LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
1.1.
Identitas Penderita
Nama Penderita
: An. H.W.
Umur
: 11 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
No CM
: 238575
Bangsal
: Dahlia
Tgl Masuk RS
Tgl Keluar RS
: Tn.S
Umur
: 40 tahun
Pendidikan
:SLTA
Pekerjaan
: Pedagang
Agama
: Islam
Alamat
: Bojonggede
Nama Ibu
: Ny. M
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
2. ANAMNESA
Alloanamnesa pada tanggal 21 Juli 2010 jam 11.00 WIB, Alloanamnesa dengan ayah
penderita.
Keluhan Utama
Ayah pasien mengatakan bahwa anaknya panas. Panas sudah 4 hari ini, panas
tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas. Panas terus menerus, menggigil (-),
kejang (-), pusing (+), mual (+), perut terasa sakit (+), muntah (-) mimisan (-),
gusi berdarah (-), batuk (-), pilek (-), BAB (+) sulit dan keras 2 hari yang lalu,
namun hari ini BAB (-). Pasien mengatakan sudah minum obat penurun panas,
panas turun kemudian naik lagi. Selain panas pasien juga mengeluh haus. BAK
(+) terakhir pada pukul 06.00 WIB tadi pagi. Nafsu makan pasien berkurang.
Karena kondisi pasien yang terus menurun,ayah pasien membawa anaknya ke
RSUD dr.H Soewondo Kendal.
2HSMRS
Masuk
1HSMRS
RS
PanasPanas(+),
(+),
Panas
pusing
(+).
pusing
Pusing
(+)Mual
(+),
(+),Mual
(+),
Mualmuntah
(+),
(+),
Muntah
muntah
(-), Nyeri
(-)(-)
, Ulu
Nyeri
Nyeri
hati
Ulu
Ulu
(+),
hati
Hati
BAB
(+),
(+),
(+)
Lemah
Lemah
N, BAK
(+),
(+),
(+)
nafsu
haus
N makan-minum(<),
(+) BAB (+) keras, BAB
BAK (-)
(+).
, BAK
: Cukup
: 5x selama kehamilan di
bidan
Penyakit kehamilan
: disangkal
: Disangkal
Jenis Persalinan
: Spontan
: 38 minggu
: 2700 gr
Panjang badan
: 47 cm
Polio
DPT
Campak
: 1x umur 9 bulan
Hepatitis B
Kesan Imunisasi
9. Riwayat Gizi
ASI
Susu Formula
Makanan
: Perempuan
Berat badan
: 23 kg
Tinggi Badan
: 135 cm
Usia
: 11 tahun
: Usia 4 bulan
: Usia 7 bulan
Merangkak
: Usia 9 bulan
Berdiri
: Usia 12 Bulan
Berjalan
: Usia 14 bulan
: Perempuan
Usia
: 11 tahun
Berat badan
: 23 Kg
Pajang Badan
: 135 cm
Tanda Vital :
Nadi
Suhu
: 38,2C
Frekuensi Nafas
: 24x/menit
Tekanan darah
: 80/60 mmHg
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum
Kepala
: Mesocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Batas atas
Pinggang
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral Dingin
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Reflek Fisiologis
+N/+N
+N/+N
Reflek Patologis
-/-
-/-
Ptechie
+/+
-/-
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin
(Tanggal 20 Juli 2010 jam 18.30 WIB)
Preparat
Hb
10.00 WIB
14,3 g/dl
:
Ht
Leukosit
Trombosit
Widal
40,4 %
1400 /mm3
142.000 / mm3
(-)
5. DIAGNOSA BANDING
1. Observasi Febris
Demam Thypoid
Demam Dengue
6. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Demam Berdarah Dengue Grade I
2. Status gizi baik
7. PENATALAKSANAAN (20 Juli 2010 )
a. Suportif
-
c. Diit
-
Banyak minum
3 x lunak
9. PROGNOSA
Qua ad vitam
: ad bonam
Qua ad sanam
: ad bonam
Hari ke-2
Hari 3
hari
Keadaan
Umum
aktif
aktif
Keluhan
Vital Sign
Nadi
: 140 x/mnt
Nadi
: 130 x/mnt
Nadi
: 100 x/mnt
TD
: 80/60
RR
: 22 x/mnt
RR
: 24 x/mnt
RR
: 24 x/mnt
Suhu
: 37,90C
Suhu
:37,70C
Suhu : 38,2 0 C
Kepala : mesocephal
Kepala : mesocephal
Kepala : mesocephal
Mata
Mata
Mata
: Odem palpebra(-/-)
Leher : simetris,
Leher : simetris,
Leher : simetris,
Thorax
Thorax
Pemeriksaan Thorax
Fisik
: Odem palpebra(-/-)
Cor
: Bising (-)
Cor
: Bising (-)
Cor
kering
: Bising (-)
Pulmo : SD vesikuler,
Pulmo : SD vesikuler,
Pulmo :
SD
vesikuler
Abdomen : supel, peristaltic (+), Abdomen : supel, peristaltic (+), Abdomen : supel, peristaltic (+),
Pemeriksaan
Penunjang
ekstremitas superior
ekstremitas superior
Anus
Hb : 14,6gr/dl
Ht : 40,4 %
Ht : 36,3 %
Ht : 38,1%
Leukosit : 1400/mmk
Leukosit : 1400/mmk
Leukosit : 2900/mmk
Tombosit : 142.000/mmk
Tombosit : 111.000/mmk
Trombosit : 86.000/mmk
Obs. Febris
Obs. Febris
DBD grade I
DBD grade I
Kontipasi
Kontipasi
Konstipasi
Infus R L 20 tts/mnt
Infus R L 20 tts/mnt
Infus R L 15 tts/mnt
(K/P )
(K/P )
(K/P )
Widal : (-)
Demam Dengue
DBD grade I
Terapi
10
di
Diet
Program
Konsultasi
Rehabilitasi
Medic
Prognosa
Keluhan
Banyak Minum
Banyak Minum
3 x bubur
3 x bubur
3 x bubur
Pepaya
Papaya
Awasi KU
Pepaya
Awasi KU
Awasi KU
Vital sign
Vital sign
Vital sign
Hari ke-4
Hari ke-5
Keadaan
Umum
Vital Sign
Nadi
: 88 x/mnt
Nadi
: 96 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
Suhu
: 36, 20C
Suhu : 36,7 0 C
11
Kepala : mesocephal
Kepala : mesocephal
Mata
Mata
Leher : simetris,
Leher : simetris,
Pemeriksaan Thorax
Fisik
Cor
Thorax
: Bising (-)
Cor
: Bising (-)
Pulmo : SD vesikuler,
Pulmo : SD vesikuler,
Hb : 14,4 gr/dl
Ht : 35,4 %
Ht : 38,1 %
Leukosit : 4100/mmk
Trombosit : 88.000/mmk
Penunjang
Pukul 15.52
Trombosit :70.000/mmk
Hb :12,3 g/dl
Ht: 33,9 %
Leukosit ; 3700/mmk
Trombosit : 117.000/mmk
Assement
DBD grade I
DBD grade I
Infus R L 15 tts/mnt
Terapi
(K/P )
(K/P )
12
Diet
Program
Konsultasi
Rehabilitasi
Medic
Prognosa
Banyak Minum
Banyak minum
3 x bubur
3 x bubur
Pepaya
Awasi KU
Pepaya
Awasi KU
Vital sign
Vital sign
Hari ke-6
Hari ke-7
Panas
Keluhan
(-),
menggigil
(-),
10.00
Keadaan
Umum
Vital Sign
Composmentis, aktif
Nadi
: 90x/mnt
Nadi
: 110 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
RR
: 22 x/mnt
Suhu
: 35,70C
Suhu : 36,3 0 C
13
Pemeriksaan
Fisik
Kepala : mesocephal
Kepala : mesocephal
Mata
Mata
: Odem palpebra(-/-)
: Odem palpebra(-/-)
Leher : simetris,
Leher : simetris,
Thorax
Thorax
Cor
: Bising (-)
Cor
: Bising (-)
Pulmo : SD vesikuler,
Pulmo : SD vesikuler,
kaki (+)
kaki (+)
Ht : 36,3 %
Pemeriksaan
Penunjang
Assement
Terapi
Diet
Leukosit : 3700/mmk
Tombosit : 256.000/mmk
Widal : (-)
DBD grade I
DBD grade I
(K/P )
(K/P )
Banyak Minum
Banyak Minum
3 x bubur
3 x bubur
Papaya
Pepaya
14
Program
Konsultasi
Rehabilitasi
Medic
Prognosa
Awasi KU
Awasi KU
Vital sign
Vital sign
Hari ke-7 di RS, pasien minta pulang konsul dr. Sp.A BLPL jika trombosit bagus.
15
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEMAM BERDARAH DENGUE
1.1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes albopictus. Ada 4 gejala klinis
utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tandatanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue)
sebagai
akibat
kebocoran
plasma
yang
dapat
menyebabkan
kematian.
1.2. Epidemiologi
Infeksi virus dengue yang dikenal sebagai penyakit arbovirus telah tersebar di
seluruh penjuru dunia dengan kejadian tertinggi di beberapa daerah tropis seperti
Asia, Afrika, Amerika tengah, dan selatan. Infeksi virus dengue telah ada di
16
indonesia sejak awal abad ke 18 seperti yang dilaporkan David Bylon seorang dokter
berkebangsaan belanda. Saat itu infeksi virus dengue menyebabkan penyakit yang
dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijdaagse koorts) kadang-kadang disebut
juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang
terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri pada sendi, nyeri pada otot, dan
nyeri kepala. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta
sebanyak 58 kasus, dengan jumlah kematian yang sangat tinggi, 24 orang (case
fatality rate 41,3 %). Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun terjadi peningkatan
yang pesat, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit.
Sampai akhir tahun 2005, DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.
Terjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas (28 32C) dengan kelembaban yang tinggi,nyamuk
Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Di Indonesia karena
suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat. Maka pola waktu terjadinya
penyakit agak berbeda di setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus sengue
mulai terjadi awal januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada
sekitar bulan april-mei setiap tahunnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD
sangat komplek yaitu : 1 ) pertumbuhan penduduk yang tinggi, 2) urbanisasi yang
tidak terencana dan tidak terkendali, 3) tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif
di daerah endemis, 4) peningkatan sarana transportasi.
Morbiditas dan mortalitas DBD bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor antara
lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk transmisi virus dengue,
virulensi virus dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada
anak perempuan. Walaupun demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok
umur, namun terbanyak pada anak umur dibawah 15 tahun. Di indonesia. Surosi
(1997) mengemukakan bahwa penderita demam berdarah dengue terbanyak umur 5
14 tahun.
1.3. Etiologi
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) yang sekarang dikenal sebagai
17
genus flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut, Seseorang yang tertinggal di daerah endemis Dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atu 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus Dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di indonesia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue mengenai seseorang melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang menularkan penyakit adalah nyamuk betina
dewasa. Nyamuk betina dewasa memerlukan darah manusia atau binatang untuk
hidup dan berkembang biak. Apabila di sekitar tempat bersarang nyamuk ditemukan
seseorang yang sedang sakit Demam Berdarah maka dapat menyebabkan penularan
terhadap orang sekitar dan menyebabkan penyakit Demam Derdarah Dengue ringan
atau berat pada orang tersebut. Bila daya tahan tubuh baik dan virus tidak ganas,
maka derajat penyakit tidak berat. Sebaliknya apabila daya tahan tubuh rendah
seperti anak-anak, penyakit infeksi dengue ini dapat menjadi berat bahkan dapat
mematikan.
1.4. Patogenesis
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polysiensis
dan beberapa jenis spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini. Nyamuk Aedes
tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh nyamuk terutama
ditemukan pada kelenjar liurnya dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Pada
manusia, virus memerlukan waktu 4-6 hari ( intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan sakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Berdasarkan hipotesis the secondary heterologues infection sebagai akibat
infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien respon
18
d. Syok ditandai dengan nadi cepat, lemah, tekanan nadi menurun, tekanan darah
turun ( 20 mmHg), kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris :
a. Trombositopeni (100.000/L atau kurang)
b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20% atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa konvalesen)
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi
pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemi dan atau terjadi perdarahan.
Derajat DBD menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan dalam 4 derajat :
1. Derajat I
perdarahan lain.
3. Derajat III
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis sekitar
mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur.
20
Diagnosis definitif DBD hanya dapat dilakukan dengan cara isolasi virus,
deteksi antigen dan deteksi antibodi spesifik dalam serum pasien. Dikenal 5 uji
serologis yang biasa untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu :
1. Uji Hemoglitinasi inhibisi (Haemoglutination inhibition test : HI test)
2. Uji komplemen fiksasi (Complement fixation test : CF test)
3. Uji neutralisasi (Neutralization test : NT test)
4. IgM Elisa, dan
5. IgG Elisa
Akhir-akhir ini mulai dikembangkan tes PCR (Polymerase chain Reaction)
yang dapat menampilkan diagnosis serotipe spesifik secara cepat, namun teknologi
baru dapat dikerjakan pada sentra laboratorium penelitian.
Karena berbagai tes serologi tersebut membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang besar, maka pada prakteknya diagnosis klinis dan laboratoris lebih banyak
digunakan.
Pemeriksaan yang lain yang dapat mendukung ke arah suatu DBD :
1. Dengue Blot
2. X-Foto Thorax
Gambaran X-Foto Thorax biasanya menunjukkan gambaran efusi pleura
terutama paru kanan atau lebih berat dapat dijumpai gambaran edema paru. Pada
penelitian prospektif, efusi pleura didapatkan pada 84% (22/26) penderita DBD, dan
penderita dengan indeks efusi pleura (Pleural Effusion Index = PEI) rata-rata 14,1%
menimbulkan kewaspadaan terhadap syok.
Pada pasien ini tidak dilakukan uji serologis karena alasan waktu dan biaya,
tetapi dilakukan pemeriksaan X-Foto Thorax. Hasil Foto Thorax dari pasien ini
menunjukkan tidak adanya efusi pleura kanan.Penyebab perdarahan pada pasien DBD
vaskulopati, trombositopeni, trombositopati dan koagulassi intravaskuler yang
menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti Rumple
Leed positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekie
merupakan tanda perdarahan yang paling sering ditemukan. Perdarahan yang paling
ringan adalah uji torniquet positif, berarti fragilitas kapiler meningkat. Pada penderita
ini ditemukan Rumple Leed positif.
Pembesaran hati bervariasi dari just palpable sampai 2 4 cm dibawah lengkung
iga kanan. Derajat pembesaran hari dapat meramalkan perjalanan penyakit, tetapi
21
tidak dapat menentukan beratnya penyakit DBD. Nyeri tekan di ulu hati berhubungan
dengan adanya perdarahan. Pada penderita ini hepar tidak teraba atau dalam batas
normal dan nyeri tekan epigastrium.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada
sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam,
mencapai nilai terendah pada masa syok dan terjadi sebelum ada peningkatan
hematokrit. Biasanya terjadi pada hari ketiga sampai ketujuh. Pada penderita ini
trombositopenia terjadi pada hari ke 7 sakit/ hari 1 perawatan (86.000/L) dan
meningkat mencapai 117.000/L pada hari ke 10 sakit/ hari ke 6 perawatan,
kemudian naik laik menjadi 256.000/L pada hari ke 11/ hari ke 7 perawatan.
Penderita dipulangkan karena telah memenuhi kriteria memulangkan pasien yang
salah satu diantaranya adalah jumlah trombosit lebih dari 100.000/L
Peningkatan nilai hematokrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi dan
indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstravaskuler.
Sebuah studi dari Chennai oleh Balasubraman di India melaporkan bahwa nilai
hematokrit pada anak <5 tahun = 34,8% dan anak >5 tahun = 37,5% merupakan
indikator untuk menilai ada tidaknya hemokonsentrasi, pada kasus ini, kadar
hematokrit menunjukkan telah terjadi hemokonsentrasi. Hematokrit mencapai nilai
normal pada hari ke 10 sakit/ hari ke 6 perawatan (33,9%), ini berarti pemberian
cairan pengganti plasma sudah adekuat.
1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat
berupa :
1). Ensefalopati
Ensefalopati pada umumnya timbul sebagaii komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak
disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdarahan dapat menyebabkan ensefalopati. Gejala yang tampak adalah
penurunan kesadaran dari apatis atau somnolen, dapat kejang, dapat terjadi pada
DBD atau SSD. Pada ensefalopati dapat ditemukan peningkatan kadar
22
23
24
25
26
27