undefined undefined
A. SENSORI NORMAL
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ
sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang
untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran
yang
sesuai,
dan
mengintegrasikan
informasi
menjadi
respon
yang
bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang
segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan
dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai
pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensai.Setelah
menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap
stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Stimulus (rangsangan)
Reseptor
Konduksi
Persepsi
Proses
sensorik
adalah
kemampuan
untuk
memproses
atau
menyadari
akan
adanya
input.
Proses
selanjutnya
adalah
adalah
tahap
organization,
yaitu
tahap
dimana
otak
Integrasi
adalah
Proses
neurologis
individu
dalam
mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan
dapat digunakan secara efektif dalam lingkungannya.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan
masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi
masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
- Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya
menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.
- Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam.
Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara
sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami
gangguan,
maka
perkembangan
bahasanya
juga
akan
terganggu.
- Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung,
fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau
makanan).
- Lidah (Gustatory)
disebut juga
sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak
pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan
informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi
gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat
atau lambat, gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan dan
emosi.
B. PERUBAHAN SENSORI
Banyak
faktor
mengubah
kapasitas
untuk
menerima
atau
karena
katarak
).
Kehilangan
sensori
secara
tiba-tiba
dapat
kearah
pembicara
untuk
mendengar
dengan
lebih
baik,
sementara klien lain mungkin menghidar dari orang lain untuk menghidari
malu karena tidak mampu memahami pembicaraan mereka.
Contoh defisit sensori umum :
a.
b.
c.
b.
Eliminasi perintah atau makna dari input ( misal terpapar pada lingkungan
asing )
c.
menawarkan
stimulasii
yang
bermakna
melalui
aktivitas
Lansia
yang
terbatas
dikursi
roda,
menderita
dari
Kognitif
Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan
masalah, penampilan tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi,
2.
Afektif.
Kebosanan,
kelelahan,
peningkatan
kecemasan,
kelabilan
emosi,
dan
Persepsi.
Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi
warna,
pergerakan
nyata,
keakuratan
taktil,
kemampuan
untuk
c.
Kerusakan memori
d.
e.
Palpitasi
a.
b.
c.
3.
mempersepsikan
lingkungan
secara
rasional.
Kelebihan
sensori
mencegah
respon
yang
bermakna
oleh
otak,
menyebabkan
pikiran
seseorang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan menjadi lelah.
Akibatnya, beban sensori yang berlebihan menyebabkan suatu keadaan
yang mirip dengan deprivasi sensori. Akan tetapi kebalikan dari deprivasi ,
kelebihan sensori adalah individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk
berfungsi sehat bervariasi setiap individu. Toleransi seseorang pada beban
sensori yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan
kesehatan emosional dan fisik.
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban sensori yang
berlebihan
dapat
dengan
mudah
menjadi
bingung
atau
disorientasi
b.
c.
a.
b.
c.
Disorientasi
d.
e.
f.
Usia
Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori. Jalur sarafnya masih belum
matang.
Pengelihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopia (ketidak
mampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan kaca mata baca
(biasanya terjadi dari usia 40-50)
Pendengaran berubah, yang dimulai pada usia 30, yang termasuk penurunan
ketajaman pendengaran, kejelasan bicara, perbedaan pola tinggi suara, dan
ambang pendengaran. Tinitus sering kali menyertai hilangnya pendengaran
sebagai efek samping obat. Lansia mendengar suara pola rendah dengan
baik tetapi mempunyai kesulitan mendengar percakapan dengan latar
belakang yg berisik.
Lansia memiliki kesulitan membedakan konsonal (F,S,TH, CH). Suara bicara
bergetar, dan terdapat perpanjangan persepsi dan reaksi bicra.
Perubahan gustatori dan olfaktori mencakup penurunan dalam jumlah ujung
saraf pengecap dalam tahun terakhir dan penurunan serabut saraf olfaktori
pd usia 50. Penurunan diskriminasi rasa dan sensifitas terhadapbau adalah
umum.
Proprioseptif
berubah
setelah
usia
60
termasuk
kesulitan
dengan
Medikasi
c.
Lingkungan
Tingkat Kenyamanan
f.
Merokok
Tingkat kebisingan
pemaparan yang konstan pada tingkat kebisinagn yang tinggi (misalnya pada
lokasi pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.
h.
Intubasi endotrakea
Kehilangan
kemampuan
bicara
sementara
akibat
pemasukan
selang
Orientasikan
kehadiran
anda
dengan
cara
menyentuh
klien
atau
5.
(permen karet)
Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan
wajar
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
B.
persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visusu hingga dapat menyebabkan kebutaan,
baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menagkap
rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan
sentuhan.
Oleh
mengoptimalkan
karena
fungsi
itu,
komunikasi
pendengaran
dan
yang
dilakukan
sentuhan
karena
harus
fungsi
Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran
5.
komunikasi.
6. Orientasikan klien dengan suara suara yang terdengar disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan /
ruangan yang baru.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
berkomunikasi
dengan
klien
yang
mengalami
gangguan
dilakukan
dengan
pendekatan
komunikasi
efektif,
yaitu
3.
4.
5.
mengakibatkan
fungsi
sensorik
dan
motorik
klien
mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Keadaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak,
trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun
gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Sering kali timbul
pernyataan tentang perlu tidaknya perawat berkomunikasi dengan klien
yang mengalami gangguan kesadaran diri ini. Bagaimanapun, secara etika
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan
komunikasi pada klien dengan gangguan kesadaran.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan kesadaran, halhal berikut perlu diperhatikan :
1.
2.
3.
F.
Klien Hallusinasi
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan
sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus
mempunyai kesadran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima, dan
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara
teraupetik. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami halusinasi
perawat
harus
bersikap
jujur,
empati,
terbuka
dan
selalu
memberi
Salam, Sapa klien dengan ramah, panggil nama klien, jujur / tepat janji,
empati dan menghargai. ( BHSP).
2.
Diskusikan
hasil
observasi
klien,
tanpa
menyangkal,
menyokong
Hadirkan realita, kontak yang singkat dan sering, topik yang singkat
(Menghadirkan realitas)
4.
Terima hallusinasi kien dengan Saya percaya anda mendengar suara itu,
saya sendiri tidak mendengar, Dorong untuk mengungkapkan perasaan
dengan tenang, perawat hangat, empati dan
kalem.(Menurunkan anxietas klien)
5.
Hati hati, Space ( melindungi klien dan orang lain dari bahaya.
fungsi
Biodata
Kebiasaan
promosi
kesehatan,
misal:
kebiasaan
membersihkan
atau batuan.
Orang yang berisiko: lansia, jenis pekerjaan, gangguan jiwa.
Kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Perawat
mengkaji
5.
6.
7.
melebar
halusinasi, auditori, visual, dan taktil
ilusi
delusi
8. Pemeriksaan fisik pada panca indera
Untuk mengidentifikasi deficit sensosri, perawat mengkaji penglihatan,
pendengaran, olfaksi, rasa dan kemampuan untu membedakan cahaya,
sentuhan, temperature, nyeri dan posisi.
a. Penglihatan
Minta pasien untuk membaca koran atau majalah.
Ukur ketajaman visual dengan grafik snellen chart
Kaji ukuran pupil dan akomodasi terhadap sinar
Minta pasien mengidentifikasi warna pada grafik berwarna atau crayon.
b. Pendengaran
Lakukan tes suara bisik atau garpu tala
Kaji persepsi klien gangguanakan kemampuan pendengaran dan riwayat
c.
-
tinnitus.
Observasi pasien yang berbincang-bincang dengan orang lain
Inspeksi adanya serumen yang keras pada saluran pendengaran
Sentuhan
Kaji kesensitifan klien terhadap sentuhan cahaya atau temperature
d.
-
e.
-
Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensori/perseptual ( penglihatan ) berhubungan dengan efek
baring
Perubahan sensori/perseptual ( gustatori ) berhubungan dengan efek dari
5.
yang
berlebihan.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan keseimbangan
10. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan persepsi yang dalam,
penurunan indra penciuman, pembentukan katarak
3)
1.
Evaluasi
Ketika merawat klien yang mengalami perubahan sensori, perawat
mengevaluasi apakah tindakan perawatan meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan kemampuan klien untuk berinteraksi dan berfungsi dalam
lingkungan. Sifat dasar perubahan sensori klien mempengaruhi cara perawat
mengevaluasi perawatan. Perawat mengadaptasikan hasil evaluasi pada
klien yang defisit sensori untuk menentukan apakah hasil actual sama
dengan hasil yang diharapkan. Misalnya, perawat menggunakan teknik
komunikasi yang sesuai untuk mengevaluasi apakah klien yang mengalami
defisit pendengaran mencapai kemampuan mendengar dengan lebih efektif.
Demikian pula perawat menggunakan material yang dicetak besar untuk
menguji kemampuan pengihatan klien yang rusak untuk membaca resep.
Jika hasil yang diharapkan tidak tercapai maka mungkin ada kebutuhan
untuk mengubah lingkungan klien. Anggota keluarga diperlukan untuk lebih
terlibat dalam mendukung klien.