Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu,
yang umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat
dari gulma tersebut antara lain: mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah
yang berbeda-beda mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang
kaya nutrisi, dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah
yang lembab bahkan tergenang pun masih dapat bertahan, kemampuan gulma
untuk mengadakan regenerasi untuk memperbanyak diri besar sekali, khususnya
pada gulma perennial. Gulma perennial adalah gulma yang hidupnya menahun
dapat pula menyebar luas dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping
secara generatif.
Luasnya penyebaran gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat
bermodifikasi. Demikian juga dengan bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain
dapat pula tumbuh menjadi individu gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi,
stolon dan lain sebagainya. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam
persaingan (berkompetisi) dengan tanaman budidaya. Gulma juga dapat
menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini pulalah yang
memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Dalam berkompetisi dengan
tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan bau dan rasa
yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat
tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun)
yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada
disekitar gulma tersebut (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa
allelopati).
Gulma dapat dibedakan menjadi

beberapa golongan atau kelompok

berdasarkan kepada: bentuk daun, daerah tempat hidup (habitat), daur atau siklus
hidup, sifat botani dan morfologi, dan cara perkembangbiakan. Gulma
mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh persaingan
antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi

persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang
lingkup, pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh
biji-biji gulma, serta gulma dapat menjadi gangguan kelancaran pekerjaan para
petani, misalnya

adanya

duri-duri Amaranthus spinosus. Berawal dari

permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi gulma-gulma yang terdapat


pada Areal perkebunan di Canopy Biologi Unhas.
1.2. Rumusan masalah
1. Jenis gulma apa saja yang terdapat di Areal Perkebunan Canopy Biologi
Unhas?
2. Bagaimana cara pengendalaian / pengelolaan gulma tersebut?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis
gulma sehingga mempermudah dalam pengendaliannya.

BAB II
ISI

1. Eleutheranthera ruderalis
Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.-Bip. (Asteraceae (compositae))
Synonim : Wedelia eclipta Reich.

Susunan Daun

Batang

Bentuk Bunga

Bentuk Percabangan

Klasifikasi:
Regnum
Divisio
Subdivisio
Classis
Subclassis
Ordo
Familia
Genus
Species
Sumber

: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledoneae
: Sympetalae
: Asterales
: Asteraceae
: Eleutheranthera
: Eleutheranthera ruderalis
: Syah dkk., 2014 (Jurnal Natural of Science)

Habitus : Tumbuhan terna semusim (herba) dengan panjang batang hingga <50
cm.
Deskripsi :
Tumbuhan berakal dangkal, tegak lurus, bercabang lebar dari dasar, berbau
sedap. Tangkai bersegi tumpul, membengkak pada bukunya, berambut dengan
jelas. Daun berhadapan, tangkai daun (panjang tangkai daun 0.8-2.5 cm) bulat
telur hingga bulat telur lonjong, lancip, semi bergerigi, kedua sisi daun berbentuk
mata pisau sedikit berambut panjang dan dengan banyak kelenjar kecil pucat,
berbarik-barik transparan, dasar berbentuk baji.

Bunga majemuk berbentuk

bongkol (berbunga 6-12) dengan tangkai bunga berbulu, mahkota bunga berwarna
kuning dengan bentuk tabung pendek terbagi atas 5 dan berambut dipinggiran
bunganya yang melekat pada palea dengan kepala sari menonjol keluar kadangkadang hingga 2-3 dan terletak pada ujung tangkai bunga dan ketiak daun.
Bongkol tegak lurus atau merunduk, ibu gagang berambut panjang; pembalut
berbentuk lonceng; daun gagang tegak lurus dan berbarik-barik dengan jelas.
Tangkai putik dengan 2 lengan agak panjang dengan puncak panjang. Memiliki
palea yang memanjang namun agak membengkak pada bagian tengah dengan duri
yang banyak pada permukaannya. Seluruh tanaman berbulu. Batang dan rantingranting berdaun berusuk atau 4-siku dan berrambut. Buah keras menonjol pada
ujungnya dengan bentuk agak bulat telur dengan bintil-bintil disekitarnya.
Asal : Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.Bip. - asli Amerika Tengah, Hindia
Barat, dan Amerika Selatan Utara (Amerika tropis); dinaturalisasikan di Asia,
Australia, selatan Amerika Selatan, dan Kepulauan terpencil samudra.

Pernyebaran : Pada tahun 1888 diteliti di Jawa Barat untuk pertama kalinya;
sekarang telah menyebar ke seluruh Indonesia.

Tempat Hidup:
Sinar matahari langsung atau tempat teduh, tempat yang tidak terlalu kering,
di daerah dengan sedikit atau banyak musim kering berat; di ladang-ladang dan
bercampur dengan alang-alang dan jenis rumput ladang lainnya, sepanjang tepi

jalan, di bawah pagar tanaman dan di rumpun pohon desa; berlimpah pada satu
tempat. Pada ketinggian 800 m. Ladang padi dataran tinggi.
Perkembangan dan perbanyakan: Buah longkah, dan hydrochorous.
Kepentingan pertanian: Rumput liar tidak belum diketahui rmanfaatnya.
2. Phyllanthus urinaria

Klasifikasi

Regnum
Divisio
Subdivisio
Classis
Subclassis
Ordo
Familia
Genus
Species
Sumber

: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledoneae
: Apetalae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Phyllanthus
: Phyllanthus urnaria L.
: Gembong Tjitrosoepomo, 2013.

Deskripsi :
Tanaman ini memiliki daun majemuk, tata letak daunnya berseling, bentuk
daun bulat telur (ovale), ujung daunnya tumpul, pangkalnya membulat, memiliki
tepi daun yang rata, memiliki anak daun 15-24, memiliki panjang 1,5 cm, lebar
7 mm, dan berwarna hijau. Batang berwarna cokelat. Setiap cabang terdiri dari
7-13 helai daun. Warna daun hijau cokelat. Ukurannya 0,5-2 cm x 1-8 mm. Buah
bertekstur kasar, bulat dengan diameter 3 mm. Kepala sari meniran merah yang
sudah matang akan pecah secara melintang.
Daun meniran ini termasuk pada tipe daun yang tidak lengkap yaitu pada
bagian daun bertangkai karena tanaman ini hanya memiliki tangkai dan beberapa
helaian daun. Tanaman ini memiliki bunga tunggal yang terdapat pada ketiak daun
menghadap ke arah bawah, menggantung dan berwarna putih. Memiliki daun
kelopak yang berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas,
mahkota bunga kecil dan berwarna putih. Tanaman ini memiliki buah yang
berbentuk kotak, bulat pipih dan licin, diameter 2 mm dan berwarna hijau.
Tanaman ini memiliki biji yang kecil, keras dan berbentuk ginjal serta berwarna
coklat. Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih.
Pernyebaran :
Meniran Phyllanthus urinaria L. merupakan tumbuhan liar yang berasal
dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini,
tumbuhan ini telah tersebar ke Benua Afrika, Amerika, dan Australia. Di Jawa,
meniran terdapat pada dataran rendah hingga pada ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut pada tempat-tempat lembab di kebun-kebun, di ladang-ladang,

dalam semak-semak, sepanjang jalan, dan di tanah berumput, pada beberapa


tempat dalam jumlah banyak.
Tumbuhan ini terdapat di seluruh Asia termasuk Indonesia, Malaysia, India,
Peru, Afrika, Amerika dan Australia. Penyebarannya di seluruh Indonesia
teridentifikasi dengan adanya nama daerah yang berbeda untuk menyebutkan
tanaman meniran. Di Sumatera dikenal dengan nama sidukung anak, dudukung
anak, bame tano. Di Sulawesi dikenal dengan nama bolobungo. Di Maluku
dikenal dengan nama gosau ma dungi, gosau ma dongi roriha, belalang babiji.
Meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa).
Tempat Hidup:
Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh secara liar di tempat yang
berbatu dan lembab seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah atau
tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran.

Manfaat :
Bagian tanaman meniran yang bisa dimanfaatkan sebagai obat yaitu pada
bagian akar (radix), batang, daun (folium), bunga (flos), aerial atau bagian herba.
1. Antibakteri ekstrak metanol daun Meniran mempunyai efek antibakteri paling
tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia
coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Efek ini disebabkan senyawa antibakteri
pada Meniran seperti phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, dan nietetralin.
Ekstrak petroleum eter dari batang, daun, dan akar Meniran juga
menunjukkan efek antifungi.
2. Pelarut asam urat dan batu ginjal. Tanaman meniran ini kaya akan kandungan
senyawa flavonoid dan glikosida flavonoid yang dapat digunakan untuk
mengobati asam urat dan batu ginjal. Meniran juga bersifat diuretik
(membantu keluarnya air seni). Dengan cara tersebut, Meniran digunakan
untuk mengatasi asam urat dan batu ginjal ataupun penyakit lain yang
disebabkan oleh asam urat seperti rematik gout.
3. Immunodulator, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Meniran dapat
memodulasi sistem imun melalui proliferasi (penyebaran) dan aktivasi
limfosit T dan B, apabila perlawanan sistem kekebalan alami kita tidak

mencukupi. Limfosit T dan B bekerja menurut jenis serangan virus dan


bakteri yang terjadi. Selain itu, Meniran juga berfungsi mengaktivasi sel
fagositik seperti monosit dan makrofag yang bertugas memberikan potongan
patogen (agen biologis penyebab penyakit) kepada sel T sehingga patogen
tersebut dapat dikenali dan dibunuh. Karena bersifat immunomodulator,
Meniran dapat digunakan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh
terhadap bakteri, virus, dan mikroba penyebab penyakit sehingga dapat
mencegah berbagai penyakit yang disebabkan bakteri, virus.
4. Antikanker, kemampuan Meniran sebagai immunostimulator membantu
merangsang aktivitas sel natural killer (NK) dan sel killer (K). Jika toksisitas
kedua sel tersebut meningkat, sel-sel yang mengalami mutasi dan abnormal
(sel kanker) akan dihancurkan oleh keduanya.
5. Antidiabetes, kandungan senyawa aktif Phyllanthin dan hypophyllanthin
merupakan komponen utama yang diduga berperan aktif dalam penurunan
kadar gula darah.
6. Hepatoprotektor, Kandungan senyawa aktif yang dimiliki oleh meniran
yaitu senyawa antihepatotoksik seperti filantin, hipofilantin, triakontanal, dan
trikontanol berfungsi dalam perbaikan organ liver. Selain itu, senyawa
phyllanthus dalam Meniran juga diketahui bekerja sebagai pelindung hati
(hepatoprotektor) dengan cara menyabotase DNA polimerasi (enzim yang
diperlukan virus hepatitis untuk bereplikasi/menggandakan diri).
7. Hepatitis kronis, Ekstrak Meniran dapat memodulasi sistem imun melalui
proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B. Sekresi TNF- dan IFN- pun
meningkat.

Efek akhirnya,

indikasi kesembuhan

hepatitis. Meniran

mendorong mekanisme perbaikan sel-sel hati dengan cara meningkatkan


jumlah enzim yang berperan sebagai antioksidan.
8. Antituberkulosis, tanaman meniran bermanfaat juga dalam penyembuhan
penyakit tuberculosis karena ekstrak meniran membantu meningkatkan kadar
imunitas penderita TB dengan cara meningkatkan CD4 limfosit T dan rasio
CD4/CD8 limfosit T.
9. Penyakit kulit, dengan mengkonsumsi Meniran juga berguna sebagai terapi

tambahan penyakit kulit seperti lepra dan herpes zoster. Ekstrak Meniran
bekerja dengan cara meningkatkan sistem imunitas seluler. Dengan kata lain,

Meniran mendorong limfosit T makin aktif bekerja. Herpes zoster


berkembang biak dengan leluasa saat sistem imunitas tubuh melemah.
Menurut Triarsari (2009) dalam Sholikhah (2009), meniran merupakan jenis
tanaman obat yang dapat bermanfaat untuk menurunkan panas, obat batuk,
radang, batu ginjal, susah buang air kecil, disentri, sakit ayan, hepatitis, rematik.
Selain itu meniran dapat mencegah berbagai macam infeksi virus dan bakteri serta
mendorong sistem kekebalan tubuh. Hal ini dikarenakan terdapat kandungan
flavonoid, alkaloid, tanin, dan vitamin C.
Kandungan Kimia
Tanaman obat meniran sangat kaya akan berbagai kandungan kimia, antara
lain: phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali, nirurin, nirurinetin,
norsecurinine, phyllanthenol, phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin,
ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester, garlic acid, ascorbic acid,
hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan isoquercetin. Senyawa lain yang
terkandung dalam Meniran adalah beta-d-xylopyranoside dan beta-sitosteroy.
Senyawa lain yang baru ditemukan adalah seco-4-hidroksilintetralin, secoisoarisiresinol trimetil eter, hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan
neolignan. Akar dan daun Meniran kaya akan senyawa flavonoid, antara lain
phyllanthin, hypophyllanthin, qeurcetrin, isoquercetin, astragalin, dan rutin.
Minyak bijinya mengandung beberapa asam lemak seperti asam ricinoleat, asam
linoleat, dan asam linolenat.
Efek Samping
Pemakaian berlebih dari Phyllanthi Herba dapat menyebabkan impoten,
menjelaskan flavonoid yang terkandung dalam meniran memberikan efek
menghambat kerja enzim xanthin oksidase sehingga dapat dimanfaatkan dalam
pengobatan mengurangi kelebihan asam urat dan batu ginjal.
3. Paspalum conjugatum (Jukut pahit)

Klasifikasi:
Regnum : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Familia
: Gramineae
Genus
: Paspalum
Species
: Paspalum conjugatum Berg.
Sumber
: Gembong Tjitrosoepomo, 2013.
Deskripsi :
Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran serabut dan memiliki rambut akar
yang banyak. Akarnya sering keluar dari buku-buku batang serta berbulu dan
relatif banyak. Batangnya agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu,
warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk geragih
yang bercabang-cabang. Pada tiap buku dari geragih dapat membentuk akar dan
batang baru. Termasuk batang rumput (calmus). Permukaan batang berusuk

(costatus) dimana terdapat rigi-rigi yang membujur. Helaian daun berbentuk pita
(ligulatus) atau pita lanset ujungnya lancip dengan ujung daun runcing (acutus),
berbulu sepanjang tepinya dan permukaannya. Helaian daun paling atas sering
rudimenter. Upih daun berwarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu
yang sangat pipih, tepinya berbulu halus.
Termasuk tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) yang tumbuh pada
ujung batang (flos terminalis). Selain itu, ibu tangkai bunga tidak bercabangcabang, sehingga bunga langsung terdapat pada ibu tangkainya. Bunganya berupa
bunga tandan (rasemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan disatu titik
(conjugate), jarang sekali terdapat tandan ketiga dibawahnya. Tandan mula-mula
tumbuh tegak dan rapat belakang-membelakangi, tetapi kemudian terpisah satu
sama lain, 3-15 cm panjangnya. Buahnya berupa bulir yang berukuran sangat
kecil (1-1,25 mm), tidak berbulu, sisi belakang berwarna hijau mengkilap,
dibagian ujung menyempit dan menyaring. Poros bulir berlunas. Dan anak bulir
dikedua belah sisi dari lunas berjumlah 1-2 baris. Bulir-bulir ini akan rontok
secara bersamaan. Bijinya sangat kecil (1,75-2 mm), berbentuk ellips lebar dengan
ujung yang tumpul, sepanjang sisinya terdapat bulu-bulu halus yang panjang,
warnanya hijau sangat pucat, bertangkai pendek 0,3-0,75 mm.
Asal : Amerika dan Asia Tenggara
Pernyebaran : Di Indonesia tersedia sangat melimpah yang banyak digunakan
sebagai pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput
kerbau.
Tempat Hidup :
Tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian hingga 1700 meter dpl.
Sering ditemukan di lapangan, dibawah pohon.
Perkembangan

dan

perbanyakan

Geragih

merupakan

sarana

perkembangbiakan secara vegetatif. Tumbuh dengan cara stolon


Manfaat :
Manfaat rumput paitan atau rumput kerbau yaitu sebagai hijauan makanan ternak
yang sangat disukai oleh ternak ruminansia seperti kerbau, kambing, sapi, dan
domba.
4. Borreria laevis (Lam.) Griseb.
Synonim: Spermacoce laevis Lam.

Klasifikasi:
Regnum : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Subclassis : Sympetalae
Ordo
: Rubiales
Familia
: Rubiaceae
Genus
: Borreria
Species
: Borreria laevis (Lam.) Griseb.
Sumber
: Gembong Tjitrosoepomo, 2013. Hal 337
Deskripsi :
Borreria laevis atau dalam bahasa Indonesia disebut Kancing ungu atau
ketumpang, merupakan jenis herba, bunga keputihan, tubular dan memiliki
polimorfisme dalam kaitannya dengan ukuran mereka. Boreria laevis termasuk ke
dalam famili Rubiaceae dan merupakan tumbuhan semusim (annual). Gulma ini

berakar tunggang, batang segiempat, berambut, tegak berwarna ungu dan pada
buku-bukunya tumbuh dua helai daun yang berhadapan berbentuk bulat panjang
lanset bagian pangkal melebar dan ujung runcing, bunga mempunyai dua kelopak
berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun tajuk, dan
kepala bunga kecil terdapat di ketiak (Lalaga dkk., 2014).
Asal : Borreria laevis adalah tumbuhan terna semusim yang beasal dari Amerika
tropik.
Pernyebaran : Daerah penyebarannya meliputi 1- 1000 m di atas muka laut,
dapat berbunga sepanjang tahun. Terdapat di semua daerah ekologi tertentu
Sumatera Utara dan Aceh. Tersebar pula dari Florida, Amerika Selatan hingga
India Barat
Tempat Hidup : Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tanah terbuka atau sedikit
ternaung terutama pada tanah keras. Tumbuhan yang tidak begitu penting di
perkebunan tertentu, lazim tumbuh, jarang-jarang pada pembibitan, areal belum
menghasilkan dan areal menghasilkan. Toleran terhadap iklim kering, daerah
pemukiman dan spanjang jalan.
Perkembangan dan perbanyakan : Melalui bijinya yang tersebar melalui air
Manfaat : Makanan ternak yaitu hewan ruminansia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu tumbuhan gulma dapat tumbuh
dengan cepat karena dapat memperbanyak diri dengan berbagai cara sehingga
dapat mengganggu tumbuhan budidaya. Dalam makalah ini di bahas secara
mendalam dari 4 jenis gulma yang diperoleh di areal perkebunan yaitu
Eleutheranthera ruderalis, Phyllanthus urinaria, Paspalum conjugatum Berg.,
dan Borreria laevis (Lam.) Griseb.
3.2 Saran
Saran saya pada penulisan makalah ini yaitu sebaiknya materi ini lebih
dilengkapi dan juga seharusnya para pembaca dapat memberikan saran dan
masukan mengenai makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aldi Y., Yahdian R. Dan Dian H., 2014. Aktivitas Imunomodulator dari Ekstrak
Etanol Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Ayam Broiler. Jurnal
Sains Farmasi & Klinis, 1(1) : 20-26.
Ayu P. S., Zozy A. N., dan Solfiyeni, 2015. Pertumbuhan Rumput Kerbau
(Paspalum conjugatum Berg.) yang Diinokulasi Beberapa Dosis Fungi
Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Media yang Mengandung Merkuri (Hg).
Jurnal Biologi Universitas Andalas. 107-112.
Ifandari, Suranto dan Nining S. W., 2012. Pengaruh pemberian ekstrak meniran
merah
(Phyllanthus urinaria) terhadap penekanan jumlah limfosit pada organ
timus mencit balb/C yang diinfeksi bakteri Salmonella thypi. Jurnal
Bioteknologi.9(1): 1-6.
Lalaga L., Novri Y. K., dan Abubakar S. K., 2014. Inventarisasi Tumbuhan
Bawah Di Kawasan Timur Danau Limboto. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan IPA. Universitas Negeri Gorontalo.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera
Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung
Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Putra D. P., 2010. Isolasi Senyawa Filantin Dari Daun Meniran (Phyllanthus
niruri Linn). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah.
Surakarta.
Sholikhah E. H., 2009. Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan
Bawang Putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pengendalian Infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.
Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
IPB, Bogor.
Steenis, C. G. G. J. Van. 2008. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta.
Syah S. A., Samsurizal M. S., dan Ramdhanil P., 2014. Jenis-Jenis Tumbuhan
Suku Asteraceae Di Desa Mataue, Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Online Jurnal of Natural Science, 3(3) : 297-312.
Tjitrosoepomo, G. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Yang S. Z. Dan Gaung P. H., 2006. Eleutheranthera ruderalis (Swartz) Sch.-Bip.
(Asteraceae), a Newly Naturalized Plant in Taiwan. Journal Taiwan, 51(1):
46-49.

http://indo-pos.blogspot.co.id/2013/04/panicum-repens-l-and-paspalum.html
http://keys.trin.org.au/key-server/data/0e0f0504-0103-430d8004060d07080d04/media/Html/ taxon/Eleutheranthera_ruderalis.htm
http://dempoflora.blogspot.co.id/2014/11/borreria-laevis-lamk-griseb.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Eleutheranthera
http://ntaundaimena.blogspot.co.id/2013/11/klasifikasi-dan-morfologiphyllanthus.html
http://www.situs-peternakan.com/2014/11/rumput-paitan-paspalumconjugatum.html
http://eol.org/pages/32236513/names

Anda mungkin juga menyukai