Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan ratarata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat
darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS JIH Yogyakarta
khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RS Sumber Sejahtera.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi
1.
2.
8.
9.
10.
Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki
sehingga
menimbulkan
cedera
fisik,
mental
dan
sosial.
Tempat kejadian :
Kecelakaan di sekolah.
2.
Mekanisme kejadian:
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3.
Waktu kejadian
Waktu perjalanan (travelling/transport time)
-Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain lain.
11.
Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 3
12.
Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pancreas.
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera,
2. Infeksi,
3. Keracunan (poisoning),
4. Degerenerasi (failure),
5. Asfiksi,
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolit ),
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4 6), sedangkan kegagalan
SISTEM /organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.
4. Ditempat kejadian.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 4
BAB II
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 5
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM.
1. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
No
1
Nama Jabatan
As Men Pelayanan
Keperawatan
Ka Ru IGD
Dokter IGD
TPK
Kualifikasi
Formal
SKP / SKM /
Setingkat
D III
Keperawatan
Dokter Umum
Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
D III
Keperawatan
Dokter Umum
Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
SMU
Keterangan
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Ka Ru,
1 orang Pelaksana.
2. Untuk Dinas Sore :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift.
1 orang Pelaksana.
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS. Kategori :
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 6
Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan
Keperawatan.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas
sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu IGD akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat
IGD yang tinggal di asrama.
Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 7
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SOP terlampir).
2.
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1.
2.
Untuk
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
Untuk
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
3.
Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
BAB III
STANDAR FASILITAS
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 9
A. Denah Ruangan
Denah terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD RS Sumber Sejahtera berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan
Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan
ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri dari
satu (1) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 (dua) tempat tidur,
ruangan observasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator.
Alat alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction (1 set),
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter (1 set),
3. Laringoskope anak & dewasa (1 set),
4. Spuit semua ukuran (masing masing 10 buah).
5. Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan).
6. Infus set / transfusi set (5/5 buah).
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang
(1 buah).
8. Gunting besar (1 buah).
9. Defribrilator (1 buah).
10. Monitor EKG (1 buah).
11. Trolly Emergency yang berisi alat alat untuk melakukan resusitasi (1 buah).
12. Papan resusitasi (1 buah).
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 10
4 x 5 em (5 buah),
4 x10 em (5 buah).
3. Vena seksi set (1 set).
4. Extraksi kuku set (2 set).
5. Hecting set (5 set).
6. Benang benang / jarum segala jenis dan ukuran:
Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah),
Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah),
Jarum (1 set).
7. Lampu sorot (1 buah ).
8. Kassa (1 tromel ).
9. Cirkumsisi set (1 set).
10. Ganti verban set (3 set).
11. Stomach tube / NGT :
Nomer 12 ( 3 buah );
Nomer 16 ( 3 buah );
Nomer 18 ( 2 buah )..
12. Spekulum hidung ( 2 buah).
13. Spuit sesuai kebutuhan :
5 cc (5 buah),
2.5 cc (5 buah).
14. Infus set (1 buah).
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 11
( 5 buah ),
2.5 cc ( 5 buah ),
5 cc
( 5 buah ),
10 cc ( 5 buah ),
20 cc ( 3 buah ),
50 cc ( 3 buah ),
17. Tensimeter ( 1 buah ).
18. Stetoskop ( 1 buah ).
19. Thermometer ( 1 buah ).
20. Tiang infus ( 1 buah ).
Alat alat untuk ruang observasi :
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 12
( 5 buah ),
2.5 cc ( 5 buah ),
5 cc ( 5 buah ),
10 cc ( 5 buah ),
20 cc ( 3 buah ),
50 cc ( 3 buah ).
Alat alat dalam trolly emergency :
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RS.
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RS.
Alat alat kesehatan.
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ).
2. Oropharingeal airway : Nomer 3 ( 2 buah ),- Nomer 4 ( 2 buah ).
3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set ).
4. Magyl forcep.
5. Face mask ( 1 buah )
6. Urine bag non steril ( 5 buah ).
7. Spuit semua ukuran.
8. Infus set ( 1 set).
9. Endotracheal tube ( dewasa & anak ) :
Nomer 2.5 ( 1 buah ),
Nomer 3 ( 1 buah ),
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 13
Nomer 4 ( 1 buah ),
Nomer 7 ( 1 buah ),
Nomer 7.5 ( 1 buah ),
Nomer 8 ( 1 buah ).
10. Slang oksigen sesuai kebutuhan
11. Stomach tube / NGT :
Nomer 16 ( 2 buah ).
Nomer 18 ( 2 buah ).
Nomer 12 ( 3 buah ).
12. IV catheter sesuai kebutuhan :
Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah ).
Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah ).
13. Suction catheter segala ukuran :
Nomer 10 ( 3 buah ).
Nomer 12 ( 2 buah )
14. Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 )
Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua ) unit ambulance
yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
1. Perlengkapan Ambulance
2. Ac
3. Sirine
4. Lampu rotater
5. Sabuk pengaman
6. Sumber listrik / stop kontak
7. Lemari untuk alat medis
8. Lampu ruangan
9. Wastafel
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 14
1. Injeksi
No
1.
2.
Nama Obat
Adona AC 10 ml
Alupent
Satuan
Ampul
Ampul
Jumlah
6
2
3.
Aminophilin
Ampul
14
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Atropin sulfat
Buscopan
Catapres
Cedation
Cortidex
Diazepam
Dicynone
Dormicum
Ephinephrin
Lasik
Lidocain
Metro clopramide
Nicholin 250 mg
Nicholin 100 mg
Naotropil 1 gr
Novalgin
Orodexon
Phenobarbital
Pethidine
Pulmicortn Naspv
Ranitidine
Remopain
Renatoc
Toradol 50 mg
Panadol
Transamin
Valium
Vit k
Tramal 100 mg
ATS 1500 u
Vaksin Engerik BIn-1
Vaccin Engerik o,5
ml
Kallium clorida
Meylon 25 ml
Meylon 100 ml
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Asmpul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Tube
125
14
3
5
6
5
5
2
16
94
5
2
2
5
5
4
2
2
8
5
5
2
1
5
7
14
2
1
10
3
Jenis Obat
Haemostatic
Anti asthmatic dan COPD
preparations
Anti asmatic dan COPD
preparations
Anti spasmodics
Anti spasmodics
Other Anti hypertensives
Anti emetics
Corticosteroid Hormones
Minor Transquillizer
Haemostatics
Hypnotics dan sedatives
Asnastetic lokal & general
Diuretics
Anastetic lokal
Anti emetik
Neuroprotector
Neoroprotector
Neuroprotector
Analgetik
Anti inflamasi
Sedatif
Sedatif
Broncodilator
Antacida
Analgetik
Antacida
Analgetik
Analgetik
Haemostatics
Sedatif
Anti perdarahan
Analgetik
Anti tetanus
Vaksinasi hepatitis
Tube
Vaksinasi hepatitis
Flacon
Flacon
Flacon
6
9
1
Elektrolit
35
36
37
38
2. Tablet
N
o
1.
2.
3.
4.
Nama Obat
Satuan
Jumla
h
Adalat 5 mg
Adalat 10 mg
Cedocard 5 mg
Nitrobat
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
10
10
8
10
3. Cairan Infus
No
Nama Obat
Satuan
1. Asering
Kolf
2. Dextrose 5 % 250 ml
Kolf
3. Dextrose 5 % 500 ml
Kolf
4 Dextrose 10 % 500ml
Kolf
5. Dextrose In Saline
Kolf
0,225
6. Dextrose 0,5 Darrow
Kolf
7. Kaen 3 B
Kolf
8. Kaen 3 A
Kolf
9. Larutan 2 A
Kolf
10. Manitol 250 cc
Kolf
11. Nacl 0,9 % 250 ml
Kolf
12. Nacl 0,9 % 500 ml
Kolh
13. Nacl 3 %
Kolf
14. Ringer Dextrose
Kolf
15 Ringer Lactat
Kolf
16. Ringer Solution
Kolf
17. Dex 40 % 25 ml
Flalon
4. Suppositoria
No
Nama Obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis Obat
Amicain Supp
Primperan
sup
Child
Primperan
Sup
Adult
Paracetamol Sup
Propyretic 160 mg
Proris Sup
Stesolid 5 mg rect
Stesolid 10 mg rect
Jenis Obat
3
1
1
7
2
1
5
1
6
13
2
6
Satuan
Jumla
Jenis Obat
Supp
Supp
h
2
3
Anti emetik
Anti emetik
Supp
Anti emetik
Supp
Supp
Supp
Tube
Tube
1
1
6
5
7
2.
OBAT PENUNJANG
1. Injeksi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
9.
10
.
Nama Obat
Cedantron
Calsium gluconas
Zantadin
Lanoxin
Neurobion 5000
Papaverin
Sotatik
Cortison Asetat
Kanamycin 1 gr
Procain Penicillin
Satuan
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Flacon
Flacon
Flacon
Jumla
h
5
3
5
2
5
12
8
4
10
2
Jenis Obat
Antiemetik
Vitamin (elektrolit)
Antasida
Cardiac drugs
Vitamin
Anti spasmudics
Anti emetik
Anti inflamasi
Antibiotik
Antibiotik
2. Obat tablet
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Obat
Satuan
Aspilet
Tablet
Jumla
h
7
Inderal
Inopamil
Isorbid
Merislon
Propanolol
Strocain
Norit
Ponstan
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
5
5
2
2
3
5
15
2
Jenis Obat
Anti
coagulans,
trombotics
Beta Blockers
anti
Cardiac drugs
Anti vertigo
Beta Blockers
Antacid& Antiulcerant
Analgetic& Antipiretic
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
1. Petugas Penanggung Jawab
Perawat IGD
Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
Status Medis
2.
Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan sekuriti untuk mencari
identitas pasien
3.
4.
Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di
bagian admission
2.
Petugas Operator
Dokter / perawat IGD
Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS JIH adalah dengan nomor extension masingmasing unit
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan
diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD melalui
bagian operator
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan pesawat
telephone dan handphone
4. Dari luar RS JIH dapat langsung melalui operator
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE
1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Stetoscope
Tensimeter
Status medis
Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah
5. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang
non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
1. Petugas Penangung Jawab
Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 20
Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent
pada pasien/keluarga pasien disaksikan oleh perawat
pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat.
Perawat Admission
2. Perangkat Kerja
Stetoscope
Tensi meter
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 21
Alat Tulis
2.
Perangkat Kerja
Petugas Satpam
Perangkat Kerja
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 22
2. Perangkat Kerja
Senter
Stetoscope
EKG
Surat Kematian
Tata Laksana Death On Arrival IGD (DOA)
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum /
keamanan
I. TATA LAKSANA SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
1. Petugas Penanggung Jawab
Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
Ambulan
Handphone
Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang
akan dibawa, kepada perawat IGD RS JIH.
2. Isi informasi mencakup :
Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan halhal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas ambulan.
Ambulan
Formulir rujukan
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RS
Sumber Sejahtera / ambulan 118 sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
3. Spesimen
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat | 25
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringanan
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
D. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden Keselamatan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung
ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit
ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui Kewaspadaan
Umum atau Universal Precaution yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi Petugas Kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip Universal Precaution.
Tindakan yang beresiko terpajan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di RS JIH dalam memberikan pelayanan adalah angka
keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita yang dilayani > 5
menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP