110 118 - Winarto - Pengembangan Alat Pengering Energi Surya1 PDF
110 118 - Winarto - Pengembangan Alat Pengering Energi Surya1 PDF
Winarto
Jurusan Fisika FMIPA UM
winarto.fmipa@um.ac.id
Abstrak. Letak geografis Indonesia memungkinkan untuk menerima radiasi surya
yang berlimpah sepanjang tahun. Pemanfaatan radiasi surya secara sederhana hingga
saat ini belum menunjukkan perkembangan yang berarti dalam meningkatkan
produktifitas dan kualitas hidup masyarakat. Mahasiswa terlebih yang mengikuti
PPG dan SM3T perlu mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan praktis dalam
memanfaatkan radiasi surya sebagai sumber energi terbarukan (renewable) untuk
menggantikan sumber energi konvensional (unrenewable) yang jumlahnya semakin
berkurang. Agar radiasi surya dapat dimanfaatkan secara optimal, diperlukan
peralatan yang dapat mengumpulkan dan menampung radiasi, salah satunya adalah
kotak kolektor radiasi surya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model
kolektor energi surya yang efektif dapat menjerat gelombang infra merah dari radiasi
surya menggunakan pelat gelombang. Permukaan gelombang dalam kolektor
berfungsi memantulkan radiasi ke fokus kelengkungan sehingga dapat memanaskan
udara yang terjerat di dalam kotak kolektor. Udara panas dalam kolektor secara
konvektif mengalir ke ruang pengering dan dimanfaatkan untuk mengeringkan
bahan yang ada di dalam ruang pengering. Efektifitas kerja alat pengering energi
surya dibandingkan dengan teknik pengeringan tradisional diselidiki dengan
mengukur massa air yang dapat diuapkan oleh masing-masing sistem dalam selang
waktu 30 menit. Melalui Uji-t diperoleh bahwa thitung: 14.256 > t table : 1.67 dengan df
= (14:5%), hal ini menunjukkan bahwa Pengering Energi Surya bekerja lebih efektif
dalam menguapkan air bahan dibandingkan dengan pengering tradisional.
Kata kunci: Radiasi surya, kolektor plat gelombang, pengering energi surya
110
Stefan-Boltzmann
sebagai
berikut:
(Zemansky, 1986)
HR = e T4 (Keterangan: HR = Banyaknya
energi pancar persatuan luas persatuan
waktu, T = Suhu mutlak, = Konstanta
Stefan-Boltzmann, 5.8703 x 10-8 Wm-2K-4,
dan e = Daya pancar (emissivitas yang
besarnya antara 0 dan 1 tergantung pada
sifat permukaan). Dari keadaan diatas
dapat ditentukan lebih lanjut jumlah netto
pengurangan atau penembahan energi persatuan waktu persatuan luas akibat radiasi
(HR). Bila suhu suatu benda kerja T1 dan
dikelilingi dinding bersuhu T2 , dapat
dirumuskan: HR bersih = e (T14-T24).
Kolektor Pelat Datar (KPD). Ide
dasar dari KPD adalah memanfaatkan sifat
benda hitam dalam mengabsorpsi radiasi
surya. Apabila permukaan hitam dan kasar
berada pada ruangan tembus cahaya yang
dikenai radiasi surya maka udara yang
berada dalam ruangan tersebut akan
menerima radiasi energi panas dari benda
kerja. Sketsa desain KPD dapat sebagai
berikut: (Gambar 1.)
3
Gambar 1. Sketsa Kolektor Pelat Datar (KPD)
Keterangan: 1. Penutup tembus cahaya (plastik PVC atau kaca)
2. Dinding isolator
3. Dasar Kolektor berwarna hitam
3
Gambar 2. Sketsa Kolektor Pelat Gelombang (KPG)
Keterangan: 1. Penutup tembus cahaya (plastik PVC atau kaca)
2. Dinding isolator
3. Dasar
Kolektor terdiri atas lengkungan setengah silinder terbuat dari lembar
aluminium mengkilap.
Proses pemantulan radiasi surya dan pembentukan garis fokus pada lengkungan
3
1
Gambar 3. Sketsa Proses Terjadinya Garis Fokus pada Lengkung Setengah Silinder KPG
Keterangan: 1. Berkas radiasi surya
2. Bidang reflektor lengkung setengah lingkaran
3. Garis fokus tempat pengumpulan kalor
Apabila di sepanjang garis fokus diletakkan suatu bahan/benda, maka akan terjadi
proses pemanasan secara optimal.
Pengering Energi Surya dengan
KPG. Mengacu pada kemampuan bidang
lengkung untuk memantulkan/mengumpulkan radiasi surya pada garis fokus maka
dapat dikembangkan alat pengering energi
surya, yaitu dengan mengalirkan udara panas secara konvektif ke dalam ruang pe-
(a)
ngering. Desain ruang pengering harus isolatif terhapad udara luar. Agar memperlancar aliran udara panas ruang pengering
dilengkapi cerobong pembuangan untuk
menciptakan beda tekanan pada antara
udara masuk dan tekanan pada udara pembuangan. Untuk lebih jelasnya, konstruksi
pengering energi surya tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut: (Gambar 4.)
(b)
Gambar 5. Grafik suhu udara luar (), suhu dalam pengering () , suhu dalam KPG
() pada rentang waktu pukul 10.00 hingga pukul 16.00.
Untuk menyelidiki efektivitas kerja pengering energi surya dibandingkan dengan pengeringan secara langsung, diukur massa
air yang dapat diuapkan pada selembar ka-
in pada selang waktu 30 menit (data terlampir). Hasilnya digambarkan dalam grafik pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik massa air yang diuapkan pada pengeringan langsung (), dan pada
pengering energi surya suhu () pada rentang waktu pukul 9.00 hingga pukul
16.00.
menggunakan program SPSS untuk mengetahui efektivitas kerja pengering. Hasilnya ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji-t data massa air teruap pada pengeringan langsung dan pengering energi
surya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, 1987, Energi dari Matahari,
Bandung:Teknika, No.02. Th. Ke
I.
Bambang TS, 2000, Statistik sebagai Alat
Analisis Data Penelitian. Malang:
FMIPA UM.
Exell,R.H.B, 1981, Basic Desain Theory
for Simple Solar Dryer. Bandung:
Proceedings, Regional Asia and
Pasific Workshop.
Raldiartono, 1987, Solar Concentrator.
Bandung: Teknika, No. 01, Th. I.
LAMPIRAN
Tabel 1. Perubahan suhu di luar dan didalam pemanas pada rentang waktu pukul 09.00
16.00
Pukul
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
Suhu luar
29.5
31.2
32.6
33.0
32.3
29.9
29.0
Suhu KPG
31.5
35.1
42.8
44.9
44.7
36.9
32.2
Suhu Pengering
30.6
34.0
40.2
43.8
43.4
35.6
32.2
Tabel 2. Massa air yang teruap pada pengeringan langsung dan pada Pengering Energi
Surya
Waktu
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
Langsung
64.24
68.41
70.23
65.45
64.82
68.36
70.57
71.05
69.13
70.35
72.11
71.89
67.57
73.59
65.41
Pengering
69.63
76.93
79.14
77.82
69.52
75.74
81.43
82.53
79.57
79.94
81.08
81.84
78.68
82.63
70.08