Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat.
Kurangnya penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal
pengaruh buruk dari luar.
Pengertian UKS
Pengertian perilaku hidup sehat
Contoh perilaku hidup sehat dalam kegiatan sehari-hari
Manfaat berperilaku hidup sehat
Pelaksanaan
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Sekolah dan Kepala Puskesmas
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
5
Penutup
dengan
melihat
kesesuaian
jadwal
dengan
pelaksanaan acara, antusias peserta dalam sesi tanya jawab, administrasi pelaksanaan
acara, dan jumlah peserta yang mengikuti acara penyuluhan hidup sehat.
Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan hasil pre-tes dan post-tes serta
kesesuaian materi yang disampaikan dengan topik penyuluhan hidup sehat.
Peserta
Pendamping
LAPORAN PENYULUHAN
KERACUNAN MENURUT MEDIS DAN AWAM
DI DESA SUNGAI BATANG
1. Latar Belakang Kasus
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia (Brunner & Suddarth, 2001). Racun adalah
suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan
menyebabkan kematian atau perlukaan (Muriel, 1995). Keracunan dapat diartikan
sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan keadaan yang
tidak jelas (Arif Mansjor, 1999).
Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan
lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan
keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat
toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.
Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut
sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan
penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam
konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat
tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin
Metansulfonat untuk keracunan besi akut.
Intoksikasi obat sering terjadi dimasyarakat Indonesia khususnya dalam
pemakaian obat-obatan yang dijual bebas di apotek maupun warung, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan secara bebas tanpa mengetahui dosis dan efek
samping yang tepat tidak heran banyak kasus menunjukan banyaknya angka keracunan
khususnya penggunaan obat yang tidak tepat.
Penyuluhan tentang asumsi keracunan menurut medis dan awam diharapkan
masyarakat bisa meningkatkan pengetahuannya sehingga mengetahui penanganan awal.
2. Permasalahan
Kurangnya pengetahuan warga mengenai keracunan.
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Desa dan Kepala Puskesmas
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
Penutup
dengan
melihat
kesesuaian
jadwal
dengan
pelaksanaan acara, antusias peserta dalam sesi tanya jawab, administrasi pelaksanaan
acara, dan jumlah peserta yang mengikuti acara penyuluhan keracunan.
Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test
serta kesesuaian materi yang disampaikan dengan topik penyuluhan keracunan.
Peserta
Pendamping
kandungan
juga
turut
mengonsumsinya.
Jika
Anda
dari
itu
perlu
dilakukan
penyuluhan
mengenai
bahaya
penggunaan narkoba pada ibu hamil dan menyusui di Desa Air Putih
Ulu.
2. Permasalahan
permasalahan
yang
didapat,
direncanakan
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Desa dan Kepala Puskesmas
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
Penutup
5. Monitoring evaluasi
Monitoring dilaksanakan dengan melihat kesesuaian jadwal dengan pelaksanaan
acara, antusias peserta dalam sesi tanya jawab, administrasi pelaksanaan acara, dan
jumlah peserta yang mengikuti acara penyuluhan pengunaan narkoba pada ibu hamil dan
menyusui.
Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test serta
kesesuaian materi yang disampaikan dengan topik penyuluhan pengunaan narkoba pada
ibu hamil dan menyusui.
Plakat Tinggi,
Narasumber penyuluhan
Dokter pembimbing
Strategy
for
Infant
and
Young
Child
Feeding,
WHO/UNICEF
merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan Air Susu
Ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI,
2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan makanan dan minuman
lain yang diberikan bersamaan dengan ASI (Didah, 2004).
ASI merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan nutrisi
dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan ASI tidak cukup
untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan lain juga dibutuhkan.
Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari bayi yang bertambah.
Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai pertambahan usia.
Pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan ke atas disertai dengan pemberian ASI lanjutan
adalah hal yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bayi (Bahri, 2010).
Di negara-negara berkembang, angka kejadian gizi buruk masih cukup tinggi
berkisar 6,9-53% (Chintia, 2008). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi karena
penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar dan ketidaktahuan ibu
atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya (Husaini, 2001). Data Survei
Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan konsumsi
MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan
dan sebanyak 37% pada usia 2-3 bulan.
Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Temanggung cenderung meningkat
selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2008 mencapai 28,14%, tahun 2009 mencapai
42,55%, tahun 2010 mencapai 63,52% dan tahun 2011 mencapai 67,48%. Capaian ini
belum melampaui target nasional maupun kabupaten yaitu 80%. Padahal pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping
pemberian MP-ASI masih tergolong rendah. Hal ini terbukti bahwa masih sering
dijumpai ibu-ibu di Desa Sungai Batang yang terlalu dini memberikan MP-ASI dan
terlalu cepat menyerah untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak-anaknya, atau
pemberian MP-ASI yang terkesan tidak hygienis atau tersanitasi dengan baik. Tradisitradisi yang salah mengenai MP-ASI pun masih kerap kali ditemui. Masih banyak
bayi yang belum genap berusia 6 bulan, sudah diberi kerokan pisang maupun nasi
lumat. Padahal sosialisasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dilanjutkan dengan
MP-ASI sudah sejak lama dilakukan. Namun agaknya masyarakat masih cenderung
memegang teguh tradisi lama yang malah dapat membahayakan gizi anak-anak
mereka.
Tujuan
Sasaran
Tempat
Waktu
Biaya
Metode
Indikator Keberhasilan
4. Pelaksanaan Intervensi
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Tempat
Waktu
Biaya
Metode
Plakat Tinggi.
Posyandu Desa Sungai Batang.
26 Agustus 2016 pukul 09.00 WIB
Penyuluhan secara dua arah dan tanya jawab tentang cara
Penanggung Jawab
Indikator
materi penyuluhan.
10% peserta mengajukan pertanyaan terkait materi
penyuluhan
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Desa dan Kepala Puskesmas
09.30-10.15
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
Penutup
sendiri di rumah.
Kesimpulan
Intervensi berupa penyuluhan tentang MP-ASI ini dapat terlaksana dengan lancar.
Saat pelaksanaan pun, hasil pencapaian melebih dari indikator yang telah ditetapkan.
Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini ibu-ibu yang memiliki balita dapat
mempraktekkannya dalam sehari-hari serta meninggalkan tradisi lama mengenai MPASI. Dengan demikian, kejadian kurang gizi serta diare dan alergi pada balita karena
pemberian MP-ASI yang salah dapat berkurang atau bahkan teratasi.
Peserta
Pendamping
dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever,
DF), demam berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue
(dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di seluruh dunia.
The World Health Report 1996, menyatakan bahwakemunculan kembali penyakit
infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih sampai sejauh
ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka.
Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa penyakit infeksius tersebut berkisar
dari penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di
negara berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis
dan penyakit menular seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan
melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia baik di negara
miskin maupun kaya.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi
tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan
pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional harus
menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO tempat endemiknya penyakit.
Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang dikembangkan untuk mengatasi
penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh negara terkait, (2)
peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan promosi kesehatan, (4)
memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal
pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan
penyakit harus menjadi prioritas.
Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue,
strategi global untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan
berdasarkan komponen utama seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang selektif
terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama antarsektor, persiapan kedaruratan,
dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah peningkatan surveilans yang
aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat terhadap DF/DHF dan
vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan penyakit DHF
menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.
2
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan warga mengenai apa saja yang dapat menjadi penyebab
kejadian syok pada penderita demam berdarah dengue.
Kurangnya pengetahuan warga mengenai apa saja yang dapat dilakukan dalam
menurunkan jumlah kejadian syok pada penderita demam berdarah dengue
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Desa dan Kepala Puskesmas
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
Penutup
dilaksanakan
dengan
melihat
kesesuaian
jadwal
dengan
pelaksanaan acara, antusias peserta dalam sesi tanya jawab, administrasi pelaksanaan
acara, dan jumlah peserta yang mengikuti acara penyuluhan pengunaan narkoba pada
ibu hamil dan menyusui.
Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test
serta kesesuaian materi yang disampaikan dengan topik penyuluhan penggunaan
narkoba pada ibu hamil dan menyusui.
Peserta
Pendamping
Latar Belakang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pustu Desa model Sungai Medak, terdapat
satu kasus filariasis di wilayah kerja pustu tersebut. Penyakit filariasis sendiri sempat
menjadi wabah di Kabupaten Musi Banyuasin. Pengobatan merupakan suatu proses
ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh. Dalam
proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal
dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan
pengobatan yang rasional.
2
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dalam pengobatan dan pemutusan rantai penularan
Filaria.
pengobatan dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yang
endemis serta perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah
kecacatan dan mengurangi penderitaannya.
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan tentang pengobatan dasar yang dilaksanakan secara massal
Susunan Acara
Pembukaan
Kata Sambutan dari Kepala Desa dan Kepala Puskesmas
Penyampaian materi
10.15-10.45
Diskusi dan Tanya Jawab
10.45-11.00
5
Penutup
acara, antusias peserta dalam sesi tanya jawab, administrasi pelaksanaan acara, dan
jumlah peserta yang mengikuti acara penyuluhan POPM filariasis.
Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test serta
kesesuaian materi yang disampaikan dengan topik penyuluhan POPM filariasis.
Peserta
Pendamping