Anda di halaman 1dari 15

TUGAS REFRAT

PENGGUNAAN ANTI CEMAS ( ANTI ANXIETY )


Pembimbing :
dr. Rh. Budi Muljanto, Sp. KJ

Disusun Oleh :
Andri Fadmawati, S. Ked
Danu Ihyar, S. Ked
Djumadi Akbar, S. Ked
Fachroni Rahman, S. Ked
Nurlaely Ameliasari, S. Ked
Sutrisno, S. Ked
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sensasi cemas atau anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia.
Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan,
seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti: nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Dalam peraktek sehari-hari anxietas sering
dikenal dengan perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan
sebagainya, dimana istilah tersebut

lebih merujuk pada kondisi normal,

sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Gangguan


anxietas mencakup: gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan
fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma. Anxietas dapat
bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak dan
cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama
walaupun tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala
cemas oleh pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempengaruhi prestasi
kerjanya.
Gangguan anxietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Studi menunjukkan bahwa
gangguan ini meningkatkan morbiditas, penggunaan pelayanan kesehatan dan
hendaya fungsional. National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu
diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas
dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan lebih
cenderung mengalami gangguan cemas dari pada laki-laki, rationya sekitar 2:1.
Prevalensi

gangguan

anxietas

menurun

dengan

meningkatnya

status

sosioekonomik. Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun


diperkirakan 2%-5%.
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan adalah
pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakotrerapi. Anxietas
2

tidak perlu segera dihilangkan dengan antianxietas, tetapi sebaiknya daya tahan
psikologis digerakkan. Jika perlu dibantu dengan antianxietas, maka kita harus
melihat dinamika gejala yang timbul supaya dapat diberi pengobatan yang dapat
menghilangkan emosi primer yang menyebabkan gejala muncul.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Macam-macam anti anxiety?
2. Farmakodinamik dan farmakokinetik anti anxiety?
C. TUJUAN
1. Mengetahui macam-macam anti anxiety.
2. Mengetahui farmakodinamik dan farmakokinetik anti anxiety.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANXIETAS
1. Defenisi
Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak
menyenangkan , tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan
adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali disertai
oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan fisik
2.

otonomik.
Patofisiologi

Sindrom anxietas disebabkan oleh hiperaktivitas dari sistem limbik


susunan saraf pusat, yang terdiri dari neuron-neuron dopaminergik,
noaradrenergik dan seratonergik, yang dikendalikan oleh neuron-neuron
3.

GABA-ergik (Gamma Amino Butiric Acid).


Gejala
Sasaran (target syndrome) penggunaan

antianxietas

adalah

ditemukannya sindrom anxietas, yaitu:


- Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap dua
atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini
menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to
relax).
- Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik
:1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegalinu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadilelah
Hiperaktivitas motorik
:5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah-dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing atau melayang
10. Mual, muntah, perut tak enak
11. Mudah panas atau menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Sukar menelan atau rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan
: 14. Perasaan jadi peka /mudah ngilu
penangkapan berkurang
15. Mudah terkejut atau kaget
16. Sulit konsentrasi pikiran
17. Sukar tidur
18. Mudah tersinggung

B. Obat Anti Anxietas


Obat yang digunakan untuk pengobatan ansietas ialah sedatif atau obatobat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Antiansietas
yang terutama ialah golongan benzodiazepine. Banyak golongan depressan SSP
yang lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas,
namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah obat-obat
tersebut antara lain golongan barbiturat dan meprobamat, lebih toksik pada takar
lajak.
1. Sinonim
Psycholeptics, minor tranquillizers, anxiolytics, antianxiety drugs,
2.

3.

ansiolitika.
Penggolongan
a. Benzodiazepin
Diazepam
Clobazam
Chlordiazepoxide
Alprazolam
Lorazepam
Bromazepam
b. Non-Benzodiazepine
Sulpiride
Buspirone
Hydroxizine
Farmakodinamik dan Farmakokinetik
a. Benzodiazepine
Farmakodinamik: Mekanisme kerja benzodiazepine

merupakan

potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya. Reseptor


GABA merupakan protein yang terikat pada membran dan dibedakan
dalam dua bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABA A dan reseptor
GABAB Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada
reseptor GABAB. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik
5

(subunit ) reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks).


Pengikatan

ini

akan

menyebabkan

pembukan

kanal

klorida,

memungkinkan masuknya ion klorida kedalam sel, menyebabkan


peningkatan

potensial

elektrik

sepanjang

membran

sel

dan

menyebabkan sel sukar tereksitasi.


Farmakokinetik: berkat sifat lipofiliknya resorpsinya di usus
berlangsung baik (80-90%) dan cepat, sedangkan kadar maksimal dalam
plasma tercapai dalam waktu jam- 2 jam. Klordiazepoksida,
oksazepam, dan lorazepam bersifat kurang lipofilik sehingga mencapai
puncaknya dalam plasma setelah 1-4 jam. Distribusinya dalam tubuh
juga baik, terutama di otak, hati, otot jantung dan lemak.
b. Non-Benzodiazepin
1) Buspiron (Non-Benzodiazepine)
Farmakodinamik: Buspiron bekerja melalui mediasi reseptor
serotonin(5-HT1A) meskipun reseptor lain mungkin juga terlibat
karena buspiron menunjukkan afinitas untuk reseptor dopamin DA 2
dan serotonin 5-HT2.
Farmakokinetik: resorpsinya di usus cepat dan tuntas. Ekskresinya
melalui berlangsung melalui urin dan tinja, terutama dalam bentuk
metabolitnya.
2) Hidroxyzine
Farmakodinamik: hydroxizine merupakan salah satu antihistamin
pertama dengan berbagaimacam khasiat, antara lain: sedatif dan
anksiolitis, spasmolitis, anti-emetis serta antikolinergis.

4.

Jenis-Jenis Obat Anti Anxietas


a. Diazepam
Diazepam memiliki plasma t-1/2 dari 20-54 jam, sehingga efeknya
sangat diperpanjang. Oleh karena itu obat ini lebih baik digunakan
sebagai anksiolitis dari pada sebagai obat tidur.

Efek samping yang lazim bagi kelompok benzodiazepine yakni


mengantuk, termenung-menung, pusing dan kelemahan otot.
Dosis : 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg dengan perlahan-lahan
(1-2) menit) bila perlu diulang setelah 30 menit.
Nama dagang yang tersedia di Indonesia : Diazepam, Lovium,
Mentalium, Stesolid, Valdimex, Trazep, Valium.
b. Chlordiazepoxide
Daya anskiolitis benzodiazepine tertua ini (1961) tidak sekuat
Diazepam, kurang lebih setaraf dengan oksazepam. Tetapi khasiat
sedatifnya lemah, hingga efek sampingnya juga ringan.
Reabsorbsinya di usus baik dan cepat dengan mencapai kadar
darah maksimal setelah 1 jam.
Dosis: 3-4 dd 5-10 mg, pada kasus serius sampai 100 mg sehari.
Nama dagang yang tersedia di Indonesia: Cetabrium, Librium, Tensinyl.
c. Lorazepam
Lebih kuat daya kerjanya karena adanya atom-klor yang
meningkatkan afinitasnya untuk reseptor otak. Zat ini bersifat kurang
lipofil sehingga resorpsinya agak lambat dan kecepatan melintasi
membran juga berkurang. Oleh karena itu mula kerjanya baru setelah
lebih kurang satu jam.
Daya anksiolitisnya setaraf dengan diazepam dan lebih kuat dari
pada benzodiazepine lainnya.
Dosis: 2-3 dd 0,5-1 mg. Untuk lansia digunakan dosis
separuhnya.
Merek dagang yang tersedia di Indonesia: Ativan, Renaquil,
merlopam.
d. Clobazam
Clobazam merupakan derivat dari 1,5 benzodiazepine yang di
pasarkan sebagai tranquillizer, tetapi memiliki khasiat anti konvulsi
yang sama kuatnya dengan diazepam.
Dosis: oral sehari 5-15 mg, dapat ditingkatkan perlahan hingga
80% sehari.
e. Alprazolam

Alprazolam

merupakan

salah

satu

dari

golongan

obat

Benzodiazepine atau disebut juga Minor tranquilizer, dimana golongan


ini merupakan obat yang paling umum digunakan sebagai anti ansietas.
Alprazolam merupakan obat yang efektif digunakan untuk mengurangi
rangsangan abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter asam
gamma aminobutirat (GABA) dalam otak sehingga menyebabkan efek
penenang. Alprazolam memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 12-15
jam dan efek sedasi lebih pendek dibanding Benzodiazepine lainnya,
sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas.
Efek samping dari obat ini yakni,

memiliki

potensi

ketergantungan yang besar jika dipakai lebih dari dua minggu. Selain itu
dapat pula menyebabkan menagntuk, lelah, sakit kepala, gangguan
ingatan, penurunan libido, peningkatan atau penurunan berat badan dan
penurunan saliva.
f. Sulpride
Sulpiride terutama menghambat reseptor D2 dan praktis tanpa
afinitas bagi reseptor lain. Pada dosis yang lebih rendah (di bawah
600mg/hari) terutama bekerja antagonistis terhadap reseptor presinaptis,
dan pada dosis lebih tinggi (di atas 800 mg/hari) juga terhadap reseptor
D2 postsinaptis. Pada dosis yang lebih rendah berguna pada psikosis
dengan gejala negatif. Dosis: 2-3 dd 50-100 mg/hari. Nama dagang yang
tersedia di Indonesia: Dogmatil
g. Buspirone
Derivat-piperazinil ini memiliki khasiat anksiolitis selektif tanpa
kegiatan sedatif, hipnotis, antikonvulsan atau merelaksasi otot.
Mekanisme kerjanya belum diketahui, obat tidak mengikat pada reseptor
benzodiazepine, melainkan pada reseptor-serotonin (5HT) di otak, juga
bersifat antidopamin. Obat ini untuk waktu singkat khusus digunakan
untuk kecemasan, tetapi efek anksiolitisnya nampak lambat baru setelah
2-4 minggu.

Efek sampingnya dapat berupa pusing, mual, nervositas dan


eksitasi, pada dosis lebih tinggi menimbulkan sedasi, perasaan tidak
nyaman dan peningkatan kadar prolaktin dan GH dalam darah.
Pada penggunaan serentak dengan ketokonazol, eritromisin,
protease inhibitor atau zat penghambat CYP3A4 lainnya, dianjurkan
dosis buspiron diturunkan.
Studi klinik menunjukkan, Buspiron merupakan antiansietas
efektif yang efek sedatifnya relatif ringan. Efek antiansietasnya baru
timbul setelah 10-15 hari dan bukan antiansietas untuk penggunaan
akut. Tidak ada tolernsi silang antara Buspiron dengan Benzodiazepine
sehingga kedua obat ini tidak dapat saling menggantikan.
Dosis: permulaan 3 dd 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap 2-3 hari dengan
5 mg, maks 50 mg sehari.
Nama dagang yang tersedia di Indonesia: Buspar, Tran-Q,
Xiety.
h. Hydroxyzine
Derivat-klor ini adalah salah satu antihistamin pertama dengan
pelabagai macam khasiat, antara lain sedatif dan anksiolitis, spasmolitis,
anti-emetis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urticaria dan gatalgatal. Dosis: 1-2 dd 50 mg. Untuk anksiolitis 1-4 dd 50-100 mg. Nama
5.

dagang : Iterax.
Efek Samping
Efek samping

untuk

golongan

anti

anxietas,

khususnya

Benzodiazepine adalah:
a.
Reaksi yang lazim: kelelahan, mengantuk, ataxia
b.
Reaksi yang jarang terjadi: konstipasi, inkontinensia, retensio
urin, disartria, mata kabur, diplopia, hipotensi, nausea, mulut
c.

kering, ruam kulit, tremor;


Efek paradoksikal: kebingungan, depresi, nyeri kepala,
perubahan libido, vertigo, gangguan memori, insomnia,

halusinasi, eksitasi dan anxietas.


Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari Narkotika,
oleh karena at therapeutic dose they have low re-inforcing properties.
9

Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang


masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat
singkat.
Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus
obat (rebound phenomena): pasien menjadi iritable, bingung, gelisah,
insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll. Efek samping
yang jarang terjadi adalah meningkatnya hostilitas dan perilaku agresif.
Ketergantungan fisik dapat terjadi terutama pada penggunaan jangka panjang
dengan dosis tinggi.
Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam
plasma. Untuk obat Benzodiazepine dengan waktu paruh pendek lebih cepat
dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan obat Benzodiazepine
dengan waktu paruh panjang (misalnya , clobazam sangat minimal dalam
menimbulkan efek putus obat). Ketergantungan relatif lebih sering terjadi
pada individu denga riwayat peminum alkohol (alcoholics), penyalahgunaan
obat (drug-abusers) atau unstable personalities. Oleh karena itu obat
Benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.
Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian=
6.

3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.


Interaksi Obat
a.
Benzodiazepine + CNS depressants (phenobarbital, alcohol, obat antipsikosis, anti-depresi, opiates) potensiasi efek sedasi dan penekanan
b.

pusat napas, risiko timbulnya respiratory failure.


Benzodiazepine + CNS stimulants (amphetamine, caffeine, appetite
suppressants) antagonisme efek anti-anxietas, sehingga efek

c.

benzodiazepine menurun.
Benzodiazepine + Neuroleptika

manfaat

efek

klinis

dari

Benzodiazepine mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga


7.

risiko efek samping neuroleptika mengurang.


Cara Penggunaan
a. Pemilihan obat

10

Pemilihan antiansietas didasarkan pada pengalaman klinik,


berat ringannya penyakit serta tujuan khusus penggunaan obat ini.
Sebaiknya ansietas dimulai dengan obat paling efektif dengan sedikit
efek samping. Penggunaan obat untuk ansietas hanya bersifat
simptomatik dan merupakan tambahan psikoterapi. Seringkali sindrom
ansietas diikuti gejala depresi. Pada generalized anxiety disorder,
antidepresi kerap digunakan bersama golongan benzodiazepine terutama
pada pasien yang memiliki kecendrungan untuk bunuh diri. Antidepressi
yang sering digunakan adalah golongan trisiklik, golongan SSRI.
Golongan benzodiasepine sebagai obat anti anxietas
mempunyai therapeutic ratio lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan
adiksi

dengan

toksisitas

meprobamate

atau

menginduksi

enzim

yang

phenobarbital.
mikrosomal

rendah,

dibandingkan

Disamping
hepar,

itu,

dengan

phenobarbital

sedangkan

golongan

benzodiazepine tidak. Golongan Benzodiazepine merupakan drug of


choice

dari semua obat yang mempunyai efek anti anxietas,

disebabkan spesifitas, potensi, dan keamanannya. Spektrum klinis


Benzodiazepine meliputi efek anti anxietas, anti konvulsan, anti
insomnia dan premedikasi tindakan preoperatif.
Penggunaan jangka panjang obat antianxietas tidak dianjurkan
karena risiko terjadinya toleransi dan ketergantungan. Dianjurkan
pembatasan penggunaan benzodiazepine hanya selama 2-4 minggu saja
dan selama itu pasien akan lebih mudah menerima bentuk terapi lain
(misalnya terapi perilaku, terapi sosial.
Beberapa spesifikasi obat anti anxietas:
1) Clobazam = 1,5 benzodiazepine = psychomotor performance
paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewassa dan usia lanjut
yang ingin lebih aktif.

11

2) Lorazepam = Benzodiazepine dengan waktu paruh pendek dan tidak


mengalami akumulasi obat yang signifikan pada dosis klinik untuk
pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal.
3) Alprazolam= efektif untuk anxietas antisipatorik onset of action
lebih cepat dan mempunyai komponen efek antidepresi.
4) Sulpride-50= efektif untuk meredakan gejala somatik dan sindrom
b.

anxietas dan paling kecil resiko ketergantungan obatnya.


Pengaturan dosis
steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk ke
dalam badan sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai
setelah 507 hari dengan dosis 2-3 kali sehari (half life24 jam). onset of
action cepat dan langsung memberikan efek. Efek klinis terlihat bila
kadar obat dalam darah telah mencapai steady state. Pengaturan dosis
tidak perlu seperti neuroleptika dan antidepressan. Mulai dengan dosis
awal (dosis anjuran) naikkan dosis tiap 3-5 hari sampai mencapai
dosis optimal dipertahankan 2-3 minggu diturunkan 1/8x dosis
sebelumnya (dosis terakhir yang sedang dipertahankan) setiap 2-4
minggudosis minimal yang masih efektif (maintenance dose)bila
kambuh dinaikkan lagi bila tetap efektif pertahankan 4-8 minggu

c.

tapering off.
Lama Pemberian
Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal,
pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan. Pemberian yang sewaktuwaktu dapat dilakukan apabila sindrom anxietas dapat diramalkan waktu
datangnya dan hanya pada situasi tertentu (anticipatory anxiety) serta
terjadinya tidak sering. Penghentian selalu secara bertahap (stepwise)

8.

agar tidak menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms).


Perhatian Khusus
Kontraindikasi : pasien dengan hipersensitifitas terhadap
benzodiazepine,

glaucoma,

myasthenia

gravis,

chronic

pulmonary

insufficiency, chronic renal or hepatic disease.

12

Gejala over dosis / intoksiskasi:


Kesadaran menurun, lemas, jarang yang sampai dengan coma
Pernapasan, tekanan darah, denyut nadi menurun sedikit.
Ataksia, disartria, convulsion, refleks fisiologis menurun.
Terapi suportif : tatalaksana terhadap respiratory depression dan

shock. Terapi kausal: Benzodiazepine antagonist Flumazenil (ANEXATE)


Ampul 0,5 mg/5 cc (I.V)
Tidak ada kematian pada penggunaan Diazepam sampai dengan
1400 mg dan chlorazepoxide 6000 mg ( Benzodiazepine merupakan
golongan obat paling aman dalam hal efek samping over dosis, jika
dibandingkan obat-obat psikotropika lainnya).
Efek teratogenik (khusus pada semester I) berkaitan dengan obat
golongan benzodiazepine yang dapat melewati placenta dan mempengaruhi
janin. Pada saat persalinan harus dihindarkan karena dapat menyebabkan
hypotonia, penekanan pernapasan dan hipotermia pada anak yang dilahirkan.
Pada penderita usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan
(paradoxical reaction) berupa: kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spastitas
oto meningkat dan gangguan tidur.

13

BAB III
PENUTUP
Keadaan stres, konflik-konflik yang kompleks menjadikan pencetus stres bagi
individu maupun masyarakat sendiri. Secara subjektif kecemasan itu bagi
kebanyakanorang adalah perasaan yang tidak enak, yang perlu secepat-cepatnya
ditangani.
Bentuk-bentuk anxietas secara psikis sendiri berupa gangguan panik, gangguan
fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma dan gangguan
cemas menyeluruh. Terapi yang dianjurkan adalah manajemen krisis, farmakoterapi
(obat anti anxietas) dan psikoterapi.
Ada dua jenis penggolongan obat anti anxietas, yaitu: Benzodiazepine dan Nonbenzodiazepine.golongan Benzodiazepine merupakan

drug of choice untuk

pengobatan gangguan anxietas, karena mempunyai ratio terapeutik yang lebih tinggi
dan kurang menimbulkan efek adiksi serat memiliki toksisitas yang rendah.
Pemberian obat golongan benzodiazepine tidak dianjurkan pada pasien-pasien
dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat dan unstable personalities,
karena ketergantungan relatif sering terjadi.
Dalam pemberian obat anti anxietas tetap perlu diperhatikan penggunaan obat
yang tepat, efek samping obat, interaksi obat dan kontra indikasinya.

14

DAFTAR PUSTAKA
Sadock BJ, Sadock VA. KAPLAN & SADOCK Buku Ajar Psikiatri Klinik. 2ed.
Muttaqin H, Sihombing RNE, editors. Jakarta: EGC; 2012.2.
Maramis WF, Maramis AA. Catatan ILMU KEDOKTERAN JIWA.
ed.Surabaya: Airlangga University Press; 2007.3.

Kaplan H, Sadock BJ. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa aksara; 1997.4.
Maslim
R.
PANDUAN
PRAKTIS
PENGGUNAAN
KLINIS
OBATPSIKOTROPIK (PSYCHOTROPIC MEDICATION). 3 ed. Jakarta: PT
NuhJaya; 2007.5.
Wiria MSS. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. 5 ed. Gunawan SG, SetiabudyR,
Nafriadi, Elysabeth, editors. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.6.
Tjay TH, Rahardja K. OBAT-OBAT PENTING kasiat Penggunaan dan EfekSamping.
6 ed. Jakarta: ramedia; 2008.7.
Sadock BJ, Sadock VA. KAPLAN & SADOCK Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2ed.
Muttaqin H, Sihombing RNE, editors. Jakarta: EGC; 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai