Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit
hubungan seksual. Sebagian besar penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali
AIDS. Di indonesia penyakit ini sudah banyak menjalar dengan perkembangan
penularan yang sangat cepat, penyakit ini dapat melumpuhkan semua kemampuan
daya tahan tubuh terhadap berbagai bkateri, protozoa, jamur dan virus lainya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit
yang timbul akibat hubungan sekssual, dari sudut etimologi ternyata penyakit
hubungan seksual berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan
terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran, serta terjadi perubahan
perilaku seksual yang makin bebas tanpa batas.
Demikian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan keluarga telah
ditemukan lima penyakit hubungan seksual yang banyak dijumpai sebagai upaya
untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksi sehingga lebih menjamin
peningkatan sumber daya manusia.
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun
1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection),
agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO
(2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid,
herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B.
Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit
yang paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda lakilaki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di Negara
berkembang. Dewasa dan remaja (15-24 tahun) merupakan 25% dari semua
populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari
1

semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya
menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini
mencerminkan keterbatasan screening dan rendahnya pemberitaan akan IMS
(Da Ros, 2008).
Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat
disembuhkan (sifilis, gonore, infeksiklamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi
setiap tahunnya pada laki-laki dan perempuan usia 15-49 tahun. Secara
epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi
tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika
Latin, dan Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya,
diantaranya ialah HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B
(WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali
lebih tinggi dari laki-laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial,
golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun
(CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi
infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi
antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis
maupun gonore, infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gununges,
yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah
sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah
orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000
130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang
terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS
sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun
2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian
(Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah
penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular
seksual (Depkes, 2008).

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang


tersering, terutama pada wanita.Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita
infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic
inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data danfakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah
menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi
menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita,
merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi
menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular
seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan-penyuluhan
yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya
mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi
murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja.
Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang
dapat menggambarkan pengetahuan siswi sekolah menengah atas akan infeksi
menular seksual. Penulis memilih SMKN 1 Medan sebagai tempat penelitian
karena mayoritas muridnya ialah siswi, sehingga dapat mewakili siswi sekolah
menengah atas secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab IMS dan ISK ?
2. Apa itu IMS dan ISK ?
3. Dari mana saja sumber IMS dan ISK?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
PROMKES terutama tentang PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) dan
INFEKSI SALURAN KEMIH, agar mampu memahami lebih detail tentang PMS
dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.

1.

TujuanUmum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan

tentang penyakit penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.


2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi penyakit Gonore, Sifilis, Cystitis,


dan Pielonefritis
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang distribusi dan frekuensi penyakit Gonore,
Sifilis, Cystitis, dan Pielonefritis.
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi penyakit Gonore, Sifilis, Cystitis,
dan Pielonefritis
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang mekanisme Gonore, Sifilis, Cystitis, dan
Pielonefritis
e. Mahasiswa dapat megetahui tentang cara penularan Gonore, Sifilis, Cystitis, dan
Pielonefritis
f. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinis Gonore, Sifilis, Cystitis,
dan Pielonefritis
g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pencegahan dan penanggulangan
Gonore, Sifilis, Cystitis, dan Pielonefritis

BAB II
LANDASAN TEORI
Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan


saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di
dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih
bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal
itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang
disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang
tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan:
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis
karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter,
sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada
kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus
ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen
menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah
mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap
infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang
asam dan berfungsi sebagai antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang
sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia

prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di
bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan
obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam
keadaan normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang
karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami
cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga
mengalami peningkatan risiko infeksi.
SEMESTER 4 MODUL-XII (SALURAN KEMIH)
SKENARIO-3
DYSURIA
Seorang dokter muda dari bagian Ilmu Kasehatan Kulit dan Kelamin
memeriks seorang pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan utama keluar
cairan kental dari kelamin sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan gejala
lain seperti nyeri saat BAK (+), demam (+), riwayat kontak dengan PSK 3 hari
sebelum muncul keluhan tanpa menggunakan kondom. Hasil pemeriksaan
venereologi dijumpai duh tubuh muko purulen dengan eritema pada orificium
urethra externa (OUE). Hasil laboratorium urine rutin dijumpai leukosit 10-20/
LPB. Dokter menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan sekret urethra.
Selanjutnya dia mencoba menganalisi penyakit yang diderita pasien tersebut.

LO
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang INFEKSI
SALURAN KEMIH dan INFEKSI MENULAR SEKSUAL (gonore, sifilis,
cystitis, pielonefritis)
1. defenisi

2. klasifikasi
3. etiologi
4. patofisiologi
5. gejala dan tanda
6. pemeriksaan fisik
7. diagnose dan pemeriksaan penunjang
8. penatalaksanaan
9. prognose
10. komplikasi

BAB III
PEMBAHASAN
A. Small Group Discussion I
STEP 1
1. Dysuria

: nyeri atau sukar berkemih

2. Venereologi

: ilmu yang mempelajari tentang penyakit

kelamin
3. Duh tubuh muko purulen

: cairan outih kental yang dihasilkan karena

urethra.
4. LPB

: Lapangan Pandang Besar

5. Sekret urethra

: cairan yang disekresikan oleh urethra.

STEP 2
1. Apa penyebab keluar cairan kental dari kelamin sejak 5 hari yang lalu?
2. Apa hubungan riwayat kontak dengan PSK dengan keluhan pasien?
3. Apa yang menyebabkan nyeri saat BAK?
4. Apa diagnosa differensial?
5. Dalam keadaan normal apakah dapat dijumpai leukosit pada pemeriksaan
urin rutin?
6. Apa penatalaksanaan?
7. Apa pemeriksaan penunjang selanjutnya?
8. Tujuan pemeriksaan sekret uretra?
STEP 3
1. Cauran kental berasal dari hasil akhir makrofag yang mati setelah
kerjanya melakukan fagositosis terhadap bakteri.
2. Ada, dengan cara kontak seksual dapat terjadi perpindahan bakteri dari
PSK pada pasien
3. Karena terjadinya radang atau infeksi pada saluran kemih pasien
4. 1. Gonorhoeae
2. Akut prostatitis
3. Sistitis
5. Normalnya tidak dijumpai
6. Antibiotik spektrum luas
7. Tidak ada pemeriksaan penunjang
STEP 4
Pria usia 36 tahun

Riwayat :
1. Dysuria
2. Demam(+)
3. Keluar cairan dari kelamin

Hasil pemeriksaan
1. Laboratorium: 10-20/LPB
2. venereologi: duh tubuh mukopurulen dengan
eritema

DD
STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang INFEKSI
SALURAN KEMIH dan INFEKSI MENULAR SEKSUAL
1. defenisi
2. klasifikasi
3. etiologi
4. patofisiologi
5. gejala dan tanda
6. pemeriksaan fisik
7. diagnose dan pemeriksaan penunjang
8. penatalaksanaan
9. prognose
10. komplikasi
B. Small Group Discussion II
GONORE

DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan olehNeisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genitogenital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (Brunner dan Suddarth,2001)
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genitogenital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore dapat menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada
wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam
panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Tidak semua orang yang terpajan gonore akan terjangkit penyakit, dan resiko
penularan dari laki laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan
perempuan kepada laki laki, terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang
terpajan dan eksudat yang berdiam lama, divagina. Setelah terinolkulasi, infeksi
dapat menyebar ke prostat, vas deferent, vesicular semminalis, epididimis, dan
testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium,
tube falopi, dan rongga peritoneum menyebabkan PID pada perempuan.

10

PID adalah menyebab utama infertilitas pada perempuan. Infeksi gonokokus


dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia gonokokus.
Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan tetapi apabila
dibandingkan lebih sering terjadi pada perempuan. Perempuan beresiko tinggi
mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan perinatal kepada bayi
saat lahir, melalui os servik yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjungtivitis
dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak diketahui dan diobati.
ETIOLOGI
Penyebab

pasti

penyakit

gonore

adalah

bakteri Neisseria

gonorrhea /Gonokok yang bersifat patogen yang di temukan oleh Neisser dari
Polandia pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut
termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae
dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis
sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan
tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8
u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna
gram bersifat gramnegatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama
di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39C
dan tidak tahan zat disinfektan. Secara marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu
tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang yang bersifat virulen dan bersifat
nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.
Kuman Neisseria gonorrhea paling mudah menginfeksi daerah dengan
mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang atau imatur,
misalnya pada vagina wanita yang belum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur
gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase
yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati
dengan penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis

11

PATOFISIOLOGI
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene,
bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui
jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh
neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan
berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum,
fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang
mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar,
lipopolisakarida, dan protease IgA.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang
patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi
gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen
yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili
memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi
ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak
memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok
adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui
bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi fulllength lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari
uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita,
kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada
wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
Bakteri ini melekat dan menghancurkan membrane sel epitel yang melapisi
selaput lender, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra.
Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rectum dapat dijumpai pada kedua jenis
kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa
GEJALA, TANDA dan PEMERIKSAAN

12

Infeksi Gonoroe pada Pria


Bentuk yang paling sering adalah uretritis gonore anterior akuta yang
dalam bahasa awam disebutnya juga kencing nanah. Gejala umumnya adalah rasa
gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing,
diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah.
Pada pemeriksaan akan dijumpai ujung kemaluan merah, membengkak,
dan menonjol, diujungnya bila dipijit akan keluar nanah. Penyakit ini bila tidak
mendapat pengobatan yang tepat dapat menyebar kebagian alat kelamin lainnya
seperti kandung kencing, prostat sampai buah zakar dan salurannya. Dengan
pengobatan yang kurang mantap, penyakit akan bersifat menahun dan menjadi
sumber penularan bagi orang lain serta keluarganya.
Infeksi Gonoroe pada wanita
Infeksi pertama terkena pada wanita adalah mulut rahim, apalagi bila telah
terdapat perlukaan sehingga penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat
kelamin semakin cepat. Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan
dengan infeksi vagina (liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya
semakin menonjol yaitu rasa nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan
keputihan encer seperti nanah.
Pemeriksaan serviks akan tampak berwarna merah, membengkak,
perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah. Lendir yang dikeluarkan sangat
infeksius (bersifat menginfeksi), sehingga dapat menyebarkan penyakitnya
menuju liang kencing (uretritis) dengan gejala rasa sakit saat kencing, banyak
kencing dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan mulut saluran kencing
menunjukkan berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar nanah.
Jenis Tes : Pemeriksaan Nanah
PENATALAKSANAN
Diagnose gonore dapat dipastikan dengan menemukan N.gonorrhoeaae
sebagai penyebab baik secara mikroskopik maupun kultur (biakan). Sensitivitas
dan spesifitas dengan pewarnaan Gram dari sediaan serviks hanya berkisar antara
45-65%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas dengan kultur sebesar 85-95%.
Oleh karena itu untuk infeksi gonore tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis
tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasikan adalah :

13

Terapi Gonorrhoea
a.
b.
c.
d.

Penisilin (banyak yang resisten)


Cephalosporin :
Quinolone (banyak yang resisten)
Spectinomisin : 2 g IM single dose

SIFILIS

DEFINISI
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, baik
vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan,
tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian.
ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika hubungan
seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90
hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer
(chancre atau ulkus durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan.
Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya
chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu
sesudah tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema pallidium
diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai gejala sifilis
sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah
anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif
14

selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang
dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga
kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.

KLASIFIKASI
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda
dan

menyerang

organ

tubuh

yang

berbeda-beda

pula.

a. Stadium Dini atau I (Primer)


Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema
pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolanpenonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih,
merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan.
Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus
berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan
ini dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran
ke kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat,
kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari
sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi
umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting
susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6
minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi
b. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah
sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadangkadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium
II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti
nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit
yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat
gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest
Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali

15

kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput
lendir

dan

kelenjar

getah

bening

di

seluruh

tubuh.

C. Sifilis Stadium III


Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa
sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang
rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ
dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa
nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
D. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi
primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan
orang kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama
disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat
ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop
lapangan

gelap

sampai

kali

(selama

hari

berturut-turut).

Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer,
dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua,
yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non spesifik
digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen
Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan
setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau
ekstraknya, misalnya Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan
TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap
positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu
diagnosis.

GEJALA DAN TANDA


Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1

Fase Primer

16

Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang
terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa
ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan
atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi
kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.Cangker berawal sebagai suatu daerah
penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka
terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika
digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah
bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.Luka tersebut
hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka
biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara keseluruhan.
2

Fase Sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul
dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi.Ruam ini bisa berlangsung hanya
sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan
menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam
yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.Sekitar 50% penderita
memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10%
menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala,
tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi
kabur.Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri.Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air
kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).Sejumlah kecil
penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut),
yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang
lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat
infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam
atau abu-abu.

17

Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit


kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat.Gejala lainnya adalah merasa
tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan
anemia.
3

Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase
laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahuntahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada
awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .

Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan.Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua
bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang
tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala.Tulang juga bisa terkena, menyebabkan
nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam
hari.
Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal.
Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa
menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3
jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis
paretik dan neurosifilis tabetik.

PENATALAKSANAAN

18

Untuk ke depannya, jika sifilis menerima penanganan dengan baik pada


awal terkena sifilis, akan memberikan hasil yang cukup baik. Perlu diingat,
kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada kriteria
pasti mengenai kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua,
tetapi sifilis bisa dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif
dan tidak ada gejala yang timbul.
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya,
karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai penderita
dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan.
Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir
terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya dalam 1
tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes penyaringan antibodi
dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani pengobatan.
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin:
1. Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua
bokong, masing-masing 1 kali.
2. Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan
tambahan dengan selang waktu 1 minggu.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua
bentuk sifilis fase tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan
lebih lama.
Jika penderita Alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau
tetrasiklin per-oral selama 2-4 minggu.
Lebih dari 50% penderita sifilis stadium dini, terutama sifilis faseskunder,
mengalami reaksi Jarisch-Herxheimer dalam waktu 2-12 jam setelah pengobatan
pertama. Reaksi ini diyakini merupakan akibat dari matinya jutaan bakteri.
Gejalanya adalah merasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, berkeringat,
menggigil dan semakin memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara
waktu.Penderita neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan.Setelah
menjalani pengobata, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara
teratur. Hasil positif dari pemeriksaan antibodi biasanya menetap selama beberapa
tahun, kadang seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu

19

infeksi baru. Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah
yang lain.
CYSTITIS

DEFINISI
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra (Brunner & Suddarth,2002).
Sistitis adalah infeksi kandung kemih (Lyndon Saputra,2009).
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri.Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca,2009).
ETIOLOGI
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis
bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh
bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung
kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak
tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram
negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,
perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat
hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai
ke ginjal.

20

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di


bawah ini :
A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
1. Escherichia coli
2. Klebsiella pneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
B. Pseudomonas aeruginosa
C. Acinetobacter
D. Enterokokus faecalis
E. Stafilokokus sarophyticus
PATOFISIOLOGI
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara
yaitu :
-

Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat

Hematogen

Limfogen

Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi


Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur

hematogen dan asending, tetapi asending lebih sering terjadi.


1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat
juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh
mikroorganisme

yang

dapat

menyebar

secara

hematogen

adalah

Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan


Proteus sp.

21

Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi


E.coli karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa
tindakan yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat
meningkatkan

kepekaan

ginjal

sehingga

mempermudah

penyebaran

hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :


a. Adanya bendungan total aliran urin
b. Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun
terdapatnya presipitasi obat intratubular, misalnya sulfonamide
c. Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah
d. Pemakaian obat analgetik atau estrogen
e. Pijat ginjal
f. Penyakit ginjal polikistik
g. Penderita diabetes melitus
2. Infeksi asending
A. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran

kemih

yang

normal

umumnya

tidak

mengandung

mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni
oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptpkokus. Di samping
bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini
disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni
oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari tempat
tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah
E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita
didaerah tersebut diduga karena :
a. Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
b. Berkurangnya antibodi lokal
c. Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita

B. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih

22

Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandunh kemih belum


diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah :
1

Faktor anatomi

Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita
daripada laki-laki disebabkan karena :
a. Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
b. Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat
merupakan antibakteri yang kuat
2

Faktor tekanan urin pada waktu miksi

Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan


urin. Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah
pengeluarann urin.
3

Faktor lain, misalnya


a. Perubahan hormonal pada saat menstruasi
b. Kebersihan alat kelamin bagian luar
c. Adanya bahan antibakteri dalam urin
d. Pemakaian obat kontrasepsi oral

C. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih


Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam
kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang
biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung
tiga faktor yaitu :
1. Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan
pengenceran urin
2. Efekantibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik
yang bersifat bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai
tekanan osmotik yang tinggi dan pH yang rendah
3. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan
mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan
mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan bersifat

23

lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel
neutrofil dan sel mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang
terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada
keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa
kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat
hal sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau
batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau
inflamasi sebelumya pada kandung kemih.
D. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi
dari pelvis ke korteks karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah
keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga
aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal. Tidak berfungsinya valvula
vesikoureter ini disebabkan karena :
a. Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara
kongenital
b. Edema mukosa ureter akibat infeksi
c. Tumor pada kandung kemih
d. Penebalan dinding kandung kemih
GEJALA DAN TANDA
1. Tekanan di bagian bawah pinggul
2. Nyeri buang air kecil (disuria)
3. Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air
kecil (kencing urgensi)
4. Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan
kanker prostat atau BPH)
5. Urin abnormal warna (mendung), mirip dengan infeksi saluran kemih

24

6. Darah dalam urin (hematuria) (mirip dengan kanker kandung kemih)


7. Kotor atau bau urin yang kuat

PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan urine midstream, pemeriksaan sedimen urine untuk
leukosit
2. Pewarnaan gram dan biakan dari unspun midsteram urin yang
ditampung dalam wadah yang bersih.
3. Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada anak-anak dan
penderita lain yang tidak dapat diusahakan untuk memperoleh spesimen
yang bersih.
PENATALAKSANAAN
1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau
jangka pendek (1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif
terhadap E. Coli: nitrofurantoin, trimetropim-sulfametosaksol, atau
ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan antibiotik. Lakukan
kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping: mual,
diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas
kandung kemih dan fenazopiridin hidroklorid sebagai antiseptik pada
saluran kemih.
PIELONEFRITIS

25

DEFINISI
Pielonefritis termasuk kedalam ISK atas yang meliputi infeksi pada ureter,
pelvic, dan parenkim ginjal. Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK)
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonifritis kronik yang spesifik
KLASIFIKASI
a) Pielonefritis Akut
b) Pielonefritis Kronik
ETIOLOGI

26

PATOGENESIS
Patogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK
tergantung dari patogenitas dan status pasien sendiri (host).

1. Peran patogenisitas bakteri

27

Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan
etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel
polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/
E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini
mempunyai patogenisitas khusus.
2. Peran bacterial attachment of mucosa
Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis
yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran
kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang
terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah.
3. Peranan faktor virulensi lainnya
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa
toksin seperti -hemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron
reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -hemolisin terikat
pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya
5% terikat pada gen plasmio.
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan
ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu
dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam
kandung kemih dan ginjal.
4. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
i. Faktor Predisposisi Pencetus ISK
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotensi peranan status saluran kemih
merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran
kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran
kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah
terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk

28

pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses
klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat
menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan
parenkim ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak.
Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal
(GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.
ii. Status Imunologi Pasien (host)
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongaMN darah dan status
sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di
bawah dapat dilihat beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara
berbagai ISK (ISK rekuren) dan status secretor (sekresi antigen darah yang larut
dalam air dan beberapa kelas immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi
ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen
terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis

PATOFISIOLOGI
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
gram negative.

29

Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari


uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks
vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan
di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus
aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus)
dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut
(PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen
GEJALA PIELONEFRITIS
Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di
punggung bagianbawah, mual dan muntah.Beberapa penderita menunjukkan
gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu seringberkemih dan nyeri ketika
berkemih.Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri
hebat yang disebabkan olehkejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi
akibat infeksi atau karena lewatnyabatu ginjal.Pada anak-anak, gejala infeksi
ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.Pada infeksi
menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul
atau tidak ditemukan demam sama sekali.Pielonefritis kronis hanya terjadi pada
penderita yang memiliki kelainan utama, sepertipenyumbatan saluran kemih, batu
ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandungkemih ke dalam ureter
(pada anak kecil).Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga
ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
DIAGNOSA PIELONEFRITIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah :
a. pemeriksaan air kemih dengan mikroskop
b. pembiakan bakteri dalam contoh air kemih untuk menentukan adanya
bakteri.
c. USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan
strukturalatau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.

30

PENGOBATAN PIELONEFRITIS
Segera setelah diagnosis ditegakkan, diberikan antibiotik. Untuk
mencegah kekambuhan,pemberian antibiotik bisa diteruskan selama 2 minggu. 46 minggu setelah pemberianantibiotik, dilakukan pemeriksaan air kemih ulang
untuk memastikan bahwa infeksi telahberhasil diatasi.Pada penyumbatan,
kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
PENCEGAHAN PIELONEFRITIS
Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang
infeksinya kambuhsetelah pemakaian antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk
mengkonsumsi antibiotik dosisrendah setiap hari sebagai tindakan pencegahan.Lamanya
pengobatan

pencegahan

yang

ideal

tidak

diketahui,

tetapi

seringkali

dihentikansetelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan ini


dilanjutkan sampai bataswaktu yang tidak dapat ditentukan.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan
dari satu orang ke orang lain saat berhubungan badan. Semua
orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore,
sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Pencegahan penularan infeksi penyakit di komunitas :
Tanyakan kepada wanita yang ada rawat mengenai infeksi
penyakit kelamin yang mungkkin dialaminya atau dialami
pasanganny.

Mungkin

wanita

itu

merasa

malu

untuk

membicarakannya, tapi semakin banyak informasi yang anda


ketahui, semakin jiwanya tertolong

31

Selama pemeriksaan pra-persalinan, tanyakan kepada


wanita lelehan yang tidak lazim atau luka di alat kelamin dan
tawarkan mereka untuk pengujian tanda-tanda infeksi pennyakit
kelamin.Organisasikan kelompok diskusi yang membahas topiktopik kesehatan termasuk infeksi penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
Dukunglah pendidikan seks di sekolah-sekolah tempat anda
berdomisili.bantulah orang tua para siswa untuk memahami
bahwa mengajarkan hal-hal seperti infeksi penyakit kelamin
termasuk

HIV/AIDS

dapat

membantu

anak-anak

mereka

membuat pilihan lebih aman dari pada sudah terlanjur terinfeksi


lantaran pergaulan bebas.
Bicarakan pada pria dan bantulah mereka mengerti resiko
dari penyakit kelamin, termasuk resikonya bagi wanita hamil dan
bayi mereka
Cari informasi dari pusat medis untuk mengetahui infeksi
penyakit kelamin apa yang paling umum terjadi di komunitas
anda.
IMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui
hubungan heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut
atau rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini
mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan
penyakit menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan
saluran kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali)
rasa nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet, luka
kecil yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening,dll.Adapun
pencegahan atau penanggulangan PMS tergantung dari jenis-jenis IMS yang
dijelaskan.
SARAN
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan (khususnya mahasiswa
kedokteran) dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah

32

wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di
lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Andriole VT (editor) : Lyme disease and other sperochetal disease, Rev Infect Dis
1989; (Suppl 6) : S1433.
Britigan BE et al : Gonococal infection: A model molecular pathogenesis, N Engl
J.
Med 1985 ; 312 :1682.
Hook EW III, Holmes KK: Gonococal infection, An Intern Med, 1985; 102; 229.
Jawetz E et al (eds) : Medical MIcrobiology, 19th ed , Appleton and Lange,
Norwalk, Connecticut/San Mateo Californiam 1991.

33

Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta


1996
Joklik W.K et.al (eds) : Zinserr Microbiology, 19th ed, Appleton Century-Crofts,
New York, 1988
Gupte S : Mikrobiologi dasar. Edisi ketiga, Binarupa aksara Jakarta, 1990.
Morse SA: Chancroid and Haemophylus ducreyi, Clin Micribiol Rev 1989; 2;
137.
Pelzar Michael: Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 2 UI-Press Jakarta 1988.
Ryan: Sherris Medical Microbiology , third edition, Prentice-hall America
1994.

34

Anda mungkin juga menyukai