Oleh :
Fiftin Desy Auliafadina
Wahyu Faisal
Winuaji Eko
PEMBIMBING :
dr. Cendra P., Sp.An
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
2015
Pembimbing :
dr. Cendra P., Sp.An
()
(......................................)
1
2
4
5
14
14
16
18
18
18
18
19
21
21
22
23
26
26
29
29
31
32
32
33
34
Bab IV Pembahasan
Bab V Kesimpulan...
Daftar Pustaka
36
37
39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jenis jarum Spinocain
Gambar 2. Anatomi lapisan tulang belakang
Gambar 3. Posisi tulang belakang saat fleksi dan ekstensi
Gambar 4.Lokasi injeksi pada spinal anaesthesia
Gambar 5.Palpasi ruang intervertebralis
Gambar 6.Sudut injeksi pada spinal anaesthesia
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang sangat
berperan dalam mewujudkan tugas profesi dokter karena dapat mengurangi nyeri
dan memberikan bantuan hidup. Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani a =
tanpa dan aesthesis = rasa/sensasi yang berarti keadaan tanpa rasa sakit, dan
reanimasi berasal dari re = kembali dan animasi = gerak/hidup. Ilmu anestesi dan
reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk
mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut, dan rasa tidak nyaman yang lain
sehingga pasien nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana unuk menjaga/
mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama mengalami kematian
akibat obat anestesi.(1) Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi,
pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan
lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat, terapi
inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.(2)
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu(1) :
(1) Anestesi lokal/regional, yaitu suatu tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa
disertai hilangnya kesadaran, dan
(2) Anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang reversible yang disebabkan
oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh.
Sebagian besar operasi (70-75 %) dilakukan dengan anestesi umum, lainnya
dengan anestesi lokal / regional. Anestesi spinal merupakan salah satu macam
anestesi regional. Pungsi lumbal pertama kali dilakukan oleh Qunke pada tahun
1891. Anestesi spinal subarachnoid dicoba oleh Corning, dengan menganestesi
bagian bawah tubuh penderita dengan kokain secara injeksi columna spinal. Efek
anestesi tercapai setelah 20 menit, mungkin akibat difusi pada ruang epidural.
Indikasi penggunaan anestesi spinal salah satunya adalah tindakan pada daerah
abdominal bawah dan inguinal.(2,3)
Dalam pembedahan membutuhkan tindakan anestesi karena nyeri sangat
mungkin terjadi saat pembedahan berlangsung. Usaha penanggulangan nyeri
terutama nyeri akut akibat trauma atau bedah, dilakukan untuk memperpendek
fase akut/katabolitik pasca trauma atau bedah sehingga pasien segera memasuki
fase anabolik dan proses penyembuhan luka lebih cepat.(3)
Penatalaksanaan hernia inguinalis lateralis dekstra adalah tindakan bedah
berupa hernio repair. Pada pembedahan ini menggunakan teknik anestesi spinal
(subaraknoid). Tindakan ini melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum.
Hernia pada dinding perut merupakan penyakit yang sering dijumpai dan
memerlukan tindakan bedah.(4)
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama pasien
: Tn. JK
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Baki, Sukoharjo
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal masuk RS
: 10 Juni 2015
: 273xxx
Macam Operasi
: Hernio Repair
Macam Anestesi
: Regional
Anestesi
dengan
Teknik
Subarachnoid Block
Tanggal Operasi
II.
: 13 Juni 2015
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes mellitus
Riwayat asma
Riwayat alergi
Riwayat penyakit jantung
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
KU
BB/TB
Gizi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: Baik, GCS : E4 V5 M6
: 60 Kg/156 cm
: Baik
7
b. Vital Sign
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
RR
: 16 x/menit
Suhu
: 36,20C
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-)
nafas
Leher
2. Paru
Perkusi : sonor/sonor
Abdomen :
operasi
Auskultasi : BU (+) dalam batas normal.
Palpasi : Nnyeri tekan (-), teraba benjolan di selangkangan
kanan.
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tangggal : 10 Juni 2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Neutrofil%
Limfosit%
Monosit%
Eosinofil%
Basofil%
CT
BT
Kreatinin
Ureum
Glukosa Sewaktu
HbsAg
Hasil
12.6
36.7
4.59
176
4.59
86.9
29.9
34.3
50.9
39.2
6.8
2.4
0.3
03.30
01.30
0.95
20.5
89
Negatif
Rujukan
12.0 16.0
37.0-47.0
5-10
150-300
4.0-5.0
82.0-92.0
27.0-31.0
32.0-37.0
50.0-70.0
25.0-40.0
3.0-9.0
05-5.0
0.0-1.0
2-8
1-3
0.5-0.9
10-50
70-150
Negatif
Satuan
g/%
Vol%
/mm3
mm3
Juta/ul
Fl
Pg
%
%
%
%
%
%
Menit
Menit
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
4. Kesimpulan
Seorang laki-laki usia 45 tahun dengan diagnosis hernia
inguinalis lateralis dekstra yang akan dilakukan tindakan operasi
hernio repair. Hasil laboratorium darah dalam batas normal.
Kegawatan Bedah : (+)
ASA : II
III.
LAPORAN ANESTESI
1. Rencana Anestesi
a. Persiapan operasi
a) Persetujuan operasi tertulis
b) Puasa 8 jam pre operatif
c) Infus RL 30 tetes / menit
b. Jenis anestesi
: Regional anestesi
c. Teknik Anestesi
: Sub Arachnoid Block
d. Premedikasi
: Ondancetron, ketorolac
e. Induksi
: Bupivacain HCL 10 mg
f. Monitoring
Anestesi selesai
: 09.30
: 08.50
10
Nadi
87
77
70
72
70
64
52
60
64
68
TD
140/80
140/80
140/80
120/60
107/57
100/50
110/57
117/60
125/60
130/60
Sp02
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
98%
c. Di Recovery Room
Pasien masuk Ruang RR pukul 09.30 dalam Posisi Supine
(terlentang), sadar penuh, dimonitoring tanda vital, infuse RL,
diberikan O2 3 liter/menit.
Jam 10.30 pasien dipindah ke bangsal.
d. Intruksi pasca anestesi
a) Posisi supine dengan oksigen 3 L/ mnt
b) Kontrol vital sign, T < 100 mmHg infus dipercepat, beri efedrin
c) Bila muntah diberi ondancetron dan bila kesakitan diberi
analgetik.
d) Lain-lain
Antibiotik sesuai Bedah
Analgetik sesuai Bedah
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSIAPAN PRA ANESTESI
Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan (elektif/darurat)
harus dipersiapkan dengan baik. Kunjungan pra anestesi pada bedah elektif
dilakukan 1-2 hari sebelumnya, dan pada bedah darurat sesingkat mungkin.
Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan
pembedahan baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk
keberhasilan tindakan tersebut. Adapun tujuan pra anestesi adalah(3)
1. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.
2. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi.
3. Meramalkan penyulit yang mungkin akan terjadi selama operasi dan atau
pasca bedah.
12
a. ASA I
ASA II
ASA III
mengancam nyawa.
ASA IV: Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat
e.
13
kardiovaskular,
ginjal,
gastrointestinal,
hematologi,
posterior
3) Mallampati III
4) Mallampati IV
14
B. PREMEDIKASI ANESTESI
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun
tujuan dari premedikasi antara lain(3)
1. memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam.
2. menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam
3. membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam
4. memberikan analgesia, misal pethidin
5. mencegah muntah, misal : droperidol, metoklopropamid
6. memperlancar induksi, misal : pethidin
7. mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
8. menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : sulfas atropin.
9. mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropin dan
hiosin.
Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis
pasien yang ditetapkan setelah dilakukan kunjungan prabedah. Dengan
demikian maka pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus selalu
dengan mempertimbangkan umur pasien, berat badan, status fisik, derajat
kecemasan,
riwayat
pemakaian
obat
anestesi
sebelumnya,
riwayat
2.
3.
4.
5.
15
Berat Jenis
Sifat
Dosis
1,005
1, 027
Isobarik
Hiperbarik
16
a.
b.
17
Pasien lebih puas karena recovery time yang lebih cepat dan efek
samping yang lebih kecil.
3) Sistem respiratorik
Anaestesia spinal memberikan lebih sedikit efek pada sistem
respirasi bila dibandingkan General Anaesthesia. Respirasi bisa
spontan.
4) Manajemen Airway
Dikarenakan airway pasien tidak terganggu, lebih sedikit resiko
terjadinya obstruksi atau aspirasi dari isi lambung. Namun
keuntungan ini bisa hilang pada pemberian sedasi yang
berlebihan.
5) Pasien Diabetes Mellitus
Pada pasien yang sadar, akan lebih mudah melihat tanda
hipoglikemia.
6) Relaksasi otot
Spinal anaestesia memberikan efek relaksasi yang lebih baik
terutama pada abdomen inferior dan extremitas inferior.
7) Perdarahan
Perdarahan yang terjadi selama operasi lebih sedikit bila
dibandingkan dengan general anaesthesia. Hal ini diakibatkan
berkurangnya
tekanan
darah
dan
denyut
jantung
serta
ke
subarachnoid
dan
1) Pasien menolak
2) Infeksi pada tempat suntikan
3) Hipovolemia berat, syok
4) Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
5) Tekanan intra kranial meninggi
6) Fasiltas resusitasi minim
7) Kurang pengalaman / tanpa didampingi konsultan anestesi.
b.
Kontra indikasi relatif(1)
1) Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
2) Infeksi sekitar suntikan
3) Kelainan neurologis
4) Kelainan psikis
5) Bedah lama
6) Penyakit jantung
7) Hipovolemia ringan
8) Nyeri punggung kronis
7. Anatomi
19
20
Gambar 2. Anatomi
8. Fisiologi Spinal Anaestesia
Cairan anaestesia lokal diinjeksikan ke ruang sub arachnoid
untuk memblok konduksi impuls saraf, terutama di sekitar area injeksi.
Ada tiga jenis saraf: sensorik, motorik, dan otonom. Saraf motorik
mengatur kontraksi otot, dan bila di blok maka otot akan paralisis. Saraf
sensoris menerima rangsangan seperti nyeri dan sentuhan ke medulla
spinalis yang kemudian diteruskan ke otak, dan saraf otonom mengatur
diameter pembuluh darah, denyut jantung, kontraksi usus dan fungsi
fungsi yang tidak disadari.(1,3,7)
Secara umum, saraf otonom dan sensoris diblok terlebih dulu
baru saraf motorik. Hal ini akan menimbulkan beberapa efek, misal
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah saat saraf otonom di blok dan
pasien mungkin bisa tetap merasakan sentuhan namun tidak merasakan
nyeri.(1,3,7)
Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal(1,3,7) :
a.
b.
22
23
9. Perlengkapan Anastesi
Perlengkapan yang harus disiapkan sebelum melakukan blok
epidural/spinal antara lain :(1,3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
resiko PDPH.
10. Persiapan Pasien(1,2,3)
a. Pre-operatif visite
Pre operatif visite diperlukan untuk menganalisa keadaan umum
pasien, mengetahui kelainan-kelainan yang ada sebagai gambaran
komplikasi yang dapat terjadi. Juga memberikan informasi pada
pasien walaupun mungkin masih ada sensasi rasa tekan dan gerak saat
dianastesi, namun nyeri akan tidak terasa. Juga jelaskan bahwa akibat
anastesi kaki akan terasa lemas, berat dan sedikit parasthesia.
b. Pre-loading cairan.
Semua pasien spinal anaestesi harus diberikan cairan intravena
sebelum di anestesi. Jumlah cairan yang diperlukan bervariasi, sesuai
dengan umur dan lama operasi. Pada pasien muda yang sehat, untuk
operasi hernia perlu kurang lebih 1000 ml. Pasien tua yang sudah
tidak memiliki kemampuan vasodiatasi sebaik yang muda, serta
mungkin punya hipotensi mungkin perlu 1500ml untuk operasi yang
sama. Untuk operasi caesar perlu setidaknya 1500ml. cairan yang
digunakan bisa ringer lactate. Umumnya untuk dewasa 10-20ml/kg
BB selama 15 menit.
c. Penderita untuk operasi elektif dipuasakan setidaknya 6 jam
d. Premedikasi
Adalah tindakan yang penting disamping persiapan anastesi lainnya.
24
akan
menimbulkan
bradikardi
yang
disebabkan
keseimbangan
sehingga
menimbulkan
muntah,pusing
25
tambahan dextrose.(1,2,5)
Bupivakaine
Obat ini berjenis hiperbarik 0,5%. Saat ini buvicaine merupakan salah
satu obat paling baik.. durasi bupivacain cukup panjang, umumnya
b.
mencapai 2 -3 jam.
Lignocaine
26
Obat ini juga berjenis hiperbarik 5%. Durasi anastesi lidokain kurang
lebih 45-90 menit. Efek lidokain bisa diperpanjang dengan
menambahkan adrenalin 1:1000.
Lidocain multi-dose sebaiknya tidak digunakan intratekal karena
c.
d.
Amethocaine
1% larutan ini bisa dicampur dengan dextrose,saline atau aquades
untuk injeksi.
e.
Mepivacaine
Larutan hiperbarik 4%, mirip lignocaine.
12. Teknik Anastesi
Cara melakukan anestesi spinal:(1,2,3)
a. Perlu mengingatkan pasien tentang hilangnya kekuatan motorik dan
berkaitan keyakinan kalau paralisisnya hanya bersifat sementara.
b. Pasang infus, minimal 500ml cairan sudah masuk saat menginjeksi
obat anastesi lokal
c. Posisi lateral dekubitus adalah posisi yang rutin untuk mengambil
lumbal pungsi, tetapi bila kesulitan posisi duduk akan lebih mudah
untuk pungsi.
d. Inspeksi : Garis Tuffier, garis yang menghubungkan 2 titik tertinggi
krista iliaka kanan dan kiri akan memotong garis tengah punggung
setinggi L4-L5.
G
Gambar 4.Lokasi Injeksi pada Spinal Anaestesi
27
28
b.
c.
Hipotensi
Hipotensi disebabkan sympathectomy temporer, komponen blokade
midthoracic yang tidak dapat dihindari dan tidak diinginkan.
Berkurangnya venous return dan penurunan afterload menurunkan
maternal mean arterial pressure (MAP). Hal ini dapat disebabkan oleh
karena posisi terlentang terjadi kompresi parsial atau total vena kava
29
d.
kandung
kencing
mungkin
Hidrasi akut
Sebelum induksi harus dipasang infus intravena, dengan memberikan
cairan kristaloid sebanyak 1000 1500 ml tidak menimbulkan bahaya
overhidrasi.
Dianjurkan
pemberian
cairan
tidak
mengandung
sawar uri.
Pemberian Vasopressor
Pemberian efedrin, seringkali dipakai untuk pencegahan maupun
terapi hipotensi. Obat ini merupakan suatu simpatomimetik non
katekolamin dengan campuran aksi langsung dan tidak langsung.
Meningkatkan curah jantung, tekanan darah, dan nadi melalui
stimulasi adrenegik alfa dan beta, menimbulkan bronkhodilatasi
c.
menyimpan O2 menurun.
2) Naiknya konsumsi oksigen.
3) Airway closure.
4) Turunnya cardiac output pada posisi supine.
16. Terapi Cairan(1,6)
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus
mendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan
perioperatif bertujuan untuk(1,6):
30
Pra operasi
Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah,
penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga
seperti pada ileus obstriktif, perdarahan, luka bakar dan lain-lain.
Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kg BB /
jam. Setiap kenaikan suhu 1o Celcius kebutuhan cairan bertambah 1015 %.
b.
Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan
cairan pada dewasa untuk operasi :
1) Ringan
2) Sedang
3) Berat
= 2-4 ml/kgBB/jam.
= 4- 6 ml / kgBB/jam
= 6-8 ml / kgBB/jam.
31
pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang
disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya.(1,2,3)
Untuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang
perawatan perlu dilakukan skoring tentang kondisi pasien setelah anestesi
dan pembedahan. Maka dilakukan penilaian dengan aldrete score.(3)
Aldrete Scoring System
Aldrete Score
2/15
3/15
4/15
Aktivitas
Gerak ke 4 extremitas atas perintah
2
Gerak ke 2 extremitas atas perintah
1
Tidak respon
0
Respirasi
Bisa bernafas dalam dan batuk
2
Dispnoe, hipoventilasi
1
Apnoe
0
Sirkulasi
Perubahan sirkulasi <20% dari TD PreOP
2
Perubahan sirkulasi 20-50% dari TD PreOP 1
Perubahan sirkulasi > 50% dari TD PreOP
0
Kesadaran
Sadar Penuh
2
Dapat dibangunkan
1
Tidak respon
0
Warna kulit
Merah
2
Pucat
1
Sianotik
0
Aldrete skor >7 boleh pindah ke ruang perawatan.
32
tindakan
memperkecil
anulus
inguinalis
internus
dan
Ferguson
Bassini
Halsted
Mc Vay
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembedahan yang akan dilakukan yaitu berupa hernio repair
diperlukan tindakan anestesi untuk menghilangkan rasa nyeri yang ditimbulkan
akibat pembedahan tersebut. Sebelum anestesi dilakukan perlu dilakukan tindakan
pre anestesi.
Permasalahan pada kasus ini :
A. Permasalahan dari segi medik
33
Pada pasien ini kondisi medis pasien dalam batas normal, tidak
ditemukan penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi jalannya operasi dan
proses penyembuhan post operasi.
B. Permasalahan dari segi bedah
Perdarahan
C. Permasalahan dari segi Anestesi
Pada pasien dengan anastesi regional spinal dapat terjadi: Hipotensi,
Kejang, Hipoventilasi, Mual-muntah, Post operatif headache
Pada kasus ini, yang dilakukkan anestesi spinal, saat operasi terjadi
penurunan tekanan darah. Tekanan darah yang turun setelah anestesi spinal
biasanya sering terjadi. Jika tekanan darah sistolik turun di bawah 100 mmHg
atau terdapat gejala-gejala penurunan tekanan darah, maka harus cepat diatasi
untuk menghindari cedera ginjal, jantung dan otak, di antaranya dengan
memberikan oksigen dan menaikkan kecepatan tetesan infus. Selain itu dapat
diberikan injeksi efedrin HCl 5 mg IV.
Hipotensi terjadi karena :
1. Penurunan venous return ke jantung dan penurunan cardiac out put.
2. Penurunan resistensi perifer.
Penurunan venous return juga dapat menyebabkan bradikardi. Untuk
mengatasi bradikardi yang terjadi diberikan sulfas atropin 0,25 mg IV.
Anestesi spinal terutama yang tinggi dapat menyebabkan paralisis otot
pernapasan, abdominal, intercostal. Oleh karenanya, pasien dapat mengalami
kesulitan bernapas. Untuk mencegah hal tersebut, perlu pemberian oksigen
yang adekuat. Pada kasus ini disiapkan pemberian oksigen 3 lpm.
Terapi cairan
Perhitungan cairan pada kasus ini adalah (BB = 60 kg)
1.
2.
Kebutuhan cairan selama operasi dan karena trauma operasi besar selama
45 menit (0,75 jam) = kebutuhan dasar selama operasi + kebutuhan operasi
besar
= (2 X 60 X 0,75) + (6 X 60 X 0,75) = 90 + 270 = 360 cc
3.
34
5.
Dalam suatu tindakan anestesi banyak hal yang harus diperhatikan agar
tindakan anestesi tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan
anestesi. Dalam hal ini pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada
setiap operasi yang melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang baik dan teliti
memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah yang
mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya serta dapat menentukan teknik
anestesi yang akan dipakai. Selain itu, pemilihan obat dan dosisnya harus benarbenar diperhatikan agar tidak mendepresi janin, dimana hampir semuanya dapat
mendepresi nafas janin.
35
36