Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HIPOADRENALISME
O
L
E
H
KELOMPOK II
ABDURAZAK HEMETO
AFRILIA V.R PATRAS
CICI KURNIATI ZAKARIA
FRANGKY USMAN
LIDYAWATI MUSTAPA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


GORONTALO

2014/2015
D4 KEPERAWATAN 2A

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam penyelesaian
makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi dan untuk pengembangan
makalah ini ke depan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.

PENULIS
KELOMPOK 2

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormone berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai
organ tubuh. Salah satu organ utama dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar
adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang
saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang
merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan
kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa
maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai.
Hipoadrenalisme atau insufisiensi adrenal adalah penurunan kadar glukokortikoid
yang bersikulasi. Mineralokortikoid aldosteron juga dapat berkurang. Hipoadrenalisme dapat
disebabkan oleh disfungsi kelenjar adrenal, yang disebut hipoadrenalisme primer, atau akibat
disfungsi hipofisis atau hipotalamus yang disebut hipoadrenalisme sekunder.
Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan
penyakit yang serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison.
Penyakit Addison atau insufisiensi adrenokortikal,terjadi bila fungsi korteks adrenal
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.

BAB II
PEMBAHASAN
HIPOADRENALISME
A. DEFINISI
Kelenjar Adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua massa triangular pipih
berwarna kuning yang tertanan pada jaringan adiposa. Organ ini berada di kutub atas
ginjal. Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks di bagian luar dan medula di
bagian dalam.
a) Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi tiga lapisan, dari
luar ke dalam: zona glumerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis.
b) Medula yang secara embriologik berasal dari jenis neuroektodermis sama (selsel krista saraf) yang menjadi asal neuron simpatis. Sel medula sebenarnya
adalah neuron postganglionik simpatis yang bermodifikasi.
Hipoadrenalisme atau insufisiensi adrenal adalah penurunan kadar glukokortikoid
yang bersikulasi. Mineralokortikoid aldosteron juga dapat berkurang. Hipoadrenalisme
dapat disebabkan oleh disfungsi kelenjar adrenal, yang disebut hipoadrenalisme primer,
atau akibat disfungsi hipofisis atau hipotalamus yang disebut hipoadrenalisme sekunder.

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut Saputra dan Tjokroprawiro (2010), penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh
Thomas Addison pada tahun 1855. Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika
Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi, sedang Di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000
penderita yang dirawat. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983,
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56%, dan
wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak
terdapat pada umur 20 50 tahun

C. KLASIFIKASI
1. Hipoadrenalisme Primer (Insufisisensi adrenal primer)
Hipoadrenalisme primer (Insufisiensi adrenal primer) yang disebut penyakit
Addison, terjadi akibat kerusakan korteks adrenal. Penyakit ini biasanya otoimun, dan
terjadi akibat antibodi IgG yang ditujukan pada semua atau sebagian kelenjar adrenal.
Penyakit Addison juga dapat terjadi akibat infeksi, misalnya tuberkulosis.
Tuberkulosis kelenjar adrenal adalah penyebab umum insufisiensi adrenal di negara
berkembang dan biasanya tidak sembuh dengan terapi infeksi. Tumor kelenjar adrenal
destruktif juga dapat menyebabkan insufisiensi adrenal.
Penyakit Addison ditandai dengan kadar glukokortikoid yang rendah disertai
kadar ACTH dan CRH yang tinggi. Kehilangan total kelenjar adrenal juga
menyebabkan kehilangan androgen adrenal dan aldosteron. Defisiensi aldosteron
menyebabkan peningkatan kehilangan natrium dalam urine sehingga terjadi
hiponetremia (peningkatan konsentrasi kalium dalam darah)
2. Hipoadrenalisme sekunder (Insufisiensi adrenal sekunder)
Insufisiensi adrenaal sekunder dapat terjadi akibat hipopituitarisme atau
disfungsi hipotalamus. Pada insufisiensi adrenal sekunder, tidak terjadi pelepasan
ACTH sehingga adrenal tidak menyekresi glukokortikoid atau androgen. Sintesis
aldosteron juga dapat terpengaruh. Insufisiensi adrenal sekunder dapat terjadi apabila
kortisosl digunakan secara terapeutik untuk tujuan anti inflamasi.
D. ETIOLOGI
Tuberculosis
Histoplasmosis
Koksidiodomikosis
Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
Kanker metastatik (ca paru, lambung, payudara, melanoma, limfoma)
Adrenalitis autoimun
Predisposisi :
a. Pasien yang pernah menderta penyakit addisons sebelumnya
b. Pasien yang pernah dilakukan adrenalektomi bilateral
c. Pasien yang mendapat pengobatan steroid adrenal kurang lebih 6 bulan
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan
kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan

kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses
autoimun telah menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun
peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan
pencantuman penyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak
adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat
penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan
stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian
kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh
sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat
pengobatan kortikosteroid.
F. MANIFESTASI KLINIS
1) Depresi karena kadar kortisol mempengaruhi mood dan emosi.
2) Keletihan, yang berkaitan dengan hipoglikemia, dan penurunan glukoneogenesis.
3) Anoreksia, muntah, diare dan mual.
4) Hiperpigmentasi kulit apabila kadar ACTH tinggi (insufisiensi adrenal primer)
karena ACTH memilik efek mirip hormon perangsang melamin (melanin stimlating
hormone) pada kulit.
5) Rambut tubuh yang tipis pada wanita apabila sel adrenal penghasil androgen rusak
atau apabila kadar ACTH sangat rendah.
6) Ketidakmampuan berespon terhadap situasi stres, mungkin menyebabkan hipotansi
berat dan syok.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. ACTH Test
Paling spesifik untuk hipofungsi primer ,Tiga hari berturut-turut diberi 25 U ACTH
atau yang sintetik (Cortrosyn) yaitu 0,25 mg Cortrosyn = cosyntropin dalam infus
dari 1L NaCl faali. Pada penyakit Addison primer, 17-OH KS per24 jam urine tidak
naik. Selain cosyntropin, dapat digunakan juga synachten (= tetracosactin).
2. Water Load Test
Tes ini kurang spesifik, tetapi dapat digunakan apabila tidak ada fasilitas
pemeriksaaan hormon kortisol, dan lain-lainnya.
Bahaya

: Hiponatremia yang fatal, siapkan air garam dan injeksi NaCl hipertonik,

Dasar

dan suntikan Hidrokortison iv.


: Penderita dengan hipofungsi adrenal, tidak dapat mengatasi beban
tambahan air ( ingat; water dieresis)

a.
b.
c.

Air minum diberikan dengan dosis 20 ml per kg.


Normal: dalam waktu 4 jam harus diekskresikan 80% dari dosis air minum total.
Gangguan ekskresi air pada: hipofungsi korteks adrenal, penyakit ginjal,

d.

dehidrasi, malabsorpsi, hipotiroidi.


Pada hipofungsi kortek adrenal ekskresi air kurang dari 80% dari dosis total air
yang diminumkan, dan akan kembali normal apabila diberi 100mg hidrokortison
sebelum test.

3. Tes Antibodi Adrenal


Tes Antibodi Adrenal pada proses autoimun akan positif pada atrofi adrenal. Bila
tidak memungkinkan, lakukan tes ANA.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medik
a. Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol.
b. Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari
c. Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah,
memberikan cairan, melakukan terapi penggantian kortikosteroid setiap hari
selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai 50 mg/hari, memantau tandatanda vital dan menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan
kedua tungkai ditinggikan. Hidrokortison (Solu-Cortef) disuntikkan secara
intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa 5%
dalam larutan normal saline. Preparat vasopresor amina mungkin diperlukan
jika keadaan hipotensi bertahan.
d. Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita
insufisiensi kronis adrenal. Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus
dilakukan dengan ketat untuk mengenali faktor-faktor lain, yaitu stresor atau
keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut.
e. Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat menerimanya.
Secara perlahan-lahan pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per
oral sudah adekuat, untuk mencegah hipovolemia.
f. Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan terapi
penggantian perparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup
untuk mencegah timbulnya kembali insufisiensi adrenal serta krisis
addisonian pada keadaan stress atau sakit. Selain itu, pasien mungkin akan
memerlukan suplemen makanan dengan penambahan garam, pada saat terjadi
kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare.
2. Keperawatan
a. Pengukuran TTV

b. Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu


istirahat pasien
c. Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan.
d. Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
e. Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang
normal disertai regresi gambaran klinis
f. Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang
menunjukan adanya krisis Addison
I. PENGOBATAN
1) Hari I
a) Bertindak secepat mungkin, ambil darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol
b) Periksa Ht, Gula darah, BUN, Na, K, CO2 dan Cl
c) Berikan suntikan 100 mg hidrokortison IV, infus 1000 ml larutan garam yang
mengandung 5 % dextrose
d) Jika ada hiponatremia berat, berikan 3 % NaCl parenteral
e) Beri suntikan 50 mg hidrokortison /6 jam. (Total steroid/hari 300 400 mg)
f) Boleh diberikan norefinefrin/metaraminol, darah plasma, albumin b/p
g) Secepatnya beri cairan dan kortison secara oral
2) Hari II
Berikan kortison 50 mg/8 jam oral
3) Hari III
Berikan kortison 25 mg/6 jam oral
4) Hari IV
Berikan hirokortison 0,50 0,1 mg/hari
5) Hari V VIII
Pemberian kortison dikurangi
J. KOMPLIKASI
Dapat terjadi krisis adrenal setelah stress fisik atau mental pada individu yang terkena.
Hal ini dapat mengancam jiwa dan ditandai dengan deplesi volume, hipotensi, dan kolaps
vaskular

Konsep Penyakit Addison


A. Pengertian
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black,1997) Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin
kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana

kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup. Penyakit ini juga
dapat terjadi pada anak-anak. dan presentasi dari kejadiannya yaitu 44% pada wanita dan
56% bagi pria, namun hal ini tidak diketahui pasti penyebabnya. Nama penyakit ini
dinamai dari Dr Thomas Addison, dokter Britania Raya yang pertama kali
mendeskripsikan penyakit ini tahun 1855. Pada penyakit Addison, kelenjar adrenalin
kurang aktif, sehingga kekurangan hormon adrenal.
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon korteks adrenal.
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari
kelenjar adrenal disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron.)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
(baroon, 1994).
Kesimpulan kelompok penyakit Addison merupakan suatu penyakit hormonal yang
disebabkan karena sekresi hormon korteks adrenal menurun karena penyakit primer atau
insufisiensi korteks adrenal dan kekurangan sekresi ACTH

B. Patofisiologi
Penyakit Addison atau insufisiensi adrenokortikal,terjadi bila fungsi korteks adrenal
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.
Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75%
kasus penyakit Addison. Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberculosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan
kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses
otoimun telah menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison,nsmun
peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan
pencantuman penyakit infeksi ini ke dalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak
adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufiensi adrenal akibat
penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala infusiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respons normal tubuh terhadap
keadaan stress dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan
pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat menekan fungsi

korteks adrenal oleh sebab itu,kemungkinan penyakit Addison harus diantisipasi pada
pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.
C. Manifestasi Klinik
Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot : Anoreksia ; gejala gastrointestinal ;
keluhan mudah lelah ; emasiasi (tubuh kurus kering). Pigmentasi pada kulit,buku-buku
jari,lutut,siku serta membrane mukosa ; hipotensi ; kadar glukosa darah dan natrium
serum yang rendah ; dan kadar kalium serum yang tinggi.Pada kasus yang berat ganguan
metabolisme natrium dan kalium dapat ditandai oleh pengurangan natrium dan air, serta
dehidrasi yang kronis berat.
Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat dari
hipokortikoisme,pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh
sianosis,panas dan tanda-tanda klasik syok : pucat,perasaan cemas,denyut nadi cepat dan
lemah,pernapasan cepat serta tekanan darah rendah. Disamping itu,pasien dpat mengeluh
skit

kepala,

mual,nyeri

abdomen,serta

diare,dan

memperlihatkan

tanda-tanda

kebingungan serta kegelisahan.bahkan aktifitas jasmani yang sedikit berlebihan,terpajan


udara dingin,infeksi yang akut atau penurunan asupan garam dapat menimbulkan kolaps
sirkulasi,syok dan kematian jika tidak segera di atasi.Stres pembedahan atau dehidrasi
yang terjadi akibat persiapan untuk berbagai pemeriksaan diagnostic atau pembedahan
dapat memicu krisis addisonian atau kriris hipertensif.
D. Evaluasi Diagnostik
Meskipun manifestasi klinik yang di sampaikan tampak spesifik,awitan penyakit
addison biasanya terjadi dengan gejala yang tidak spesifik.Diagnosis penyekit addison di
pastikan oleh hasil-hasil pemeriksaan laboratorium,hasil-hasil laboratorium mencakup
penurunan

konsentrasi

glukosa

darah

dan

natrium

(hipoglikemia

dan

hiponatremia),peningkatan konsentrasi kalium serum (hyperkalemia) dan peningkatan


jumlah sel darah putih (leukositosis).
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan kadar hormon adrenokortikal yang rendah
dalam darah atau urin.Kadar kortisol serum menurun pada insufisiensi adrenal.Jika
korteks adrenal sudah mengalami kerusakan,nilai nilai dasar laboratororium tampak
rendah, dan penyuntikan ACTH tidak akan mampu menaikan kadar kortisol plasma dan
kadar 17-hidroksikortikosteroid urin hingga mencapai nilai normalnya. Jika kelenjar
adrenal masih normal namun tidak terstimulasi dengan baik oleh kelenjar hipofisis, maka
respons normal terhadap pemberian ACTH eksogen yang berulang akan terlihat tetapi

respons sesudah pemberian metyrapon yang menstimulasi ACTH endogen tidak akan
tampak.

E. Penatalaksanaan
Terapi darurat ditunjukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah,
memberikan cairan, melakukan terapi penggantian kortikosteroid, memantau tanda-tanda
vital dan menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan. Hidrokortison (solu-cortev) disuntikan secara intravenayang kemudian
diikuti dengan pemberian infus dekstrosa 5% dalam larutan normal saline. Preparat
vasopresor amina mungkin diperlukan jika keadaan hipotensi bertahan.
Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita
insufisiensi kronis adrenal. Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus dilakukan
dengan ketat untuk mengenali faktor-faktor lain, yaitu stresor atau keadaan sakit yang
menimbulkan serangan akut.
Asupan per oral dapat dimulai segara setelah pasien dapat menerimanya. Secara
perlahan-lahan pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per oral sudah adekuat,
untuk mencegah hipovolemia.
Jika kelenjar adrenal tidak dapat berfungsi kembali, pasien memerlukan terapi
penggantian kortikosterod dan mineralokortikoid seumur hidup untuk mencegah
timbulnya kembali insufisiensi adrenal serta krisis addisonian pada stres atau sakit.
Selain itu, pasien mungkin akan memerlukan suplemen makanan dengan penambahan
garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOADRENALISME


A. PENGKAJIAN
1) Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Keluhan utama
Klien mengeluh mual, muntah, anoreksia, dan mudah lelah.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya, termasuk tuberculosis,
kanker, penyakit autoimun, dsb.
b. Riwayat kesehatan keluarga

Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
c. Riwayat psikosiospiritual
Meliputi kegiatan klien sehari-hari, serta bagaimana kondisi lingkungan klien.
Bagaimanakah peran serta orang-orang terdekat klien. Merasa kehilangan
kemampuan dan harapan, cemas terhadap lingkungan baru, Depresi, mengingkari,
kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood, dan tampak bingung.
Apakah klien sering melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari. Tidak
mampu beraktivitas atau bekerja
Tanda : Peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang
minimal. Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi. Depresi, gangguan
konsentrasi. Letargi
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural, takikardi, disritmia, suara jantung
melemah, nadi perifer melemah, pengisian kapiler memanjang, ekstremitas
dingin, sianosis, dan pucat
c. Integritas ego
Gejala : adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit
fisik atau pembedahan. Perubahan gaya hidup. Ketidakmampuan mengatasi
stress.
Tanda : Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil
d. Eliminasi
Gejala : diare, sampai adanya konstipasi, kram abdomen, perubahan frekuensi
dan karakteristik urin
Tanda : Diuresis yang diikuti oliguria
e. Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia berat, mual, muntah, kekurangan zat garam, BB menurun
dengan cepat
Tanda : Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan
Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah),
letargi, kelelahan mental, peka rangsangan,cemas, koma (dalam keadaan krisis)
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstrimitas (pada keadaan krisis)

h. Pernapasan
Gejala : Dipsnea
Tanda : Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi pada
keadaan infeksi
i. Keamanan
Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
Tanda : Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar matahari)
menyeluruh atau berbintik bintik. Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan
hipotermi (keadaan krisis)
j. Seksualitas
Gejala : Adanya riwayat menopause dini, amenore. Hilangnya tanda tanda seks
sekunder (berkurangnya rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita).
Hilangnya libido
5) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

hiponatremia)
Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
Penurunan kadar kortisol serum
Kadar kortisol plasma rendah
ADH meningkat
Analisa gas darah: asidosis metabolic
Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena

hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.


b. Pemeriksaan radiografi abdominal
Menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan
dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
e. Tes stimulasi dan supresi untuk fungsi adrenokortikoid
Tes tetrakosaktrin singkat
Prosedur standar cepat adalah mengukur respon kortisol plasma terhadap
ponpeptida kortikotrotin sintetik,tetrakosaktrin (synacthen, Ciba).
Interpretasi
: pada orang normal nilai dasar > 250 nmol/l, dan
terdapat peningkatan sekurang-kurangnya 300 nmol/l di atas nilai dasar

pada menit ke 30. Pada sindroma cushing (hyperplasia) mungkin ada


respon berlebihan; tumor adrenalis autonom tak berespon.
Tes tetrakosaktrin yang diperpanjang
Interpretasi : pada orang yang normal terdapat peningkatan kortisol
plasma pada hari pertama sampai di atas 1400 nmol/l. pada penyakit
Addison tak ada peningkatan walaupun sampai 3 hari, sedangkan pada
hipofungsi adrenokortikal sekunder terhadap difisiensi pituitaria nilai ini
bisa melebihi dari 700nmol/l setelah suntikan ke 3.
Tes supresi deksametason
Interperetasi
: pada orang normal kortikostiroid dan plasma tertekan
pada dosis lebih rendah di bawah 50% nilai dasar. Pada deksametashon
dalam dosis lebih rendah, pasien dengan sindroma cushing akan
memperlihatkan tak adanya supresi tanpa memandang sebabnya, pada
dosis lebih tinggi yang dengan hyperplasia mendapat supresi 50% atau
lebih, sedangkan yang dengan adenoma atau karsinoma ataupun
pembentukan ACTH ektopik tak dipengaruhi.
Tes metirapon
Interpretasi
: orang normal memperlihatkan peningkatan nilai
kortikostiroid urina sekurang-kurangnya 35umol/24jam dan peningkatan
2x lipat di atas kadar istirahat. Respon subnormal dengan adanya fungsi
adreno atau pituitaria anterior. Sebagai tambahan, pasien dengan tumor
korteks adrenalis autonom tak berespon.
Tes lainnya
Ini terutama digunakan dalam keadaan khusus dan harus mengikuti
prosdur setempat. Ia mengikuti penggunaan hipoglikemia yang diinduksi
insulin atau pirogen sebagai agen stress bagi hipotalamus melalui pusat
yang

lebih

tinggi

atau

menggunakan

lisin-vasopresin

sebagai

corticotrophin releasing factor sintetic untuk merangsang pituitaria


anterior.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi
3. Intoleransi aktifitas
4. Perubahan proses pikir
5. Harga diri rendah
6. Kurang pengetahuan
7. Ansietas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
Kekurangan Volume
Cairan :
Penurunan cairan intra
vaskuler, interstisil, dan atau
mengarah intravaskuler. Ini
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium.
Batasan Karakteristik :

Kelemahan,

kehausan,
Penurunan turgor

kulit/lidah
Membran

mukosa/kulit kering
Penigkatan denyut

nadi
Pengisian vena

menurun
Penurunan status

mental
Konsentrasi urine

meningkat
Temperatur tubuh

meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat
badan seketika

Faktor yang berhubungan :

Kehilangan volume

NOC
NOC :

Fluid balance
Hydration
Nutritionalstatus : food

NIC
NIC :
Monitoring Cairan

jumlah dan tipe intake

and fluid intake


Kriteria Hasil :

Tentukan riwayat

cairan dan eliminasi


Tentukan kemungkinan

TD dalam rentang yang

faktor resiko dari

diharapkan
CVP dalam rentang

ketidakseimbangan

yang diharapkan
Tekanan arteri rata-rata

terapi diuretik, kelainan

cairan (hipertermi,
renal, gagal jantung,

dalam rentang yang


diharapkan
Nadi perifer teraba
Keseimbangan intake
dan output dalam 24jam
Suara nafas tambahan

tidak ada
Berat badan stabil
Tidak ada distensi vena
Tidak ada edema perifer
Hidrasi kulit
Membran mukosa basah
Serum elektrolit dbn
Ht dbn
Tidak ada haus yang

abnormal
Tidak ada sunken eyes
Urine output normal
Mampu berkeringat
Tidak demam

diaporesis, disfungsi

hati)
Monitor berat badan
Monitor serum dan

elektrolit urine
Monitor serum dan

osmolaritas urine
Monitor BP,HR,RR
Monitor tekanan darah
orthotastik dan
perubahan irama

jantung
Monitor parameter

hemodinamik invasif
Catat secara akurat

intake dan output


Monitor membran
mukosa dan turgor
kulit, serta rasa haus

cairan secara aktif


Kegagalan

Monitor warna dan

jumlah
Manajemen Cairan
Pertahankan posisi

mekanisme
pengaturan

tirah baring selama


masa akut
Kaji adanya

peningkatan JVP,

edema, dan asites


Tinggikan kaki saat

berbaring
Buat jadwal masukan

cairan
Timbang berat badan

secara berkala
Monitor ttv
Pantau haluaran urine
( karakteristik,warna ,

ukuran)
Keseimbangan cairan

secara 24jam
Monitor tanda dan
gejala asites dan
edema
Ukur lingkaran

abdomen , awasi
tetesan infus
Pantau albumin serum
Kaji turgor kulit

D I AG N O SA
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Batasan karakteristik
-

Berat badan 20% atau

NOC
Nutritional status:
Nutritional status :
food fluid intake
Nutritional status :
nutrient intake

NIC
Nutrition management

Kaji adanya alergi

makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk

lebih dibawah ideal


Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended Daily

Allowance)
Membran mukosa

dan konjungtiva pucat


Kelemahan otot yang
digunakan untuk

menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada

rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah

makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan

makanan
Dilaporkan adanya

sensasi rasa
Perasaan

Wight control

menentukan jumlah
kalori dan nutrisi

Kriteria hasil :
Adanya peningkatan

yang dibutuhkan

berat badan sesuai

pasien
Anjurkan pasien

dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
Mampu

untuk meningkatkan

untuk meningkatkan
protein dan vitamin

mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dari

C
Berikan substansi

gula
Yakinkan diet yang
dimakan

menelan
Tidak terjadi

mengandung tinggi

penurunan berat

serat untuk

badan yang berarti

mencegah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi )


Ajarkan pasien

makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB

bagaimana membuat

dengan makanan

harian
Monitor jumlah

cukup
Keengganan untuk

makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
dengan atau tanpa

komplikasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah

ketidakmampuan
untuk mengunyah

intake Fe
Anjurkan pasien

patologi
Kurang berminat

catatan makanan

nutrisi dan

kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan

nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi

terhadap makanan
Pembuluh darah

kapiler mulai rapuh


Diare dan atau

steatorrhea
Kehilangan rambut

yang dibutuhkan

Nutrition monitoring

BB pasien dalam

batas normal
Monitor adanya

yang cukup banyak


-

(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi

penurunan berat

badan
Monitor tipe dan
jumlah aktifitas yang

Faktor-faktor yang
berhubungan :

anak atau orang tua

Ketidakmampuan
pemasukkan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan

bisa dilakukan
Monitor interaksi

selama makan
Monitor lingkungan

selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan

faktor biologis,

tindakan tidak

psikologis, atau ekonomi.

selama jam makan


Monitor kulit kering
dan perubahan

pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan

mudah patah
Monitor mual dan

muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, hb, dan

kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan

Monitor
pertumbuhan dan

perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan

konjungtiva
Monitor kalori dan

intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas

oral
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

DIAGNOSA
Intoleran aktivitas

NOC
NOC

Defenisi : Ketidakcukupan
energy

NIC

psikologis

atau

NIC

Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs

fisiologis untuk melanjutkan Kriteria hasil :


atau menyelesaikan aktivitas
Berpartisipasi

aktivitas fisik tanpa

harus

disertai

yang

ingin

dilakukan.

peningkatan

tekanan darah, nadi


dan RR
Mampu

melakukan

Respon tekanan darah

aktivitas

sehari-hari

abnormal

terhadap

(ADLs)

secara

aktivitas
Respon

frekuensi

mandiri
Tanda-tanda

jantung

abnormal

normal

Batasan karakteristik :

vital

Kolaborasi

dengan

tenaga

rehabilitasi

medic

dalam

merencanakan

dalam

kehidupan sehari-hari yang


atau

Activity Therapy

program terapi yang


-

tepat
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas

yang

mampu dilakukan
Bantu
untuk
memilih
konsisten
sesuai

aktivitas
yang
dengan

terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang
mencerminkan

Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah :
dengan

aritmia
Perubahan

EKG

yangmencerminkan

atau

kemampuan
-

tanpa

mendapatkan
sumber

kardiopulmunari

setelah beraktivitas
Dispnea
setelah Status respirasi : pertukaran

beraktivitas
Menyatakan

merasa

letih
Menyatakan

merasa

lemah

imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan
antara

baring

suplei

diinginkan
Bantu

untuk

bantuan

alat

aktivitas

seperti kursi roda,


krek
Bantu

untuk

mengidentifikasi
aktivitas

atau
-

yang

disukai
Bantu klien untuk
membuat

jadwal

latihan

dan

kebutuhan oksigen
Mobilitas

yang

mendapatkan

Factor yang berhubungan :


Tirah

untuk

aktivitas

yang

diperlukan

adekuat
Sirkulasi status baik

gas dan ventilasi adekuat

psikologi dan social


Bantu
untuk
mengidentifikasi dan

bantuan alat
Status

isekmia
Ketidaknyamanan

fisik,

diwaktu

luang
Bantu
pasien/keluarga

Gaya hidup monoton

untuk
mengidentifikasi
kekurangan
-

beraktivitas
Sediakan penguatan
positif

dalam

bagi

yang

aktiv beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi

diri

dan

penguatan
Monitor respon fisik, emosi,

social dan spiritual.


Diagnosa

NOC

NIC

Harga diri rendah

Setelah diberikan tindakan

Peningkatan harga diri

situasional berhubunagn

keperawatan setelah x24

(NIC)

dengan

jam, harga diri rendah

Perilaku tidak sesuai


Tahap perkembangan
Gangguan citra tubuh
Kegagalan dan

diri yang dibuktikan

penolakan
Hambatan fungsi
Kurang penghargaan
Kehilangan
Perubahan peran
social

jarang, kadang-

pernyataan klien

criteria hasil :

tentang harga

Menunjukan harga

klien dalam

berikut : (sebutkan 15, tidak pernah,

Evaluasi diri bahwa ia


situasi atau peristiwa
Ekspresi diri tidak

penerimaan diri
Komunikasi

berguna dan tidak ada

terbuka
Pemenuhan peran
pribadi yang

penilaian diri
Pantau frekuensi
ucapan

kadang, sering dan


selalu positif) :
- Mengungkapkan

diri
Tentukan rasa
percaya diri

oleh indicator

sanggup menghadapi

Pantau

situasional tercapai dengan

Batasan karateristik :

peniadaan diri
Kaji perubahanperubaan terbaru
pada klien yang
dapat mempengaruhi

harga diri rendah


Peningkatan harga

harapan
Perkataan penolakan
-

diri
Melaporkan secara

bermakna
Penerimaan kritik

percaya terhadap

verbal tantangan saat

dari orang lain


Keinginan untuk
melawan orang

untuk mengatasi

ini terhadap harga diri


Objektif

lain, penjelasan

tentang

Perilaku bimbang dan


tidak asertif

diri (NIC)
- Tunjukan rasa
kemapuan klien

situasi
Dukung

keberhasilan

peningkatan

dalam pekerjaan,

tanggung jawab

sekolah, dan

diri jika

kelompok social
Menunjukan
penyesuaian

diperlukan
Kaji alasanalasan untuk
mengkritik atau

psikososial :

menyalahkan diri

perubahan hidup,
-

yang dibuktikan oleh

untuk menerima

indicator berikut :
(sebutkan 1-5, tidak
pernah, jarang,

tantangan baru
Ajarkan

keterampilan

kadang-kadang, sering

perilaku yang positif

dan selalu positif)


- Melaporkan
-

melalui bermain

perasaan berguna
Mengatakan

peran, model peran,

optimisme tentang

sebagainya
Rujuk sumber-

masa depan
Menggunakan

diskusi, dan

sumber di

strategi koping

ekfektif
Klien akan :
- Mengetahui
-

sendiri
Dukung klien

masyarakat yang
sesuai
Minta bantuan

sumber dari Rumah

kekuatan pribadi
Melakukan

Sakit (petugas dinas

perilaku yang

social. Perawat

dapat

spesialis klinis,dan

meningkatkan

layanan keagamaan)

kepercayaan diri
Mengungkapkan

jika perlu

perubaan/kehilang
an yang episodic

DIAGNOSA
Ansietas
Definisi :
Perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom
( suber sering kali tidak
spesifik atau tidak dketahui

NOC
NOC
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :

NIC
NIC
Anxicty Reduction
(Penurunan Kecemasan )

Gunakan pendekatan
yang menenangkan

oleh individu ); perasaan takut


yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan
memampukan imdividu untuk
bertindak menghadapi

Klien mampu

harapan terhadap

mengungkapkan gejala

pelaku pasien
Jelaskan semua

cemas
Mengidentifikasi,

untuk mengontril

Ditandai dengan

Perilaku

Penurunan

produktivitas
Gerakan yang trelevan
Gelisah
Melihat sepintas
Insomia
Kontak mata yang

buruk
Mengekspresikan

prosedur dan apa yang


dirasakan selama

menunjukan tehnik

normal
Postur tubuh, ekspresi

Batasan Karakteristik

mengungkapkan dan

ancaman.

Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

Nyalakan dengan jelas

mengidentifikasi dan

cemas
Vital sign dalam batas

prosedur
Pahami prespektif
npasien terhadap

situasi stres
Temani pasien untuk
memberikan

wajah, bahasa tubuh

keamanan dan

dan tingkat aktifitas

mengurangi takut
Berikan informasi

menunjkan

berkurangnya

faktual mengenai

kecemasan

diagnosis, tindakan

prognosis
Dorong keluarga

untuk menemani anak


Lakukan back / neck

rub
Denagrkan dengan

penuh perhatian
Identifikasi tingkat

kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan

kecemasan
Dorong pasien
mengungkapkan

kekhawatiran krena

perasaan, kelakuan,

perubahan dalam

persepsi
Instruksikan pasien

peristiwa hidup
Angitasi

menggunakan teknik

Mengintai
Tampak waspada

mengurangikecemasan

Afektif

Gelisah, Distres
Kesedihan yang

mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri

sendiri
Peningkatan

kewaspadaan
Iribilitas
Gugup
Senang berlebihan
Rasa nyeri yang
meningkatkan

ketidakberdayaan
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang

persisten
Bingung
Menyesal
Ragu / tidak percaya

diri
Khawatir

Fisiologi

Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan

ketegangan
Gemetar
Tremor
Suara bergetar

Simpatik

relaksasi
Berikan obat untuk

Anoreksia

Eksitensi

kardiovaskuler
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan

darah
Peningkatan denyut

nadi
Peningkatan refleks
Peningkatan frekuensi

pernapasan
Pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi

superficial
Lemah, kedutan pada
otot

Para simpatik

Nyeri abdomen
Penurunan tekanan

darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Ganguan tidur
Kesemutan pada

exstremitas
Sering berkemih
Dorongan segera
berkemih

Kognitif

Menyadari gejala

fisiologis
Bloking fikiran,
Konfusi

Penurunan lapang,

persepsi
Kesulitan

berkonsentrasi
Penurunan kemampuan

untuk belajar
Penurunan kemampuan
untuk memecahkan

masalah
Ketakutan terhadap
konsekwensi yang

tidak spesifik
Lupa, Gangguan

perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung
menyalahkan orang
lain

Faktor yang berhubungan

Perubahan dalam
( status ekonomi,
lingkungan, status
ksesehatan pola
interaksi, fungsi peran

status peran )
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi / kontaminan

interpersonal
Penularan penyakit

interpersonal
Krisis maturasi
Krisis situasional
Steres, Ancaman

kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada ( status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep

diri)
Konflik tidak disadari
mengenai tujuan

penting hidup
Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang

esensial / penting
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi

IMPLEMENTASI
Adalah suatu pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. (Effendi, 1995:40)
EVALUASI
Adalah stadium dari proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dari kebutuhan untuk memodifikasi tujuan intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, 2011). Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai, yaitu :
a. Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu yang telah ditetapkan
tujuan

b. Tercapai sebagian

: pasien menunjukkan perilaku perkembangan tetapi tidak sebaik

ditentukan pernyataan tujuan.


c. Belum tercapai/ belum berhasil

: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan

perilaku yang diharapkan sesuai pernyataan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner And suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1:EGC:jakarta


http://kumpulanaskepk.blogspot.com/2013/03/lp-dan-askep-hipoadrenalisme.html

Anda mungkin juga menyukai