Anda di halaman 1dari 9

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah RSUD Kabupaten Bekasi


Rumah sakit umum daerah Kabupaten Bekasi yang berkelanjutan
disebut RSUD Kabupaten Bekasi terletak di jalan Teuku Umar Cibitung, kode
pos 17511, Bekasi Jawa Barat. Tlp.(021) 88370449. RSUD Kota Bekasi
berukuran 6x18 m2, diatas tanah seluas 400m2.
Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat dan Bupati Bekasi pada
tanggal 6 Agustus 2003. Alasan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi adalah bahwa sejak pemisahan wilayah Bekasi menjadi
Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi termasuk aset-asetnya, maka Kabupaten
Bekasi praktis tidak memiliki sarana Rumah Sakit Umum Daerah sebagai
sarana pelayanan kesehatan rujukan terutama bagi masyarakat Kabupaten
Bekasi yang selama ini mencari pelayanan rujukan ke Rumah Sakit di
Kabupaten Karawang, Kota Bekasi dan DKI Jakarta.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi resmi dibuka untuk
umum pada tanggal 15 Agustus 2005, berdasarkan Instruksi Bupati Bekasi
Nomor : 2/2/2005 tentang pengoperasian Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten

Bekasi

dan

surat

ijin

operasional

Nomor

503/2440/DINKES/RS/2005 tentang izin penyelenggaraan Rumah Sakit


Umum Daerah Kabupaten Bekasi. Pelayanan yang diberikan terbatas pada
pelayanan rawat jalan 11 spesialistik, Unit Gawat Darurat, Ambulance dan
penunjang medis. Pada tanggal 25 Januari 2006, Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi mulai memberikan pelayanan Rawat Inap untuk kelas II
dan III dengan 60 tempat tidur dan penambahan fasilitas pelayanan yaitu
kamar operasi, kebidanan dengan 4 tempat tidur.
Pengukuhan nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi
melalui

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

HK.07.06/III/1870/08, tanggal 28 Mei 2008, tentang Pemberian Izin


Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dengan nama Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat. Sedangkan Type
Rumah sakit saat ini adalah type C sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 493/MENKES/SK/V/2008, tanggal 28 Mei 2008, tentang Penetapan
Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi milik Pemerintah
Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat.
I. Kebijakan
Kebijakan RSUD Kabupaten Bekasi dalam mewujudkan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun 2014
dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat;
2. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah sakit sesuai dengan
pelayanan yang berkembang;

3. Meningkatkan kualitas pelayanan pada keluarga miskin;


4. Meningkatkan kualitas tenaga Rumah Sakit yang profesional
5. Meningkatkan jenis pelayanan dan pendukung/penunjang pelayanan
kesehatan
6. Meningkatkan kerja sama pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga
7. Meningkatkan pengelolaan manajemen Rumah Sakit
8. Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit

B. Hasil Analisa Univariat


1. Asfiksia
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Bayi Baru Lahir yang mengalami Asfiksia
Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Ya
86
50
Tidak
68
50
Total
172
100
Dari Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 172 responden yang telah
diteliti, yang mengalami Asfiksia pada bayi baru lahir adalah 86 orang
(50%) dan yang tidak mengalami asfiksia adalah 86 orang (50%)

2. Usia
Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Bayi Baru Lahir yang mengalami Asfiksia


Berdasarkan Usia Ibu Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Resiko
45
26,2
Tidak Resiko
127
73,8
Total
172
100
Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 172 responden yang
telah diteliti, bayi baru lahir dengan usia ibu resiko (<20,>35) yang
terkena asfiksia adalah 45 orang (26,2%) pada bayi baru lahir yang usia
ibu tidak resiko adalah 127 orang (73,8%).

3. Paritas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Bayi Baru Lahir yang mengalami Asfiksia
Berdasarkan Paritas Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Resiko
55
32
Tidak
117
68
Total
172
100
Dari Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 172 responden yang telah
diteliti, yang mengalami Asfiksia pada bayi Baru lahir yang memiliki
paritas beresiko adalah 55 orang (32%) dan yang tidak beresiko adalah 117
orang (68%)
4. Riwayat Perdarahan anteupartum
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Bayi Baru Lahir yang mengalami Asfiksia
Berdasarkan perdarahan Anteu partum Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Ya
23
13,4
Tidak
149
86,6
Total
172
100

Dari Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 172 responden yang


telah diteliti, yang paling banyak mengalami asfiksia pada bayi baru
lahir yang berdasarkan perdarahan anteupartum adalah 23 orang (13,4%)
dan yang tidak memiliki perdarahan adalah 149 orang (86,6%).
5. Anemia
Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Bayi Baru Lahir yang mengalami Asfiksia


Berdasarkan Anemia Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Ya
34
19,8
Tidak
138
80,2
Total
172
100
Dari Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 172 responden yang telah
diteliti, yang mengalami asfiksia
mengalami anemia

pada ibu bayi baru lahir yang ibu

adalah 34 orang (19,8%) dan tidak mengalami

anemia adalah 138 orang (80,2%).

C. Hasil Analisa Bivariat


1. Hubungan Usia Ibu dengan Asfiksia
Tabel 5.6
Hubungan antara Usia ibu Dengan Kejadian Asfiksia Di RSUD
Bekasi Tahun 2015
Asfiksia
Ya

USIA

Tidak

Total

(F)

(%)

(F)

(%)

Resiko

25

55,6

20

44,4

Tidak

61

48,0

66

52,0

value

45

1,352
0,008

127

Odd
Ratio
95% CI

Total

86

100

86

100

172

Berdasarkan tabel 5.6 terlihat dari 172 responden. Usia ibu yang
resiko (<20,>35) dengan bayi baru lahir yang mengalami Asfiksia ada 25
orang (55,6%) sedangkan usia ibu yang resiko tidak mengalami asfiksia
ada 20 orang (44,4%). Dan usia ibu yang tidak beresiko mengalami
asfiksia ada 61 orang (48%) sedangkan usia ibu yang tidak beresiko tisak
mengalami asfiksia ada 66 orang (52%).
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai value =0,488
atinya tidak ada hubungannya antara usia dengan kejasian asfiksia pada
bayi baru lahir.
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai OR = 1,352
Artinya, responden yang usia ibu beresiko (<25->35) lebih memiliki
peluang 1,352 kali untuk mengalami bayi baru lahir asfiksia dibandingkan
dengan responden usian ibu tak beresiko. Maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan Usia dengan kejadian asfiksia.

2. Hubungan paritas dengan Asfiksia


Tabel 5.7
Hubungan antara Paritas ibu Dengan Kejadian Asfiksia Di RSUD
Bekasi Tahun 2015
Asfiksia
Ya

Paritas

Resiko

Tidak

(F)

(%)

(F)

(%)

37

67,3

18

18

Total

value

55
0.003

Odd
Ratio
95%
CI
2,853

Tidak

49

41,9

68

58,1

Total

86

100

86

100

117
172

Berdasarkan tabel 5.7 terlihat dari 172 responden. paritas yang


resiko dengan bayi baru lahir yang mengalami Asfiksia ada 37 orang
(67,3%) sedangkan paritas yang resiko tidak mengalamiaasfiksia pada
bayi baru lahir ada 18 orang (32,7%). Dan paritas yang tidak beresiko
mengalami asfiksia ada 49 orang (41,9%) sedangkan paritas yang tidak
beresiko tisak mengalami asfiksia ada 68 orang (58,1%).
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai value =0,003
artinya ada hubungannya antara paritas dengan kejasian asfiksia pada bayi
baru lahir.
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai OR = 2,853
Artinya, responden yang paritas beresiko lebih memiliki peluang 2,853
kali untuk mengalami bayi baru lahir asfiksia dibandingkan dengan
responden paritas ibu yang tidak beresiko. Maka dapat disimpulkan ada
hubungan paritas dengan kejadian asfiksia.

3. Hubungan perdarahan anteupartum dengan Asfiksia


Tabel 5.8
Hubungan antara perdarahan anteupartum Dengan Kejadian
Asfiksia Di RSUD Bekasi Tahun 2015
Asfiksia

Perdar
ahan
anteu
partum

(F)

(%)

(F)

(%)

Ya

17

73,9

26,1

Ya

Tidak

Total
23

value

Odd
Ratio
95%
CI

0.025
Tidak

69

46,3

80

53,7

Total

86

100

86

100

3,285

149
172

Berdasarkan tabel 5.8 terlihat dari 172 responden. Responden yang


mengalami perdarhan anteupartum dengan bayi baru lahir yang mengalami
Asfiksia ada 17 orang (73,9 %) sedangkan yang resiko tidak mengalami
asfisia pada bayi barulahir ada 20 orang (44,4%). Dan ibu yang tidak
beresik dan mengalami asfiksia ada 61 orang (46,3%) sedangkan ibu yang
tidak mengalami perdahan anteupartum yang tidak beresiko tidak
mengalami asfiksia ada 80 orang (53,7%).
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai value =0,025
artinya ada hubungannya antara perdarahan anteupartum dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir.
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai OR = 3,285
Artinya, responden yang ibu memiliki perdahan anteupartum lebih
memiliki peluang 3,285 kali untuk mengalami bayi baru lahir asfiksia
dibandingkan dengan responden dengan ibu tak beresiko. Maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara perdarahan anteupartum dengan
kejadian asfiksia.

5. Hubungan Anemia dengan Asfiksia


Tabel 5.9
Hubungan antara perdarahan anteupartum Dengan Kejadian
Asfiksia Di RSUD Bekasi Tahun 2015

Asfiksia
Ya

Anemia

Tidak

(F)

(%)

(F)

(%)

Ya

27

79,4

20,6

Tidak

59

42,8

79

57,2

Total

86

100

86

100

Total

value

Odd
Ratio
95%
CI

34
0,000

5,165

138
172

Berdasarkan tabel 5.9 terlihat dari 172 responden. Responden yang


mengalami Anemia dengan bayi baru lahir yang mengalami Asfiksia ada
27 orang (79,4 %) sedangkan yang ibu mengalami anemia dan tidak terjadi
asfiksia pada bayi baru lahir ada 7 orang (20,6%). Dan ibu yang tidak
mengalami anemia dan mengalami asfiksia ada 59 orang (42,8%)
sedangkan ibu yang tidak mengalami anemia tidak mengalami asfiksia
ada 79 orang (57,2%).
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai value =0,000
artinya ada hubungannya antara anemia dengan kejadian asfiksia pada bayi
baru lahir.
Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai OR = 5,165
Artinya, responden yang ibu memiliki anemia lebih memiliki peluang
5,165 kali untuk mengalami bayi baru lahir asfiksia dibandingkan dengan
responden dengan ibu tidak mengalami. Maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara anemia dengan kejadian asfiksia.

Anda mungkin juga menyukai