Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH JARING INSANG (Gill net)

Kelompok 1/ Perikanan B
ADAN PRABHASWORO L

NPM. 230110150145

ARIL PRANATA

NPM. 230110150156

INGGIA PUTRA

NPM. 230110150141

M IHSAN FAUZAN

NPM. 230110150081

NAILA AMALIA

NPM. 230110150092

NURMUKLIS RUBIANSYAH

NPM. 230110150090

RUTH YECIKA

NPM. 230110150083

SINDI HANDAYANTI

NPM. 230110150138

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

HALAMAN NILAI

No

NAMA

NPM

ADAN P L

230110150145

ARIL PRANATA

230110150156

INGGIA PUTRA

230110150141

M IHSAN FAUZAN

230110150081

NAILA AMALIA

230110150092

NURMUKLIS R

230110150090

RUTH YECIKA

230110150083

SINDI HANDAYANTI

230110150138

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Gill net
yang merupakan bagian dari tugas mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat kesulitan. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, kami menyadari akan segala kekurangan yang ada
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
oleh kami maka kami mengucapkan maaf yang sebesar besarnya apabila baik
dalam dalam penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.

Jatinangor, 8 Oktober 2016

Kelompok 1

iii

DAFTAR ISI

BAB

Halaman
HALAMAN NILAI.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

II

ISI
2.1 Deskripsi dan Nama Daerah Gill Net ............................................ 3
2.2 Konstruksi dan Bagian-bagian Alat Tangkap................................. 4
2.3 Gambar Konstruksi......................................................................... 7
2.4 Bahan yang Digunakan................................................................... 8
2.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugasnya.................................... 13
2.6 Ukuran Kapal.................................................................................. 14
2.7 Alat Bantu Penangkapan................................................................. 20
2.8 Hasil Tangkapan............................................................................. 21
2.9 Inovasi Alat Tangkap...................................................................... 22

III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 24

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu
manusia neanderthal(neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan
(sahrhange and lundbeck,1991), dengan menggunakan tangan kemudian profesi
ini berkembang secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan
mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara
penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan
teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoprasiannya serta kapal yang dapat
menunjang keberlangsungan penangkapan, yang disebut dengan Metode
Penangkapan Ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan
Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhyoa (1981)
pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik
penangkapan ikan di Indonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku
ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah
mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil
sehingga dengan adanya ikan kecil di tempat penangkapan maka ikan-ikan besar
pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan
perkembangan peradaban manusia, dapat mendorong manusia untuk semakin
kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu dalam pembuatan
makalah ini mengambil salah satu jenis alat tangkap yaitu gill net.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah Gill Net ini yaitu:
A. Apa yang dimaksud dengan Gill Net?
B. Bagaimana konstruksi dan bagian-bagian Gill Net?
C. Berapa ukuran kapal yang sesuai untuk alat tangkap Gill Net?
1

D. Apa saja hasil tangkapan dengan menggunakan Gill Net?


E. Apa saja inovasi dari alat tangkap Gill Net?
1.3

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah Gill Net ini yaitu:
A. Mengetahui dan memahami alat tangkap Gill Net.
B. Mengetahui dan memahami konstruksi dan bagian-bagian Gill
Net.
C. Mengetahui dan memahami ukuran kapal yang sesuai untuk alat
tangkap Gill Net.
D. Mengetahui

dan

memahami

hasil

tangkapan

dengan

menggunakan Gill Net.


E. Mengetahui dan memahami inovasi dari alat tangkap Gill Net

BAB II
ISI
2.1 Deskripsi dan Nama Daerah Gill Net
Jaring insang (gillnet) merupakan jaring berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang
karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan terjerat dibagian insangnya pada
mata jaring. (Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Gillnet atau jaring
insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang
dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atasbawah (kadang tanpa ris bawah:
sebagian dari jaring udang barong) (Subani dan Barus 1999)
Jaring insang adalah suatu dinding jaring berbentuk empat persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring,
dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas jaring dan pemberat pada bagian
bawah jaring. Jaring insang dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya
gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring insang umumnya karena
terjerat (gilled) dibagian belakang penutup insang ataupun terpuntal (entangled)
pada mata jaring, baik untuk jaring insang yang hanya terdiri dari satu lapis
jaring, dua lapis maupun tiga lapis jaring(trammelnet). Nama lain dari jaring
insang adalah Jaring senar, Jaring klitik, Jaring sirang, Jaring puntal, Jaring
hanyut,, Jaring kantong
Deskripsi umum jaring insang atau gillnet :
Pada umumnya yang disebut gillnet adalah jaring yang berbentuk empat
persegi panjang, mempunyai mata jaring yang ukurannya sama pada seluruh
jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya.
Pada lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung (float) dan bagian
bawah diletakkan pemberat (singker)
Secara umum bagian gill net terdiri atas pelampung yang terbagi atas
pelampung tanda dan pelampung tali ris atas, tali ris atas dan bawah, tali
selambar, tali pelampung, pemberat (sinker), badan jaring, mata jaring, dan
jangkar (untuk set gillnet).
Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari
float yang bergerak menuju ke atas dan singker ditambah dengan berat jaring
di dalam air yang bergerak menuju ke bawah, maka jaring akan terentang.

33

Jaring-jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting
(piece), dalam satu tintingnya mempunyai dimensi panjang 100 m dan lebar
100 mata jaring (1 mata = 1 inchi).
Dalam operasi penangkapan jaring biasanya terdiri dari beberapa tinting
yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu unit dengan panjang
mencapai (300 - 500 m).
2.2 Konstruksi dan Bagian-bagian Alat Tangkap

Konstruksi umum

Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jarring dengan
bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya
pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jikan di bandingkan dengan
panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Pada lembaranlembaran jaring,
Pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah
dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan
arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force
dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju
kebawah, maka jaring akan terang.

Detail Konstruksi

Pada kedua ujung jarring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak
jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut ,maka
dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi
tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan
damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda
yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat
diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.

Karakteristik

Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yangmenjadi
tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal. Bottom gill net berbentuk empat
persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan
ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.Besarnya mata jaring bervariasi
tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan. Jaring gill net

direntangkan pada float berbendera yangdiletakkan pada kedua belah pihak ujung
jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.

Bagian Bagian Gill net

1. Jaring Utama atau Badan Jaring


Jaring utama adalah merupakan sebuah lembaran jaring yang tergantung
pada tali ris atas. Warna jaring yang umum dipakai untuk gillnet adalah warna
bening atau biru laut, agar ikan sulit mendeteksi keberadaan jaring di dalam
perairan. Warna jaring apabila pengoperasian pada waktu malam hari yaitu jenis
jaring yang dipilih sebaiknya warna biru atau hijau, sedangkan untuk operasi
siang hari dipilih warna putih.
2. Tali Ris Atas
Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali
pelampung. Untuk menghindarkan agar gillnet tidak terbelit sewaktu
dioperasikan (terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat
rangkap dua dengan arah pintalan yang berlawanan (S-Z). Fungsi dari tali ris atas
terutama adalah untuk tempat melekatnya pelampung serta bersama dengan tali
ris bawah memberi bentuk pada jaring tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa
bahan dari tali ris atas sebaiknya dipilih bahan yang memiliki berat jenis kurang
dari satu serta tahan terhadap gesekan, baik itu gesekan dengan bahan diluar
jaring (misalnya gesekan tali dengan bagian tertentu dari perahu). Tali ris yang
biasanya digunakan untuk jaring insang biasanya terbuat dari polyethylene
(Alam Ikan 5).
3. Tali Ris Bawah
Pada gillnet permukaan jarang menggunakan tali ris bawah sedangkan
pada gillnet pertengahan dan gillnet dasar kadang-kadang digunakan tali ris
bawah. Tali ris bawah ini berfungsi untuk tempat melekatnya pemberat.
4. Tali Pelampung
Untuk gillnet pertengahan dan gillnet dasar disamping tali ris atas yang
berfungsi melekatkan pelampung jaring, masih ada lagi pelampung
tambahan yang berada di permukaan perairan yang berfungsi sebagai tanda
tempat gillnet dioperasikan. Pelampung ini biasanya dipasang pada tiap-tiap
piece (pada sambungan antara piece dengan piece). Tali pelampung ini,
terentang panjangnya dari tempat pemasangan alat itu, kedudukan alat dipasang
sampai permukaan laut.
5

5. Pelampung
Pelampung yang melekat pada tali ris atas, pada gillnet pertengahan dan
gillnet dasar berfungsi untuk mengangkat tali ris agar jaring dapat berdiri tegak
terhadap permukaan air, diperlukan pelampung tambahan yang berfungsi sebagai
tanda di permukaan perairan. Bahan pelampung umumnya dari
gabus/plastik/busa karet.
6. Pemberat
Ada dua macam pemberat yang biasanya digunakan untuk gillnet, yaitu
pemberat dari saran dan pemberat dari logam atau batu. Pemberat dari saran
adalah berbentuk jaring dengan ukuran mata yang sama dengan ukuran mata
jaring yang dipergunakan dan umumnya memang sudah dipasang langsung dari
pabrik pembuatannya. Pemberat dari logam biasanya bahannya dari timah atau
logam lain yang tidak mudah berkarat dan dibentuk serta murah harganya.
Kadang-kadang pemberat juga dapat mempergunakan bahan dari batu atau
benda-benda lain yang berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis air
laut. Fungsi dari pemberat adalah memperbesar kekuatan jaring dan memberikan
gaya rentangan pada jaring bersama dengan pelampung.
7. Tali Selambar
Pada ujung gillnet (yang pertama diturunkan sewaktu operasi)
dipasang tali selambar yang disebut tali selambar depan dan gunanya untuk
mengikatkan ujung gillnet yang lain diikatkan dengan tali selambar yang disebut
tali selambar belakang. Fungsi
tali selambar belakang
disamping
untuk mengikatkan ujung gillnet dengan pelampung tanda kadang-kadang juga
untuk mengikatkan gillnet dengan kapal.
8. Mata Jaring
(Alam Ikan 6), mengatakan bahwa satu mata jaring dibentuk oleh empat
simpul. Mata jaring akan terbuka secara maksimum, jika keempat simpul ini
bekerja gaya-gaya yang sama besarnya, dua gaya pada arah horizontal yang
berlawanan arah dan dua gaya pada arah vertikal yang berlawanan arah pula.
Baik arah maupun besar dari gaya-gaya ini haruslah selalu berada dalam keadaan
seimbang sehingga biarpun keadaan perairan berubah-ubah, mata jaring tetap
terbuka maksimum. Pada kenyataannya tidaklah mudah untuk mendapatkan hal
yang demikian.

2.3 Gambar Konstruksi

Gambar 1. Jaring Insang


Jaring insang termasuk kelompok alat penangkap yang selektif, ukuran
minimum ikan yang menjadi target tangkapan dapat diatur dengan cara mengatur
ukuran mata jaring yang digunakan. Ikan-ikan yang menabrak jaring. Ukurannya
mata jaring dan bukaannya sangat ditentukan oleh ikan yang menjadi tujuan
penanangkapan.
Ikan yang akan dijerat pada overculumnya adalah ikan yang memiliki
bentuk dan ukuran yang sama. Ikan dijerat dengan mengggunakan mata jaring
yang dibuat terbuka. Terbukanya mata jaring ditentukan oleh bentuk dan ukuran
potongan melintang di bagian overculum spesies tujuan penangkapan.
Bagaimana potongan melintang ikan dan mata jaringnya? perhatikan gambar 2.
Gambar 2 adalah cara mengukur bagian insang ikan dengan menggunakan
benang jaring dan Gambar 3 adalah hasil pengukuran. Panjang tali tersebut
adalah ukuran mata jaring dibagi dua atau setengan panjang tali adalah ukuran
mata jaring.
Secara umum bentuk potongan melintang ikan terbagi menjadi tiga, yaitu
bentuk bulat, bentuk pipih vertikal dan bentuk pipih horisontal. Sebagai patokan
7

pertama adalah ikan yang berpotongan melintang bulat (gambar 3.B), maka
bentuk bukaan mata jaringnya mirip belah ketupat. Demikian pula untuk
potongan melintang ikan pada gambar 3. A, B dan C dapat menggambarkan
bagaimana besranya bukaan mata jaring insang.
Ukuran mata jaring adalah sama dengan panjang tali hasil pengukuran
(Gambar 2).

Gambar 2.
Mengukur Mata
jaring

A
Bentuk segiempat pada gambar 3.A adalah bentuk bukaan mata jaring
untuk menjerat ikan yang berbentuk melebar, seperti ikan sebelah dan
cucut. Segiempat pada gambar 3.B adalah bentuk bukaan mata jaring
yang digunakan untuk menangkap ikan yang berbentuk bulat seperti
ikan tongkol atau cakalang. Sedangkan segiempat pada gambar 3.C
adalah bentuk bukaan mata jaring yang digunakan untuk mennagkan

Gambar 3.
Bentuk

ikan berbentuk pipih seperti ikan tenggiri atau kwee.


2.4 Bahan yang Digunakan

BENANG JARING

Jaring insang pada umumnya terbuat dari bahan Polyamide monofilamen


atau dikenal juga dengan nama benang senar. Benang jaring ini paling banyak
digunakan sebagai bahan pembuat jaring. Benang ini berbentuk bulat, licin dan
transparan. Diperlukan benang yang licin dan berbentuk bulat agar ikan mudah

terpeleset masuk ke dalam mata jaring, dan elastis agar benang dengan sendirinya
akan menjerat ikan.

PELAMPUNG

Pelampung buatan pabrik (gambar 5) umunya mahal, sehingga nelayan


banyak menggunakan pelampung alternatif seperti dari karet sendal jepit. Karet
ini mudah didapat dari sisa pabrik pembuatan sandal jepit. Kadang juga diperoleh
dari para pemulung barang bekas. Pelampung utama (Gambar 6) menggunakan
botol plastik bekas akua, atau menggunakan stereoform bekas yang dibungks
denga lembaran jaring.

Gambar 4. Benang jaring insang

Gambar 5. Bentuk-bentuk pelampung buatan


pabrik

Gambar 7. Pelampung dari Kayu

Gambar 6. Pelampung Utama


9

PEMBERAT
Bahan pemberat jaring insang umumnya menggunakan timah hitam. Timah

yang dibentuk dengan cara dicor. Pemberat umumnya memiliki lubang di


tengahnya (arah mendatar). Bahkan ada juga yang menggunakan batu kecil bulat
yang dibungkus dengan jaring.

WEBBING

Istilah yang umum digunakan untuk badan jaring adalah webbing. Umumnya
jika benang jaring yang dibuat oleh pabrik Indonesia menggunakan nomor
benang(60 s/d 2000) atau 210/d/6 maka panjang weebing adalah 90 meter atau
100 yard. Jumlah kedalaman mata jaring adalah 70 mata.
BAGIAN-BAGIAN JARING

TALI RIS ATAS DAN RIS BAWAH


Tali ris atas merupakan komponen pembentuk jaring dan sekaligus

pengatur bukaan mata jaring. Pada ris atas inilah dipasangkan pelampung dan
jaring. Diantara jaring umumnya menggunakan srampad (selvedge) yang
berfungsi sebagai peredam beban tegangan dari dua tali ris yang berukuran besar
dan kuat yang harus diterima oleh benang jaring jauh lebih kecil dan lemah.
Namun demikian, para anelayan kurang memperhatikan hal ini sehingga webbing
langsung dipasangkan pada ris.

Gambar 8. Tali Ris


10

Tali ris atas sering juga disebut sebagai tali pelampung adalah tali yang
terdapat pada bagian atas jaring insang. Tali ris atas terdiri dari dua utas tali.
Satu utas tali untuk tempat memasang pelampung dan disebut dengan tali ris
utama. Tali yang kedua digunakan untuk memasang (menggantungkan) badan
jaring insang. Kedua tali ris atas biasanya berukuran sama tetapi berbeda arah
pintalannya yaitu pintal kanan dan pintal kiri.

Lihat gambar 2.8 kedua tali

memiliki arah pintalan yang berbeda. Gunanya adalah agar saat tali ditarik tidak
melintir, sehingga jaring ikut pula terpintal.
Pemasangan pelampung dipasang pada jarak yang sama sepanjang ris atas,
sama juga dengan pemsangan pemberat pada ris bawah. Tujuannya adalah daya
apung dan daya tenggelam merata pada seluruh badan jaring insang.

Atau

dengan kata lain, bukaan mata jaring akan sama disemua tempat di seluruh
permukaan webbing.
Ukuran maupun konstruksi ris bawah maupun bahan tali ris bawah sama
halnya dengan ris atas. Juga terdiri dari dua utas tali yang diikat menjadi satu
sehingga berperan menjadi satu tali ris bawah. Satu diantara tali ris bawah
digunakan untuk memasang pemberat dan yang lainnya sebagai tumpuan
webbing.

Gambar 9. Ris Bawah dan Pemberat

TALI PELAMPUNG UTAMA DAN JANGKAR


Tali pelampung utama sangat berguna jika akan mengoperasikan jaring

insang di lapisan perairan pertengahan atau di lapisan dasar (perhatikan gambar


10, 11, 12).

11

Gambar 10. tali jangkar yang


diperlukan pada jaring insang
permukaan tetap

Gambar 11. tali pelampung


utama dan tali jangkar yang
dipasang pada gillnet

Gambar 12. Tali pelampung


utama pada jaring insang dasar

TALI SELAMBAR
Tali slambar terdiri dari tiga jenis. Jenis yang pertama adalah tali yang

menghubungkan antara jaring insang yang terpasang di air dengan kapal. Jenis
yang kedua adalah yang menghubungan natara satu pis jaring insang dengan pis
lainnya. Sedangkan jenis yang ketiga adalah yang dipasangkan di ujung terakhir
jaring insang yang dipasangi pelampung utama dan lampu (jika dioperasikan
malam hari).

Gambar 13. Tali Selambar

12

DISAIN JARING INSANG


Disain atau gambar rancangan jaring insang suatu gambar atau pola dan

uraian rinci suatu alat penangkap ikan memuat:


1. Jenis dan ukuran webbing yang digunakan
2. Jumlah mata jaring ke bawah.
3. Panjang tali ris atas.
4. Panjang tali ris bawah.
5. Ukuran dan jenis tali serta bahan jaring yang digunakan.
6. Jenis dan jumlah pelampung.
7. Jenis dan jumlah pemberat serta perlengkapan lainnya.

2.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugasnya


Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha dari penduduk setempat
(sibolga). Dalam satu unit armada mini drift gill net, jumlah ABK 6 orang dan big
drift gill net jumlah ABK 7 orang. Dengan pembagian tugas yaitu antara lain juru
mudi (fishing master) atau yang sering disebut tekong, juru mesin, juru masak
dan penata jarring.
Dapat diketahui bahwa upah tenaga kerja
nelayan (ABK) yang berasal dari penambahan hasil
produksi penangkapan ikan, ongkos bongkar ikan,
dan uang makan yang dikalikan jumlah hasil
tangkapan. Untuk upah hasil produksi ikan hasil
tangkapan, masing-masing jenis ikan mempunyai
harga per-kg nya yang sudah ditetapkan oleh
perusahaan yakni rata-rata Rp. 12.000,- / Kg .
Sedangkan untuk upah ongkos bongkar, jumlah hasil
tangkapan yang didapatkan dikalikan Rp. 75/Kg,
serta upah ikan hasil tangkapan untuk masingmasing ABK berdasarkan jumlah hasil tangkapan

13

Gambar 14. Disain jaring


insang

dalam hitungan kilogram. Upah ABK berdasarkan jenis dan ukuran ikan hasil
tangkapan pada Jaring Insang Hanyut kecil dan besar sama.
Tenaga kerja Jaring Insang Hanyut kecil dan Jaring Insang Hanyut besar
juga mendapatkan upah untuk setiap tugas yang dilakukan diatas kapal. Upah
tekong adalah 20% dari total penghasilan/trip, yaitu selisih penghasilan dan
pengeluaran. Juru masak Rp. 1.800.000,- per trip, upah kebersihan Rp. 500.000,-,
juru mesin, penata pemberat dan penata jaring berkisar Rp. 50.000,- hingga Rp.
60.000,- per hari.
2.6 Ukuran Kapal
Gambar rancangan umum kapal bottom gillnet yang diteliti dibuat untuk
memperlihatkan bagian atau tata ruang kapal secara umum. Gambar ini terdiri
dari dua bagian yaitu gambar tampak samping dan gambar tampak atas. Kedua
gambar ini sangat berpengaruh penting dalam penentuan bagian-bagian kapal.
Gambar tampak samping menunjukkan bagian kapal dibawah dek dari
buritan hingga haluan yang terdiri dari tempat bahan bakar dan air tawar, tempat
peralatan, ruang kemudi, ruang mesin, palka ikan dan ruang jangkar. Gambar
tampak atas menunjukkan bagian di atas dek. Ruang yang ada di bagian atas dek
hanya satu buah dan terletak di bagian buritan yaitu ruang kemudi dan digunakan
juga sebagai ruang kontrol untuk ruang mesin.
Letak tata ruang kapal bottom gillnet ini diatur sedemikian rupa

agar

dapat beroperasi dengan maksimal selama melakukan penangkapan. Ruang


jangkar berada di belakang net hauler dan di depan palka ikan hal ini dikarenakan
pada saat penarikan jaring alat tangkap bottom gillnet dibantu dengan net hauler.
Kemudian ikan yang terjerat dilepas dan langsung dimasukkan ke dalam palka
ikan yang berada di belakang ruang jangkar. Gambar rancangan umum kapal
bottom gillnet yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 15.

14

Gambar 15. Rancangan umum kapal bottom gillnet yang diteliti (skala 1 : 80)
Keterangan :
1. Tempat bahan bakar dan air tawar (A)
2. Tempat perlengkapan (B)
3. Ruang kemudi (C)
4. Ruang mesin (D)
5. Palka (E)
6. Tempat penyimpanan jaring (F)
7. Net hauler (G)

15

Secara umum gambar rancangan kapal ini adalah sama untuk semua jenis
kapal bottom gillnet di Perairan Selat Bangka, hal ini dapat dilihat dari daerah
penangkapan (fishing groud), dan topografi perairan yang sama. Selain itu, cara
pembangunan kapal ini yang seolah-olah sudah menjadi tradisi atau

kebiasaan

turun-temurun. Pembangunan kapal ini dilakukan di tempat yang sama yaitu di


Bangka dan tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang membuat adalah
orang yang sama sehingga bentuk kapal bottom gillnet ini dibuat sama antara satu
dengan yang lain.
Gambar rancangan umum kapal bottom gillnet yang ada di Perairan Selat
Bangka dengan rancangan umum yang ada di daerah lain dalam hal ini di daerah
Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta secara umum adalah
sama. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ruangan-ruangan dan palka ikan yang
terdapat pada kapal bottom gillnet di kedua daerah ini sama. Tetapi yang menjadi
perbedaanya adalah letak atau posisi palka ikan dan ruang jangkar. Untuk kapal
di perairan Selat Bangka posisi palka ikan berada di belakang ruang jangkar dan
ruang jangkar berada di belakang net hauler, sedangkan untuk daerah Pulau
Tidung berbanding terbalik yaitu palka ikan berada di belakang net hauler dan
runag jangkar berada di belakang palka ikan. Gambar rancangan umum kapal
bottom gillnet yang ada di Pulau Tidung dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Rancangan umum kapal bottom gillnet di Pulau Tidung (skala 1 : 60)

15

Keterangan :
1. Tempat bahan bakar dan air tawar (A)
2. Tempat perlengkapan (B)
3. Ruang kemudi (C)
4. Ruang mesin (D)
5. Tempat penyimpanan jaring (E)
6. Palka (F)
7. Net hauler (G)
Desain merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembangunan
kapal perikanan. Desain sebuah kapal tertuang dalam gambar lines plan yang
menggambarkan bentuk irisan kapal dalam tiga buah gambar yaitu: gambar
tampak samping (profile plan), tampak atas (half breadth

plan) dan tampak

depan (body plan). Desain kapal ini diperoleh dari data yang terdapat didalam
tabel offset lapangan dimana data dalam tabel offset ini diperoleh berdasarkan
pengukuran kapal secara langsung di lapangan.
Masing-masing kapal bottom gillnet yang diteliti memiliki spesifikasi yang
berbeda satu sama lain walaupun pada Gross tonnage (GT) kapal yang sama
meskipun perbedaan itu tidak terlalu jauh. Sehingga perbedaan spesifikasi pada
masing-masing kapal ini didasarkan pada perbedaan (GT) kapal. Adapun
spesifikasi dari masing- masing kapal bottom gillnet yang diteliti dapat dilihat
pada Tabel 1.

16

Tabel 1. Spesifikasi kapal gill net yang diteliti

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kapal 5 GT memiliki rata-rata


spesifikasi yang paling rendah dimana LOA (panjang total) 14,37m, Lpp
(panjang standar) 12,59m, breadth (lebar) 2,5m, depth (dalam) 1,08m dan draft
0,52m. Kemudian diikuti dengan kapal 6 GT dengan rata-rata LOA 15,53m, Lpp
14,21m, breadth 2,87m, depth 1,28m, dan draft 0,58m serta yang paling tinggi
adalah kapal 8 GT dengan rata-rata LOA 17,07m, Lpp 15,97m, breadth 3,7m,
depth ,35m dan draft 0,70m. Antara kapal 5 dan 6 GT perbedaanya tidak terlalu
besar yaitu untuk LOA sekitar 1,16m, Lpp 1,62m, breadth 0,37m, depth 0,2m dan
draft ,06m, namun perbedaan yang sedikit lebih besar adalah antara kapal 5
dengan 8 GT dimana LOA 2,7m, Lpp 3,38m, breadth 1,2m, depth 0,72m dan
draft 0,18m.
Jika dibandingkan dengan kapal bottom gillnet yang ada di Pulau Tidung
pada GT yang sama terdapat perbedaan dalam nilai spesifikasinya, namun hasil
pengukuran dimensi utama kapal masih termasuk kedalam nilai kisaran rasio
dimensi kapal berdasarkan metode operasi. Spesifikasi kapal bottom gillnet di
daerah Pulau Tidung dapat dilihat pada Tabel 2.

17

Tabel 2. Spesifikasi kapal bottom gillnet di Pulau Tidung

Berdasarkan Tabel 2 diketahui LOA 13,7m, Lpp 10,34m, breadth 2,8m,


depth 1,08m dan draft 0,54m. Jika dibandingkan dengan rata-rata kapal 5 GT di
PPN Sungailiat dilihat dari LOA dan Lpp kapal di PPN Sungailiat lebih besar
sekitar 0,67m, dan Lpp 2,25m, namun perbedaan ini tidak berpengaruh terhadap
kecepatan, kekuatan maupun kestabilan kapal. Tetapi yang mempengaruhi
kecepatan, kekuatan dan kestabilan kapal adalah nilai perbandingan dimensi
utama kapal yaitu L/B, L/D dan B/D.
Menurut Iskandar (1990), untuk kapal gillnet agar dapat beroperasi
dengan lincah maka diperlukan nilai LPP (L) yang besar, breadth (B) yang
sedang dan depth (D) yang kecil karena ketiga nilai ini merupakan nilai dimensi
utama kapal. Perhitungan dimensi utama kapal dan dibandingkan dengan nilai
kisaran rasio dimensi kapal berdasarkan metode operasi yang terdapat pada Tabel
3 dan 4.
Tabel 3. Nilai kisaran rasio dimensi berdasarkan metode operasi

18

Tabel 4. Hasil perhitungan dimensi utama kapal yang diteliti

Jika dibandingkan dengan nilai kisaran rasio dimensi berdasarkan metode


operasi, maka hasil perhitungan dimensi utama kapal yang diteliti termasuk
dalam kisaran nilai metode operasi penangkapan. Nilai L/B minimun 3,86
(KM.Abadi Jaya) dan maksimum 5,59 (KM.Laut Hijau), sehingga antara panjang
dengan lebar kapal dapat dikatakan proporsional. Ukuran panjang dan lebar yang
proporsional menyebabkan tahanan gerak yang terjadi tidak terlalu besar,
sehingga kecepan kapal akan tinggi.
Nilai L/D minimum 8,53 (KM.Abadi Jaya) dan maksimum 13,11
(KM.Doa Ibu I). Nilai perbandingan antara panjang dan tinggi kapal dapat
dikatakan proporsional. Bentuk yang proporsional dapat menunjang oleh gerak
kapal. Nilai B/D minimum 1,81 (KM.Doa Ibu III) dan maksimum 3,12 (KM.Doa
Ibu I). Nilai ini menunjukkan bahwa kestabilan kapal cukup baik sehingga kapal
mudah untuk berolah gerak.
2.7 Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan
ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat
19

bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan


gill net adalah :
1. Lampu
Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan
kawanan ikan kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan
gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan bermacam-macam antara lain :

Ancor / Obor

Lampu petromak / starmking

Lampu listrk

2. Payaos / Rumpon
Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan
ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos
pelampungnya terdiri dari 60-100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi
satu sehingga membentuk rakit (raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat
dari alumunium. Tali pemberat (tali yang menghubungkan antara pelampung dan
pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik
seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene. Sedangkan pemberat
berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam keranjang rotan
dan cor-coran semen. Untuk rumbai-rumbainya digunakan daun nyiur dan bekas
tali polyethylene dan ban bekas.
2.8 Hasil Tangkapan
Sasaran tangkap utama dari gill net permukaan adalah ikan kembung
(Restraliger sp.), ikan layur (Lepturachantus savala), ikan samge (Pseudocinea
amoyensis), ikan tembang (Sardinella fimriata). Sementara hasil tangkapan yang
diperoleh pada gill net dasar seperti ikan kerapu, ikan sidat, ikan bambangan,
ikan baronang, dan ikan karang. Sedangkan hasil tangkapan sampingannnya
seperti gurita, ikan belanak (mugil sp.), udang, rajungan, dan ikan tenggiri
(Scomberomorus commersoni) (Hadian 2005).

20

2.9 Inovasi Alat Tangkap


Umumnya pada alat tangkap Gillnet, simpul yang digunakan adalah flat knot,
namun simpul flat knot simpul akan mudah terlepas (bergeser, renggang,
melonggar, slip) dengan kata lain jika ada gaya-gaya yang tak seimbang yang
bekerja pada simpul maka akan mengakibatkan mata jarring bergeser.
Inovasi pada alat tangkap Gillnet ini adalah menambahkan simpul trawl knot,
yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya slip. Pada Gillnet banyak
dipakai trawl knot karena:

Simpul tidak mudah slip/terlepas/bergeser, yang berarti luas mesh size


akan lebih stabil.

Mata jarring mudah/bebas untuk terbuka baik luas arah vertikal maupun
arah horizontal.

21

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah Gill Net ini

yaitu:
1.

Jaring insang (gillnet) merupakan jaring berbentuk empat persegi


panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring.
Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan
terjerat dibagian insangnya pada mata jaring.

2.

Pada kedua ujung jarring diikatkan jangkar, yang dengan demikian


letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar
laut ,maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenisjenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar
(bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat
diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan
pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui
keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.

3.

Sasaran tangkap utama dari gill net permukaan adalah ikan kembung
(Restraliger sp.), ikan layur (Lepturachantus savala), ikan samge
(Pseudocinea amoyensis), ikan tembang (Sardinella fimriata).
Sedangkan hasil tangkapan sampingannnya seperti gurita, ikan
belanak

(mugil

sp.),

udang,

rajungan,

(Scomberomorus commersoni) (Hadian 2005).

22

dan

ikan

tenggiri

DAFTAR PUSTAKA
Saragih,
Hari.
2014.
Gill
Net
dan
Trammel
Net.
www.academia.edu/4751323/GILL_NET_DAN_TRAMMEL_NET.
(Diakses pada 07 Oktober 2016 : 14.00)
Pasaribu, Riana & Fauziyah & Agustriani, Fitri. 2010. Karakteristik Desain
Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat,
Bangka Belitung. Maspari Journal.
(Diakses pada 07 Oktober 2016 : 15.00 wib)
Benediktus, Dicki. 2015. ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift
Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN
NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA
UTARA. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&arct=j&url=htt
p://download.portalgaruda.org/article.php
(diakses pada 08 Oktober 2016 : 21.00 wib)

18
24

Anda mungkin juga menyukai