Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biokomposit adalah komposit dengan matrik yang berpenguat serat alam.
Matrik dibentuk oleh polimer yang berasal dari sumber daya terbarukan dan tak
terbarukan. Serat alam mempunyai keuntungan antara lain : harga relatif murah,
ketersediaan yang melimpah, masa jenis rendah, resiko gangguan kesehatan yang
kecil, lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang (Surata., dkk, 2014). Serat
alam contohnya : rami, kenaf, sabut kelapa, Agave Sisalana, Agave Cantula.
(Wang., dkk, 2011) menjelaskan Fiber Reinforced Polymer (FRP) adalah
material komposit dengan matrik polimer. Secara umum polimer dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik
yang paling umum digunakan untuk tujuan ini adalah polypropylene (PP),
polyethylene (PE), dan poly vinyl chloride (PVC); sedangkan fenolik, epoxy dan
polyester adalah yang paling umum digunakan dalam matrik termoset.
Serat alam bersifat hydrophilic di alam oleh sebab itu tidak kompatibel
dengan matrik polimer yang bersifat hydrophobic yang berakibat lemahnya
ikatan antar muka pada serat dan matrik. Hal tersebut dapat menurunkan sifat
mekanik dari komposit. Kompatibilitas antara serat dan matrik polimer dapat
ditingkatkan dengan modifikasi serat, modifikasi matrik atau penambahan
coupling agents (Kaewkuk, 2010).
Perlakuan panas mengurangi kadar air dalam serat yang mengakibatkan
peningkatan kekuatan dari serat dan kompabilitasnya terhadap matrik polimer.
Perlakuan panas juga merusak dinding sel dan menjadikan permukaannya tajam
dan kasar, permukaan ini dapat meningkatkan kekuatan ikatan antar muka
komposit. Pemecahan rantai polimer dari karbohidrat dan pembentukan ikatan
baru pada saat proses perlakuan panas sangat menguntungkan karena dapat terjadi
interaksi ikatan kimia yang baik antara serat dan matrik polimer.

Kekuatan tarik rata-rata serat rami dan bambu tanpa perlakuan panas
adalah 863 MPa dan 516 MPa. Setelah perlakuan panas pada suhu 200oC selama
7.2 ks, serat menunjukkan penurunan 60% dalam kekuatan tarik. Kekuatan tarik
serat rami hampir tidak berubah pada suhu dibawah 160oC, namun menurun
drastis diatas suhu tersebut. Serat bambu juga memiliki ketergantungan suhu yang
sama, tetapi suhu degradasi menurun hingga 140oC. Modulus Young untuk kedua
serat hampir konstan dan independen pada kondisi perlakuan panas (Ochi, 2002).
(Sanjiu, dkk, 2013) menyatakan bahwa kekuatan tarik komposit serat bambu
berpenguat

polypropylene

meningkat

dan

kemudian

menurun

dengan

meningkatnya waktu perlakuan panas, sedangkan kekuatan impact memiliki tren


menurun. Sementara itu, kekuatan tarik meningkat tetapi kekuatan impact
menurun pada peningkatan suhu pemanasan.
(Cao, 2007) mengemukakan bahwa kekuatan tarik serat kenaf meningkat
pada suhu panas 130 oC dan 140oC, sedangkan mengalami penurunan pada suhu
lebih dari 140oC. Nilai maksimum ditemukan pada 140oC. Dengan meningkatnya
suhu perlakuan panas, warna serat menjadi coklat dan hitam secara bertahap
dengan pengamatan mata telanjang dan serat menjadi mudah rapuh dan rusak.
Perlakuan panas mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam MOR
(Modulus of Rupture) sebesar 27,3% dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
Sedangkan MOE (Modulus of Elasticity) lebih tahan terhadap perlakuan panas
dan mengalami penurunan sebesar 7,6% (Zang, 2012). Penurunan MOR dapat
dijelaskan dari degradasi termal. Menurut penelitian (Curling, 2001) kerugian
bending terkait dengan jenis karbohidrat yang terdegradasi, hilangnya MOR
sesuai dengan penurunan hemiselulosa, sedangkan penurunan MOE sesuai dengan
hilangnya selulosa.
Perlakuan panas adalah metode modifikasi serat yang mudah dilakukan
dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia, oleh sebab itu
perlakuan dengan cara ini sangat direkomendasikan dalam upaya peningkatan
kekuatan komposit serat alam Cantula dengan matrik recycled HDPE.

1.2 Perumusan Masalah


Pengaruh perlakuan panas serat terhadap kekuatan mekanik komposit
Cantula rHDPE (High Density Polyethylene).
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah yang dibatasi sebagai berikut :
1. Temperatur pada permukaan serat selama proses pemanasan diasumsikan
merata.
2. Besarnya tekanan pada permukaan cetakan selama proses penekanan
menggunakan alat hotpress diasumsikan merata pada setiap bagian cetakan.
3. Distribusi panas pada proses penekanan menggunakan alat hotpress
diasumsikan sama.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas serat terhadap nilai Interfacial Shear Strength (IFSS), kekuatan mekanik
bending dan impact komposit Cantula rHDPE (High Density Polyethylene).

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I

PENDAHULUAN
Dalam

bab

ini

dijelaskan

mengenai

latar

belakang

permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan


manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II

LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan mengenai tinjauan pustaka serta kajian
teoritis yang memuat penelitian-penelitian sejenis serta landasan
teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai tempat dan obyek penelitian,


teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan flow chart
penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan data,
pengolahan data, dan pembahasan

BAB V

PENUTUP
Memuat kesimpulan yang diperoleh dengan mengacu pada
tujuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai