Anda di halaman 1dari 22

PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Memahami cara pengambilan minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan
dengan operasi distiasi kukus.
2. Memahami cara menemukan kandungan minyak atsiri mula-mula
dalam tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan soxhlet.

AI. DASAR TEORI


Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial
karena pada suhu kamar mudah menguap. Minyak atsiri secara umum dapat
digolongkan dalam empat senyawa dominan, yaitu terpene, senyawa
hidrokarbon berantai lurus, senyawa turunan benzene, dan senyawa lain yang
spesifik untuk masing-masing tanaman (Guenther, 1948).

Minyak atsiri

mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,


mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri
parfum, bahan pewangi (fragrance), aroma (flavor), farmasi, kosmetika, dan
aroma terapi.
Industri kosmetik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri
sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, lotion, dan parfum.
Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau
penyedap rasa. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan
tertentu, baik berasal dari daun, bunga, biji-bijian, kayu, ranting, akar, bahkan
putik bunga.
Terpene merupakan salah satu komponenn yang terkandung dalam
minyak atsiri. Terpene terdiri dari dua molekul isoprene (2 metil butadiene),

dimana kepala pada isoprene yang satu berikatan dengan ekor isoprene yang
lain (Bettelhelm, 2009). Terpene mempunyai ikatan tunggal dan rangkap dua.
Senyawa ini aromanya kurang wangi dan sukar larut dalam alkohol encer dan
jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Untuk tujuan
tertentu seperti dalam industri pembuatan parfum, biasanya fraksi terpene
akan dipisahkan dengan fraksi lain pada minyak atsiri karena baunya kurang
wangi (Ketaren, 1985).
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
penyulingan (distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut
menguap (solvent extraction), ekstraksi dengan lemak.
1. Metode penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling
mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat
mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung
pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini
yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan
cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak
yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak
yang diperoleh.
b. Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak
langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan
langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama
dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau
uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
c. Penyulingan dengan uap dan air
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan
disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian
ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh

dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman
yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan
air panas (Guenther, 1987).
Prinsip dari penyulingan adalah proses perpindahan massa
minyak atsiri secara difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan
dan perpindahan massa antar fasa dari permukaan padatan ke uap.
Ada dua tahapan kecepatan perpindahan massa tetap terjadi dari
waktu awal sampai kadar minyak atsiri dalam padatan tertentu.
Keadaan ini terjadi bila kandungan mintak atsiri di permukaan
padatan relatif tetap. Konsentrasi minyak atsiri di permukaan padatan
dapat tetap karena kecepatan perpindahan massa minyak atsiri antar
fasa dari permukaan padatan ke uap sama dengan kecepatan
perpindahan massa secara difusi dari padatan ke permukaan padatan.
Kecepatan perpindahan massa yang kedua adalah kecepatan
perpindahan massa menurun, hal ini terjadi bila kandungan minyak
atsiri di permukaan selalu menurun karena kecepatan perpindahan
massa antar fasa jauh lebih besar dari pada kecepatan perpindahan
massa secara difusi dalam padatan.
Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi pengambilan minyak
atsiri melalui distilasi adalah ;
1. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku mempengaruhi jumlah minyak yang terambil
karena semakin kecil dan halus bahan yang digunakan maka
semakin besar luas kontak permukaannya. Semakin besar luas
kontaknya maka proses perpindahan panas akan berjalan lebih
cepat dan efektif sehingga minyak dapat terambil lebih cepat.
2. Waktu distilasi
Semakin lama waktu distilasi yang dilakukan maka semakin
banyak minyak yang terambil dari bahan baku.
3. Panjang kondensor

Semakin panjang kondensor maka semakin banyak minyak yang


akan terkondensasi.
4. Kondisi pemanasan
Proses pemanasan air hingga menghasilkan uap perlu pemanasan
hingga tercapai titik didihnya. Namun, perlu diperhatikan terkait
sifat minyak yang volatil. Minyak yang sering terpapar panas dapat
menyebabkan perubahan kualitas dari minyak tersebut.
5. Kondisi pendinginan
Pada proses pendinginan terutama pada bagian kondesor perlu
diperhatikan panjang, luas kontak, serta suhu dari air pendingin.
Minyak

atsiri

yang

terambil

dari

bahan

terbawa

oleh

kukusan/steam sehingga untuk mengambil minyak perlu adanya


proses kondensasi terlebih dahulu.
2. Metode pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan
terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan
minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel
yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir
ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh
dengan cara ini (Ketaren, 1985).
Metode pengepresan mekanis ini terbagi dua yaitu:
1. Pengepresan hidrolik
Metode ini dipres dengan tekanan sebesar 2000 lb/in 2 tanpa melalui
proses pemanasan hingga minyak yang terkandung dalam bahan ini
keluar.
2. Pengepresan berulir
Pada metode ini selain digunakan tekanan juga dipanaskann pada suhu
115,5oC
Faktor yang mempengaruhi proses pengepresan antara lain:
1. Tekanan pada saat pengepresan

Semakin tinggi tekanan pengepresan kemungkinan minyak yang dapat


terambil dapat lebih maksimal.
2. Ukuran partikel
Bahan dengan ukuran besar, maka minyak yang dihasilkan akan lebih
banyak karena tekanan yang diperlukan lebih tinggi.
3. Suhu dan waktu pemanasan
Pemanasan dapat menyebabkan viskositas turun sehingga akan
mempercepat pemisahan minyak. Suhu yang tinggi dan waktu yang
lama akan dapat merusak kualitas minyak. Maka, pada saat operasi
diperlukan suhu optimal.
3. Metode Ekstraksi
Minyak atsiri bersifat mudah larut dalam pelarut organik. Berdasarkan
sifat ini maka minyak atsiri dapat diambil dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
adalah pemisahan campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya
berdasarkan beda daya larut komponen tersebut dalam pelarut yang digunakan.
Pada keadaan ini pelarut sebagai media pemisah (separating agent). Secara
garis besar, ada 2 macam ekstraksi:
1. Ekstraksi padat-cair (leaching)
Leaching adalah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat terlarut.
Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan
atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan
terkontaminasi, seperti pigmen. Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan
ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan,
sifat padatan, dan besarnya partikel.
2.

Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemindahan suatu komponen campuran
cairan dari suatu larutan ke cairan yang lain (yaitu pelarutnya). Pada suatu
campuran dua zat cair yang saling larut, salah satu sebagai zat terlarut (solute)
dan yang lain disebut sebagai zat pembawanya (diluent). Jika suatu campuran
dimurnikan dengan bantuan cairan ketiga yang disebut dengan zat pelarut

(solvent) yang tidak mudah larut atau larut sebagian, maka akan terbentuk dua
fase lapisan. Lapisan yang kaya zat pelarut disebut fase ekstrak dan lapisan
yang lain disebut fase rafinat. Setelah kondisi kesetimbangan dicapai, akan
didapatkan bahwa fase ekstrak terdiri dari zat pelarut yang jenuh dengan
acuan terhadap kedua zat terlarut dan zat pembawanya dan fase rafinat akan
terdiri atas zat pembawa yang jenuh dengan acuan terhadap kedua zat terlarut
dan zat pelarut.
Ekstraksi padat-cair di laboratorium sering dilakukan dengan menggunakan
soxhlet, yang memungkinkan pelarut dapat berkontak dengan padatan secara
berulang-ulang. Dengan cara ekstraksi ini, maka dimungkinkan semua minyak
atsiri dapat terambil dari padatan. Oleh karena itu kandungan minyak atsiri mulamula dalam bahan padat dapat ditentukan dengan ekstraksi padat-cair dengan
soxhlet. Prinsip soxhlet adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang dapat
melarutkan minyak atsiri dan bersifat inert terhadap minyak atsiri, sehingga
minyak atsiri pada daun dapat terambil secara maksmial melalui beberapa
sirkulasi yang kemudian antara pelarut dan minyak atsiri dapat dipisahkan dengan
mudah. Pengambilan minyak dengan metode soxhlet dilakukan dengan cara
mengeluarkan minyak dari bahan dengan pelarut anhydrous (pelarut yang benarbenar bebas air). Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut dalam air
tidak terekstrak dan terhitung sebagai minyak yang terambil dari tumbuhan
tersebut.
Mekanisme pengambilan minyak atsiri dari daun cengkeh dengan ekstraksi
soxhlet adalah sebagai berikut: Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang,
kemudian dibungkus dengan kertas saring atau ditempatkan dalam thimble
(selongsong tempat sampel). Kertas saring berfungsi untuk menjaga agar bahan
tidak tercampur dengan pelarut minyak secara langsung. Pelarut dan bahan tidak
dibiarkan tercampur secara langsung agar bahan lain (fosfolipid, sterol, asam
lemak bebas, pigmen karotenoid, klorofil, dan lain-lain) tidak ikut terekstrak
sebagai minyak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari penentuan kadar minyak
lebih akurat. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukkan ke dalam soxhlet.

Soxhlet disambungkan dengan labu yang telah diisi pelarut minyak dan
ditempatkan pada alat pemanas mantel serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Alat pendingin dinyalakan dan alat ekstraksi mulai
dipanaskan. Penentuan kadar minyak dilakukan tergantung dari jumlah minyak
yang terkandung dalam bahan. Semakin banyak kandungan lemak yang terdapat
pada bahan, semakin lama proses ekstraksi minyak dilakukan. Ketika pelarut
dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju pipa pendingin. Air dingin
dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut sehingga
kembali ke fasa cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan minyak
dalam thimble, larutan akan terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah
mencukupi, akan dilewatkan lewat pipa kapiler menuju labu. Proses ekstraksi
yang sudah selesai dilanjutkan dengan memisahkan pelarut dan minyak melalui
proses penyulingan dan dikeringkan.
Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi pengambilan minyak atsiri
melalui ekstraksi soxhlet adalah:
1. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku mempengaruhi jumlah minyak yang terambil
karena semakin kecil dan halus bahan yang digunakan maka semakin
besar luas permukaannya.
2. Jumlah Sirkulasi
Semakin banyak sirkulasi yang dilakukan maka semakin banyak
minyak yang terambil dari bahan baku.
3. Kondisi pendinginan dan pemanasan
Pemanasan yang dilakukan harus pada suhu optimal, karena jika terlalu
rendah maka proses perpindahan panasnya akan menjadi lambat, tapi jika
terlalu tinggi akan menyebabkan minyak terdekomposisi. Proses
pendinginan harus dijaga agar air tetap dingin sehingga membatnu proses
pengembunan.
4. Jenis pelarut

Pelarut yang baik untuk ekstraksi soxhlet adalah yang mempunyai titik
didih rendah, inert dan hanya melarutkan satu komponen saja.

III. METODOLOGI PERCOBAAN


A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalalah:
1. Air
2. Etanol 96 %
3. Daun cengkeh
B. Alat
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemanas mantel
Pengatur skala
Labu ekstraksi
Steker
Soxhlet
Selang
Kertas saring berisi daun
cengkeh
8. Statif
9. Klem
10.
Pendingin bola
11.
Minyak atsiri dan
etanol
12. Pipa kapiler
Gambar 1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet

Keterangan:
1. Saklar dan steker
2. Labu leher tiga
3. Tombol on / of
4. Kukusan
5. Tumpukan daun cengkeh
6. Angsang
7. Pemanas mantel
8. Koil pemanas
9. Pendingin balik
10.
Pengatur tegangan
11.
Pembangkit panas
12.
Erlenmeyer
13.
Adapter
14. Statif
Gambar 2. Rangkaian Alat Distilasi Kukus

C. Cara Percobaan
1. Penentuan Kadar Air
Botol timbang dicuci, kemudian dikeringkan
dalam oven 100C selama 10 menit lalu, diletakkan
dalam eksikator selama 10 menit. Botol ditimbang
dengan neraca analisis digital dan dicatat hasilnya.
Daun yang dianalisis dimasukkan sebanyak 0,5127
gram. Botol timbang berisi daun cengkeh dioven
pada suhu 100C selama 1 jam. Botol timbang
diletakkan dalam eksikator dan ditimbang berat
akhirnya dan dicatat hasilnya.
2. Ekstraksi Soxhlet untuk Menentukan Kadar Minyak
Atsiri Mula-mula
Petri dish kosong dicuci kemudian dimasukkan
dalam oven 100C selama 10 menit lalu didinginkan
dalam

eksikator

selama

10

menit.

Perti

dish

ditimbang degan neraca analisis digital dan dicatat


hasilnya. Alat ekstraksi soxhlet dirangkai. Daun
cengkeh dan batang cengkeh yang telah diremas-

remas ditimbang sebanyak 3,0137 gram. Daun dan


batang cengkeh yang telah diremas-remas dibungkus
dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam
soxhlet . Etanol 96% dimasukkan ke dalam soxhlet
dengan bantuan corong gelas sebanyak 1,5 sirkulasi.
Air

pendingin

dihidupkan,

pemanas

mantel

dinyalakan pada skala 8, dan dilakukan proses


ekstraksi sebanyak 1 sirkulasi, kemudian dilanjutkan
pada skala 10 hingga sirkulasi ke-8. Pemanas mantel
dimatikan

dan

kertas

sering

yang

berisi

daun

cengkeh dikeluarkan dari dalam soxhlet. Etanol yang


tertinggal di soxhlet dikembalikan ke labu didih.
Proses dilanjutkan untuk mendistilasi etanol dari
minyak dengan skala pemanas mantel 10 sampai
sirkulasi.

Etanol

hasil

distilasi

tersebut

diambil

kemudian dituang ke dalam botol etanol bekas.


Proses dilanjutkan untuk mendistilasi etanol dari
minyak dengan skala pemanas mantel 10 sampai
sirkulasi. Etanol hasil distilasi tersebut (1/2 sirkulasi)
diambil kemudian dituang ke dalam botol etanol
bekas. Minyak hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam
petri dish lalu petri dish berisi minyak tersebut
diletakkan ke dalam oven 100C selama 1 jam. Petri
dish berisi minyak diletakkan ke dalam eksikator
selama 10 menit lalu ditimbang dengan neraca
analitis digital. Kenampakan minyak dilihat.
3. Distilasi Kukus
Gelas
beker
50
mL
dicuci
kemudian
dimasukkan ke dalam oven 100C selama 10 menit
dan didinginkan dalam eksikator selama 10 menit
lalu ditimbang dengan neraca analitis digital. Air

ledeng dimasukkan ke dalam labu leher tiga atau


tangki pembangkit uap hingga terisi setengahnya. Air
pendingin

dihidupkan.

Saklar

on/of

dinyalakan.

Regulator diatur pada skala 75 V. Proses distilasi


dilakukan selama 1 jam terhitung sejak adanya
tetesan pertama dalam Erlenmeyer penampung.
Apabila selama proses distilasi , air yang tertampung
di atas labu leher tiga atau tangki penuh, maka air
dikeluarkan dan ditampung di gelas beker 250 mL.
Campuran minyak dan air hasil distilasi dipisahkan
dalam corong pemisah. Ditunggu hingga terpisah
menjadi 2 fase. Minyak ditampung ke dalam gelas
beker 50 mL kosong. Gelas beker 50 mL mL yang
telah berisi minyak ditimbang dengan neraca analitis
digital. Kemampuan minyak dilihat. Daun cengkeh
yang

telah

diremas-remas

sebanyak

200

gram

ditimbang. Daun dan batang cengkeh yang telah


ditimbang

dimasukkan

ke

dalam

kukusan/ketel

distilasi. Alat dirangkai kembali sesuai gambar 2.

D. Analisis Data
1. Perhitungan kadar air dalam bahan
Berat daun basah=Berat botol timbang +daun basah ( Berat botol timbang kosong
(1)
Berat kering= ( Berat botol timbang +daun kering )(Berat botol timbang kosong)
(2)
KA=

( Berat daun basa h ) (Berat daun kering)


100
Berat daun basa h
(3)

dimana, KA= Kadar air dalam bahan, %


Berat daun basah = berat daun sebelum
dioven, gram
Berat daun kering = berat daun sebelum
dioven, gram
2. Ekstraksi soxhlet untuk menentukan kadar minyak
atsiri mula-mula dalam bahan
Berat minyak=( Berat petri dish+minyak ) ( Berat petri dishkosong )
(4)
Kadar minyak atsiri mulamula=

Berat minyak atsiri hasil ekstraksi


100
Berat daun kering utuk ekstraksi soxhlet

(5)
Berat daun kering utuk ekstraksi soxhlet dapat dicari

dengan persamaan:
Berat daun kering untuk ekstraksi sox h let=Berat daun untuk ekstraksi sox h let mula
(6)
3. Distilasi Kukus
Berat minyak terambil secara teoritis =
( Kadar minyak atsiri mulamula x Berat daun kering untuk ekstraksi kukus)

(7)
Berat minyak terambil menurut percobaan
( Berat gelas beker 50 mL+ minyak )( Berat gelas beker 50 mLkosong)

(8)
Persentase minyak terambil dengan distilasi kukus

Berat minyak terambil percobaan


100
Berat minyak terambil teoritis
(9)

Berat daun kering untuk distilasi kukus dapat dicari


dengan persamaan:
Berat daun kering untuk distilsi kukus
Berat daun kering untuk distilasi mulamula (100 KA )
(10)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan, diperoleh hasil kadar air
dalam daun cengkeh sebesar 15,74% dengan berat awal daun sebelum dioven
sebesar 0,5127 gram dan berat akhir daun setelah dioven sebesar 0,4320
gram.
Asumsi yang diambil pada percobaan ekstraksi soxhlet adalah:
1. Selama proses ekstraksi soxhlet, tidak ada uap yang keluar dari rangkaian
alat.
2. Penguapan pelarut terjadi sempurna.
3. Prosess penimbangan tepat dan tidak ada daun yang tercecer.
4. Pada proses pengovenan cairan teruapkan semua.
Pada ekstraksi soxhlet didapat hasil minyak sebesar 0,2391 gram dan
kadar minyak atsiri dalam daun sebesar 9,42 %
Asumsi yang diambil pada percobaan distilasi kukus adalah:
1. Selama proses distilasi, tidak ada uap air yang keluar dari rangkaian alat.
2. Pada proses dekantasi, tidak ada air yang ikut tertampung dan tertimbang
bersama minyak hasil disitilasi kukus.
Pada distilasi kukus didapat minyak dengan massa 3,9314 gram dari daun
cengkeh dengan massa 200 gram dengan presentase minyak terambil sebesar
20,87%. Pada pengambilan minyak atsiri melalui proses distilasi kukus,
minyak atsiri tidak dapat terambil seluruhnya yaitu hanya sebesar 20,87 %
karena:
1. Bahan yang digunakan (daun cengkeh)

kurang halus sehingga luas permukaan


kurang luas sehingga proses pengambilan
minyak atsiri berlangsung lambat dan
mengakibatkan

tidak

dapat

terambil

semua.
2.

Waktu distilasi terlalu cepat, hanya 1 jam


saja.

3. Kontak antara pelarut dan daun cengkeh hanya sekali (tidak ada sirkulasi)
sehingga minyak yang terambil tidak bisa maksimal.
4. Pendinginan balik tidak berjalan dengan baik dalam mengembunkan
minyak dan uap air karena air pendingin yang mengalir tidak cukup dingin.
5. Proses pemisahan dengan corong
pemisah masih menggunakan cara
manual sehingga memungkinkan
adanya minyak dalam air.
Pada percobaan dengan ekstraksi soxhlet digunakan etanol sebagai pelarut
karena:
1. Merupakan pelarut organik polar yang dapat melarutkan minyak cengkeh
yang akan diisolasi, karena pada etanol terdapat gugus OH dan gugus etil.
2. Mempunyai titik didih yang rendah, sehingga pelarut mudah menguap
tanpa perlu menggunakan suhu tinggi, dan proses dapat berlangsung cepat.
3. Bersifat inert, dan mudah dipisahkan dari minyak atsirinya, dan tidak
mengganggu kualitas hasil.
4. Bersifat spesifik, yaitu pelarut yang hanya melarutkan satu komponen saja
yaitu minyak cengkeh, tanpa melarutkan komponen lain.
Pada percobaan ekstraksi soxhlet suhu yang digunakan lebih rendah dari
suhu pada distilasi kukus karena pada ekstraksi soxhlet digunakan pelarut
etanol dengan titik didih 96oC sedangkan pada distilasi kukus pelarutnya
adalah air dengan titik didih 100oC. Sehingga proses pendidihannya lebih
cepat ekstraksi soxhlet daripada distilasi kukus. Dalam percobaan ini, daun

cengkeh harus diremas-remas terlebih dahulu dengan tujuan:


1. Mendapatkan luas bidang kontak yang sebesar-besarnya antara bahan baku
dengan steam, sehingga minyak yang terambil semakin banyak.
2. Mengurangi hambatan bagi uap untuk naik ke atas bahan, karena bahan
yang lebih halus mempunyai banyak celah untuk jalannya uap untuk
jalannya uap air dan minyak hasil distilasi dan ekstraksi.
Dalam percobaan ekstraksi soxhlet, bahan baku diletakkan di bawah pipa
kapiler agar semua bahan baku dapat dilewati dan terlarut oleh alkohol. Bila
bahan baku diletakkan sama tinggi dengan pipa kapiler, tidak semua bahan
baku terlewati dan terlarut oleh alkohol. Sehingga hasil yang didapatkan tidak
optimal karena minyak yang terambil tidak banyak.
Dalam percobaan ekstraksi soxhlet, sirkulasi tidak bisa selalu penuh yang
disebabkan karena banyaknya gelembung di dalam soxhlet. Gelembunggelembung ini disebabkan karena adanya bahan baku yang menutupi pipa
kapiler. Karena adanya penyumbatan pipa kapiler, tekanan di dalam soxhlet
naik dan dapat menyebabkan sirkulasi tidak penuh. Oleh karena itu, solusi
yang tepat adalah sebelum memulai ekstraksi, pastikan bahan baku tidak ada
yang keluar dari kertas saring.
Fungsi steam dalam metode distilasi kukus adalah membasahi
permukaan bahan, melunakkan jaringan, dan menembus dinding sel. Steam
juga berfungsi sebagai media pembawa panas (menaikkan suhu dan
menguapkan komponen campuran), sehingga steam tersebut dapat mendesak
molekul-molekul minyak agar terlepas dari jaringan minyak pada tumbuhan.
Steam juga berfungsi sebagai pembawa minyak. Proses ini disebut
hidrofusi. Proses hidrofusi adalah difusi atau perembesan minyak atsiri oleh
uap panas (steam) melalui selaput tanaman. Dalam proses ini, air panas akan
mendesak masuk ke dalam jaringan dan mendesak minyak atsiri keluar dari
jaringan menuju permukaan. Uap panas yang dimaksudkan adalah uap panas
yang timbul dari proses pendidihan pelarut.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini adalah:


1. Penentuan kadar minyak atsiri mula-mula dapat ditentukan dari soxhlet.
Minyak dapat terambil secara terus-menerus dikontakkan dengan pelarut
tertentu yang dapat melarutkan minyak atsiri yang ingin diambil dari
sampel. Pengambilan minyak atsiri dengan menggunakan ekstraksi
soxhlet lebih banyak daripada dengan metode distilasi kukus.
2. Prinsip kerja dari distilasi kukus adalah minyak atsiri terbawa oleh
steam. Steam akan mendidihkan bahan baku dan akan membawa
minyak, steam yang membawa air dan minyak akan dikondensasikan
sehingga kembali berbentuk fase cair.
3. Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh:
a. Kadar air dalam bahan
Massa daun basah

: 0,5127 gram

Massa daun kering

: 0,4320 gram

Kadar air

: 15,74%

b. Ekstraksi soxhlet
Massa daun kering untuk ekstraksi soxhlet

: 2,5393 gram

Massa minyak

: 0,2391 gram

Kadar minyak atsiri mula-mula

: 9,42%

c. Distilasi kukus
Massa daun kering untuk ekstraksi soxhlet

168,

5200

gram
Massa minyak terambil secara teoritis

18,8400

3,9314

gram
Massa minyak terambil berdasar percobaan
gram
Presentase minyak terambil dengan distilasi kukus

: 20,87%

VI. DAFTAR PUSTAKA


Bettelheim, Frederick. 2009. Intoduction to General, Organic and
Biochemisry. Canada
Guenther, E., 1948, The Essential Oil, 2 ed, Von Nostrand Company, Inc.,
New York.
Ketaren, S. 1985. Pengatur Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka: Jakarta
Taylor, Peter. 2002. Mechanism and Synthesis. Open University

VII. LAMPIRAN
A.Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Identifikasi hazard proses
Pada percobaan ini, hazard proses yang ada adalah hazard panas
dan hazard listrik. Hazard panas didapat dari alat-alat yang
menghasilkan panas seperti oven, pemanas mantel, dan rangkaian
distilasi kukus. Hazard panas ini dapat menyebabkan luka terbakar
terhadap kulit jika tersentuh alat-alat tersebut. Untuk menghindari
dari hazard panas ini, kita harus menggunakan lap basah saat ingin
memegang alat-alat panas tersebut.
Hazard listrik didapat dari alat-alat yang bersumber dari energi
listrik seperti alat distilasi kukus, pemanas mantel dan oven. Hazard
listrik dapat berupa setrum dan percikan api. Kita dapat tersetrum
jika terdapat kabel yang terkelupas dan menyentuhnya. Untuk
menghindari hazard listrik sebaiknya kita mengecek peralatan listrik
dengan benar sebelum melakukan praktikum.
Hazard selanjutnya adalah kemungkinan alat pecah karena

kebanyakan alat yang dipakai terbuat dari kaca dan dirangkai dalam
rangkaian yang rumit seperti rangkaian alat distilasi kukus.
2. Identifikasi hazard bahan kimia
1. Daun Cengkeh
Daun cengkeh hanya memiliki hazard iritasi terhadap kulit
dan mata jika tersentuh. Tetapi dalam bentuk liquid (minyak
cengkeh), minyak cengkeh memiliki hazard iritasi dan bersifat
flammable pada suhu tinggi karena memiliki flash point sebesar
46C.
2. Etanol 96%
Etanol 96% merupakan pelarut polar yang bersifat
mudah terbakar (flammable) dengan flash point sebesar 14C16C. Etanol juga bersifat irritant jika terkena kulit dan mata,
jika terkena maka secepatnya untuk membilas dengan air bersih
selama kurang lebih 15 menit.
B. Penggunaan alat perlindungan diri
Alat perlindungan diri yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Jas laboratorium lengan panjang untuk melindungi tubuh dari
percikan atau tumpahan bahan kimia berbahaya.
2. Masker untuk melindungi dari bahan yang beracun dan volatile yang
dapat masuk melalui saluran pencernaan dan pernafasan.
3. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat yang iritan, korosif
dan hazard panas.
4. Sepatu tertutup dan kaos kaki untuk melindungi kaki dari bahan yang
tertumpah yang bersifat iritan dan korosif.
5.Goggles untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia yang
bersifat korosif, iritan, dan beracun.
C. Manajemen Limbah

Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini adalah:


1. Minyak cengkeh
Minyak cengkeh dibuang ke tempat penampungan minyak (botol)
minyak cengkeh.
2. Sisa Etanol bekas
Sisa etanol dimasukkan ke botol etanol bekas.
3. Daun cengkeh sisa distilasi dan ekstraksi
Sisa daun cengkeh dibuang ke tempat sampah.
4. Air hasil distilasi
Air hasil distilasi kukus yang telah dipisahkan dari minyak dibuang ke
wastafel

D. Data Percobaan
1. Penentuan kadar air
Massa botol timbang kosong + tutup

: 20,1392 gram

Massa botol timbang kosong + tutup + daun cengkeh


(sebelum dioven)

: 20,6519 gram

Massa botol timbang kosong + tutup + daun cengkeh


(sesudah dioven)

: 20,5712 gram

Jam pengeringan dimulai

: 13.15 WIB

Jam pengeringan selesai

: 16.15 WIB

a. Ekstraksi dengan soxhlet


Jenis bahan baku

: daun cengkeh

Massa bahan baku

: 3,0137 gram

Jenis pelarut

: Etanol 96%

Jumlah pelarut

: 1,5 sirkulasi

Waktu ekstraksi

: 115 menit

Jumlah sirkulasi

: 8 sirkulasi

Massa petri dish kosong

: 45,4445 gram

Massa petri dish + minyak

: 45,6836 gram

Kenampakan minyak atsiri

: coklat

b. Distilasi kukus
Jenis bahan baku

: daun cengkeh

Massa bahan baku

: 200 gram

Jam tetesan pertama

: 13.50 WIB

Waktu distilasi

: 60 menit

Massa gelas beker 50 mL kosong

: 34,1980 gram

Massa gelas beker 50 mL + minyak atsiri

: 38,1294 gram

Kenampakan minyak atsiri

: kuning bening

E. Perhitungan
1. Perhitungan kadar air dalam bahan dengan menggunakan persamaan
(3), (4) dan (5)
Massa daun basah

= (20,6519 - 20,1392) gram


= 0,512 gram

Massa daun kering

= (20,5712 - 20,1392) gram


= 0,4320 gram

Kadar air

(0,51270,4320)
x 100
0,5127
= 15,74%
2. Ekstraksi soxhlet untuk menentukan kadar minyak atsiri mula-mula
dengan persamaan (6), (7), dan (8)
Massa daun kering untuk ekstraksi soxhlet =3,0137 gram x (100%15,74%)

= 2,5393 gram
Massa minyak

= 45,6838-45,4445
= 0,2391 gram

Kadar minyak atsiri mula-mula

0,2391
2,5393

x 100%

= 9,42%

3. Distilasi kukus dengan persamaan (9), (10), (11) dan (12)


Massa daun kering untuk distilasi kukus

= 200 gram x (100%-

5,74%)
= 168,5200 gram
Massa minyak terambil secara teoritis

= 9,42% x 200 gram


= 18,8400 gram

Massa minyak terambil menurut percobaan= (38,1294 34,1980)


gram

= 3,9314 gram

Presentase minyak terambil dengan distilasi kukus


=

3,9314
18,8400 x 100%

= 20,87%

Anda mungkin juga menyukai