PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit
hubungan seksual. Sebagian besar penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali
AIDS. Di indonesia penyakit ini sudah banyak menjalar dengan perkembangan
penularan yang sangat cepat, penyakit ini dapat melumpuhkan semua kemampuan
daya tahan tubuh terhadap berbagai bkateri, protozoa, jamur dan virus lainya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit
yang timbul akibat hubungan sekssual, dari sudut etimologi ternyata penyakit
hubungan seksual berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan
terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran, serta terjadi perubahan
perilaku seksual yang makin bebas tanpa batas.
Demikian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan keluarga telah
ditemukan lima penyakit hubungan seksual yang banyak dijumpai sebagai upaya
untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksi sehingga lebih menjamin
peningkatan sumber daya manusia.
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun
1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection),
agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO
(2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid,
herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B.
Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit
yang paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda lakilaki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di Negara
berkembang. Dewasa dan remaja (15-24 tahun) merupakan 25% dari semua
populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari
1
semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya
menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini
mencerminkan keterbatasan screening dan rendahnya pemberitaan akan IMS
(Da Ros, 2008).
Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat
disembuhkan (sifilis, gonore, infeksiklamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi
setiap tahunnya pada laki-laki dan perempuan usia 15-49 tahun. Secara
epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi
tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika
Latin, dan Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya,
diantaranya ialah HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B
(WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali
lebih tinggi dari laki-laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial,
golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun
(CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi
infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi
antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis
maupun gonore, infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gununges,
yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah
sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah
orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000
130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang
terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS
sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun
2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian
(Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah
penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular
seksual (Depkes, 2008).
1.
TujuanUmum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Infeksi Saluran Kemih
prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di
bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan
obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam
keadaan normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang
karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami
cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga
mengalami peningkatan risiko infeksi.
SEMESTER 4 MODUL-XII (SALURAN KEMIH)
SKENARIO-3
DYSURIA
Seorang dokter muda dari bagian Ilmu Kasehatan Kulit dan Kelamin
memeriks seorang pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan utama keluar
cairan kental dari kelamin sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan gejala
lain seperti nyeri saat BAK (+), demam (+), riwayat kontak dengan PSK 3 hari
sebelum muncul keluhan tanpa menggunakan kondom. Hasil pemeriksaan
venereologi dijumpai duh tubuh muko purulen dengan eritema pada orificium
urethra externa (OUE). Hasil laboratorium urine rutin dijumpai leukosit 10-20/
LPB. Dokter menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan sekret urethra.
Selanjutnya dia mencoba menganalisi penyakit yang diderita pasien tersebut.
LO
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang INFEKSI
SALURAN KEMIH dan INFEKSI MENULAR SEKSUAL (gonore, sifilis,
cystitis, pielonefritis)
1. defenisi
2. klasifikasi
3. etiologi
4. patofisiologi
5. gejala dan tanda
6. pemeriksaan fisik
7. diagnose dan pemeriksaan penunjang
8. penatalaksanaan
9. prognose
10. komplikasi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Small Group Discussion I
STEP 1
1. Dysuria
2. Venereologi
kelamin
3. Duh tubuh muko purulen
urethra.
4. LPB
5. Sekret urethra
STEP 2
1. Apa penyebab keluar cairan kental dari kelamin sejak 5 hari yang lalu?
2. Apa hubungan riwayat kontak dengan PSK dengan keluhan pasien?
3. Apa yang menyebabkan nyeri saat BAK?
4. Apa diagnosa differensial?
5. Dalam keadaan normal apakah dapat dijumpai leukosit pada pemeriksaan
urin rutin?
6. Apa penatalaksanaan?
7. Apa pemeriksaan penunjang selanjutnya?
8. Tujuan pemeriksaan sekret uretra?
STEP 3
1. Cauran kental berasal dari hasil akhir makrofag yang mati setelah
kerjanya melakukan fagositosis terhadap bakteri.
2. Ada, dengan cara kontak seksual dapat terjadi perpindahan bakteri dari
PSK pada pasien
3. Karena terjadinya radang atau infeksi pada saluran kemih pasien
4. 1. Gonorhoeae
2. Akut prostatitis
3. Sistitis
5. Normalnya tidak dijumpai
6. Antibiotik spektrum luas
7. Tidak ada pemeriksaan penunjang
STEP 4
Pria usia 36 tahun
Riwayat :
1. Dysuria
2. Demam(+)
3. Keluar cairan dari kelamin
Hasil pemeriksaan
1. Laboratorium: 10-20/LPB
2. venereologi: duh tubuh mukopurulen dengan
eritema
DD
STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang INFEKSI
SALURAN KEMIH dan INFEKSI MENULAR SEKSUAL
1. defenisi
2. klasifikasi
3. etiologi
4. patofisiologi
5. gejala dan tanda
6. pemeriksaan fisik
7. diagnose dan pemeriksaan penunjang
8. penatalaksanaan
9. prognose
10. komplikasi
B. Small Group Discussion II
GONORE
DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan olehNeisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genitogenital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (Brunner dan Suddarth,2001)
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genitogenital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore dapat menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada
wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam
panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Tidak semua orang yang terpajan gonore akan terjangkit penyakit, dan resiko
penularan dari laki laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan
perempuan kepada laki laki, terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang
terpajan dan eksudat yang berdiam lama, divagina. Setelah terinolkulasi, infeksi
dapat menyebar ke prostat, vas deferent, vesicular semminalis, epididimis, dan
testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium,
tube falopi, dan rongga peritoneum menyebabkan PID pada perempuan.
10
pasti
penyakit
gonore
adalah
bakteri Neisseria
gonorrhea /Gonokok yang bersifat patogen yang di temukan oleh Neisser dari
Polandia pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut
termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae
dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis
sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan
tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8
u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna
gram bersifat gramnegatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama
di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39C
dan tidak tahan zat disinfektan. Secara marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu
tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang yang bersifat virulen dan bersifat
nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.
Kuman Neisseria gonorrhea paling mudah menginfeksi daerah dengan
mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang atau imatur,
misalnya pada vagina wanita yang belum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur
gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase
yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati
dengan penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis
11
PATOFISIOLOGI
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene,
bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui
jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh
neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan
berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum,
fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang
mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar,
lipopolisakarida, dan protease IgA.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang
patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi
gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen
yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili
memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi
ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak
memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok
adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui
bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi fulllength lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari
uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita,
kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada
wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
Bakteri ini melekat dan menghancurkan membrane sel epitel yang melapisi
selaput lender, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra.
Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rectum dapat dijumpai pada kedua jenis
kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa
GEJALA, TANDA dan PEMERIKSAAN
12
13
Terapi Gonorrhoea
a.
b.
c.
d.
SIFILIS
DEFINISI
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, baik
vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan,
tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian.
ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika hubungan
seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90
hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer
(chancre atau ulkus durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan.
Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya
chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu
sesudah tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema pallidium
diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai gejala sifilis
sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah
anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif
14
selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang
dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga
kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.
KLASIFIKASI
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda
dan
menyerang
organ
tubuh
yang
berbeda-beda
pula.
15
kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput
lendir
dan
kelenjar
getah
bening
di
seluruh
tubuh.
gelap
sampai
kali
(selama
hari
berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer,
dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua,
yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non spesifik
digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen
Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan
setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau
ekstraknya, misalnya Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan
TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap
positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu
diagnosis.
Fase Primer
16
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang
terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa
ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan
atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi
kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.Cangker berawal sebagai suatu daerah
penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka
terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika
digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah
bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.Luka tersebut
hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka
biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara keseluruhan.
2
Fase Sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul
dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi.Ruam ini bisa berlangsung hanya
sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan
menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam
yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.Sekitar 50% penderita
memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10%
menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala,
tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi
kabur.Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri.Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air
kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).Sejumlah kecil
penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut),
yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang
lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat
infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam
atau abu-abu.
17
Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase
laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahuntahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada
awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan.Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua
bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang
tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala.Tulang juga bisa terkena, menyebabkan
nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam
hari.
Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal.
Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa
menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3
jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis
paretik dan neurosifilis tabetik.
PENATALAKSANAAN
18
19
infeksi baru. Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah
yang lain.
CYSTITIS
DEFINISI
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra (Brunner & Suddarth,2002).
Sistitis adalah infeksi kandung kemih (Lyndon Saputra,2009).
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri.Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca,2009).
ETIOLOGI
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis
bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh
bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung
kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak
tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram
negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,
perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat
hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai
ke ginjal.
20
Hematogen
Limfogen
yang
dapat
menyebar
secara
hematogen
adalah
21
kepekaan
ginjal
sehingga
mempermudah
penyebaran
kemih
yang
normal
umumnya
tidak
mengandung
mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni
oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptpkokus. Di samping
bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini
disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni
oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari tempat
tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah
E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita
didaerah tersebut diduga karena :
a. Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
b. Berkurangnya antibodi lokal
c. Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
22
Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita
daripada laki-laki disebabkan karena :
a. Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
b. Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat
merupakan antibakteri yang kuat
2
23
lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel
neutrofil dan sel mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang
terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada
keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa
kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat
hal sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau
batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau
inflamasi sebelumya pada kandung kemih.
D. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi
dari pelvis ke korteks karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah
keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga
aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal. Tidak berfungsinya valvula
vesikoureter ini disebabkan karena :
a. Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara
kongenital
b. Edema mukosa ureter akibat infeksi
c. Tumor pada kandung kemih
d. Penebalan dinding kandung kemih
GEJALA DAN TANDA
1. Tekanan di bagian bawah pinggul
2. Nyeri buang air kecil (disuria)
3. Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air
kecil (kencing urgensi)
4. Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan
kanker prostat atau BPH)
5. Urin abnormal warna (mendung), mirip dengan infeksi saluran kemih
24
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan urine midstream, pemeriksaan sedimen urine untuk
leukosit
2. Pewarnaan gram dan biakan dari unspun midsteram urin yang
ditampung dalam wadah yang bersih.
3. Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada anak-anak dan
penderita lain yang tidak dapat diusahakan untuk memperoleh spesimen
yang bersih.
PENATALAKSANAAN
1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau
jangka pendek (1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif
terhadap E. Coli: nitrofurantoin, trimetropim-sulfametosaksol, atau
ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan antibiotik. Lakukan
kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping: mual,
diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas
kandung kemih dan fenazopiridin hidroklorid sebagai antiseptik pada
saluran kemih.
PIELONEFRITIS
25
DEFINISI
Pielonefritis termasuk kedalam ISK atas yang meliputi infeksi pada ureter,
pelvic, dan parenkim ginjal. Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK)
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonifritis kronik yang spesifik
KLASIFIKASI
a) Pielonefritis Akut
b) Pielonefritis Kronik
ETIOLOGI
26
PATOGENESIS
Patogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK
tergantung dari patogenitas dan status pasien sendiri (host).
27
Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan
etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel
polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/
E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini
mempunyai patogenisitas khusus.
2. Peran bacterial attachment of mucosa
Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis
yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran
kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang
terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah.
3. Peranan faktor virulensi lainnya
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa
toksin seperti -hemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron
reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -hemolisin terikat
pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya
5% terikat pada gen plasmio.
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan
ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu
dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam
kandung kemih dan ginjal.
4. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
i. Faktor Predisposisi Pencetus ISK
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotensi peranan status saluran kemih
merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran
kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran
kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah
terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk
28
pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses
klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat
menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan
parenkim ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak.
Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal
(GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.
ii. Status Imunologi Pasien (host)
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongaMN darah dan status
sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di
bawah dapat dilihat beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara
berbagai ISK (ISK rekuren) dan status secretor (sekresi antigen darah yang larut
dalam air dan beberapa kelas immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi
ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen
terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis
PATOFISIOLOGI
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
gram negative.
29
30
PENGOBATAN PIELONEFRITIS
Segera setelah diagnosis ditegakkan, diberikan antibiotik. Untuk
mencegah kekambuhan,pemberian antibiotik bisa diteruskan selama 2 minggu. 46 minggu setelah pemberianantibiotik, dilakukan pemeriksaan air kemih ulang
untuk memastikan bahwa infeksi telahberhasil diatasi.Pada penyumbatan,
kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
PENCEGAHAN PIELONEFRITIS
Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang
infeksinya kambuhsetelah pemakaian antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk
mengkonsumsi antibiotik dosisrendah setiap hari sebagai tindakan pencegahan.Lamanya
pengobatan
pencegahan
yang
ideal
tidak
diketahui,
tetapi
seringkali
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan
dari satu orang ke orang lain saat berhubungan badan. Semua
orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore,
sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Pencegahan penularan infeksi penyakit di komunitas :
Tanyakan kepada wanita yang ada rawat mengenai infeksi
penyakit kelamin yang mungkkin dialaminya atau dialami
pasanganny.
Mungkin
wanita
itu
merasa
malu
untuk
31
HIV/AIDS
dapat
membantu
anak-anak
mereka
32
wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Andriole VT (editor) : Lyme disease and other sperochetal disease, Rev Infect Dis
1989; (Suppl 6) : S1433.
Britigan BE et al : Gonococal infection: A model molecular pathogenesis, N Engl
J.
Med 1985 ; 312 :1682.
Hook EW III, Holmes KK: Gonococal infection, An Intern Med, 1985; 102; 229.
Jawetz E et al (eds) : Medical MIcrobiology, 19th ed , Appleton and Lange,
Norwalk, Connecticut/San Mateo Californiam 1991.
33
34