Anda di halaman 1dari 3

The Stages Of Soft System Methodology

Setelah dijelaskan lima fitur umum yang penting dari SSM, kita sekarang dalam
posisi untuk memberikan gambaran yang lebih rinci. Demi kejelasan, eksposisi
ini akan dilakukan dengan menggambarkan SSM sebagai seri of'steps 'atau'
tahap '.
Dulu sekitar tahun 1990-an kita menggunakan 7 tahapan dalam SSM, Ketujuh
tahapan itu adalah : (1) mengkaji masalah yang tidak terstruktur / problematik;
(2) mengekspresikan situasi masalah; (3) membangun definisi permasalahan
yang berkaitan dengan situasi masalah; (4) membangun model konseptual; (5)
membandingkan model konseptual dengan situasi masalah; (6) menetapkan
perubahan yang layak dan diinginkan; dan (7) melakukan tindakan perbaikan
atas masalah.

Bagan 1 The early 7-stage representation of SSM

Secara logika, SSM mengartikulasikan sebuah proses terorganisir dalam mencari


tahu tentang situasi masalah, dari mencari tahu kemudian mengarah ke
pengambilan tindakan yang disengaja untuk membawa perbaikan dalam situasi.
Dalam dunia sehari-hari, yang biasa hal dilakukan setelah mencari tahu dan
ingin mengambil tindakan adalah dengan mengandalkan pengalaman.
Pengalaman ini tentunya tidak akan diabaikan, tapi SSM melengkapinya dengan
penggunaan eksplisit dari sistem berpikir.
Sistem berpikir dimulai dengan penamaan (dalam apa yang disebut 'definisi
root') beberapa sistem sesuai dengan tujuan aktivitas (sistem aktivitas manusia)
yang mudah-mudahan relevan dengan eksplorasi permasalahan. Kita harus
mempelajari cara kita bersama-sama untuk mempersepsikan mana yang paling
relevan dalam situasi tertentu supaya dapat mengambil tindakan untuk
memperbaiki situasi

Activity models (model kegiatan) dibangun dari sejumlah bernama sistem yang
relevan. Model ini dibawa ke dalam dunia sehari-hari dari situasi masalah, dan
dibandingkan dengan tindakan dunia nyata terjadi di sana.
Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk memberikan struktur dari perdebatan
tentang kemungkinan perubahan, yang difokuskan pada perbedaan antara
model dan tindakan dunia nyata. Objek perdebatan adalah untuk belajar cara
untuk mengimplementasikan perubahan tersebut. Perubahan ini diharapkan
dapat memperbaiki situasi permasalahan.
Karena situasi kemanusiaan mencakup mitos dan makna serta fakta dan logika,
maka dicari perubahan yang memenuhi dua kriteria secara bersamaan.
Perubahan ini harus systematically desirable (atas dasar logika model), dan
budaya, layak untuk orang-orang di dalam situasi permasalahan, mengingat
sejarah unik dari situasi tertentu dalam budaya tertentu, termasuk situasi politik.

Bagan 2 Representasi SSM dewasa ini

Finding Out (Mencari Permasalahan)


Tidak akan mungkin bagi setiap calon pemecah masalah, apakah orang luar atau
yang merupakan bagian dari situasi masalah, untuk hanya 'mencari tahu'
tentang situasi secara netral. Ciri-ciri kepribadian, pengalaman, pengetahuan,
dan kepentingan dari semua penyidik akan mempengaruhi apa yang melihat dan
apa yang diambil untuk menjadi signifikan. Proses mencari tahu (finding out)
harus dilakukan, dengan serius tapi ringan, dengan hal ini dalam pikiran.

Tiga fase dalam mengembangkan cara untuk mencari tahu, dan


mengungkapkankannya dalam situasi masalah dapat dilihat dalam evolusi SSM.
Awalnya, gambaran situasi tersebut dikumpulkan dengan merekam unsur
struktur lambat mengalami perubahan, merekam unsur-unsur dinamis
secara terus menerus berubah, dan membentuk pandangan bagaimana
keduanya berhubungan satu sama lain dalam menciptakan iklim situasi.
Akhir-akhir ini, ada eksperimen dengan pendekatan lain yang terbukti berguna,
dan menjadi bagian normal dari SSM. Ini melibatkan tiga analisis terkait :

Analisis Pertama adalah mengambil intervensi dalam situasi sebagai


subyek dan mengidentifikasi siapa yang berperan sebagai klien dan siapa
yang sebagai pemecah masalah.
Analisis Kedua melihat pada situasi masalah sebagai 'sistem sosial'.
Analisis ini menetapkan apa peran sosial yang signifikan dalam situasi,
apa yang norma-norma perilaku yang diharapkan dari pemegang peran,
dan dengan nilai-nilai apa kinerja dalam peran dianggap baik atau buruk.
Analisis ini memastikan bahwa perhatian dasar dibayar dengan situasi
masalah sebagai budaya.
Terakhir, Analisis ketiga meneliti situasi politik dengan mengajukan
pertanyaan tentang disposisi kekuasaan. Hal ini dilakukan dengan
bertanya melalui kuasa 'komoditas' terwujud dalam situasi, dan mencari
tahu bagaimana komoditas ini diperoleh, digunakan, diawetkan, dan
diteruskan.

Ketika melakukan analisis, yang menemukan situasi kemanusiaan yang kompleks


dan problematik, pengguna Sistem Metodhologi yang sudah terbiasa akan
merepresentasikan keseluruhan situasi dengan gambar. Pengguna SSM
mengembangkan keterampilan mereka dalam membuat gambar yang
memungkinkan kompleksitas yang ditangani harus dilihat lebih menyeluruh
daripada yang melalui rangkaian kata.

Anda mungkin juga menyukai