editing dimaksudkan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kesioner yang digunakan saat
penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:176).
3.10.1.2
Coding
Setelah melalui tahapan editing maka langkah selanjutnya data diubah dalam
bentuk kode, dimana data yang tadinya berbentuk huruf atau kalimat diubah menjadi
bentuk angka atau bilangan. Tahapan ini yang disebut dengan tahapan coding
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:177).
3.10.1.3
Entry Data
Data yang sudah dalam bentuk kode tadi kemudian di input kedalam program
komputer. Langkah ini yang disebut dengan entry data (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:177).
3.10.1.4
Cleaning Data
Sesudah semua data atau responden selesai dimasukkan dalam program
komputer, data perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
dalam memasukkan kode-kode data dan ketidaklengkapan data yang perlu dilakukan
pembetulan yang dalam hal ini disebut data cleaning (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:177).
3.10.2 Analisis Data
3.10.2.1
Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:182). Analisis univariat
dalam penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel bebas yaitu kepatuhan
pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan dan variabel terikat yaitu
penggunaan Alat Pelindung Diri.
3.10.2.2
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan apakah dua variabel, yaitu
variabel bebas (kepatuhan pekerja, kenyamanan, pengawasan dan pelatihan ) dengan
variabel terikat (penggunaan Alat Pelindung Telinga) saling berhubungan atau tidak
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:183). Maka uji statistik yang digunakan adalah uji Chi
Square dengan tabulasi silang 2x2 karena skala variabel berbentuk ordinal. Dengan
taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0,05.
Syarat uji Chi Square apabila tidak dijumpai expected count kurang dari 5 atau
dijumpai expected count kurang dari 5 tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji chi square dengan membaca bagian Pearson Chi
Square, namun apabila ada persyaratan yang tidak terpenuhi maka dilakukan
penggabungan dan digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher (Widya, dkk, 2013:
139).
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono, 1992, Bunga Rampai Hiperkes & Keselamatan Kerja,
Surakarta: PT. Tri Tunggal Fajar.
Danggur Konradus, 2006, Keselamatan Kesehatan Kerja Membangun SDM
Pekerja yang Sehat, Produktif & Kompetitif, Litbang Danggur & Partners:
Penebar Swadaya.
Eko Budiarto, 2001, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: EGC.
Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Ismed Somat, 2013, Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Dian Rakyat.
J. M. Harrington, 2003, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.