BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang seorang anak di tahun pertamanya memang sangat menakjubkan.
Bayangkan saja, dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir, ia akan memiliki sejumlah
kepandaian yang mempesonakan kita, kedua orang tuanya. Awalnya, tubuh bayi yang mungil
memang hanya mampu menggerakkan kepala, tangan dan kakinya. Pada saat ini, refleks
tubuhnyalah yang bekerja sempurna. Perkembangan bayi memang diawali dengan gerakan
refleks, yaitu gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tanpa disadari. Seiring dengan
menghilangnya kemampuan refleks bayi, secara bertahap kemampuan motoriknya berkembang.
Ia tidak saja mampu mengangkat kepala dan membalikkan tubuhnya, tetapi juga mencoba
merangkak. Lalu dengan bertambahnya usia, si kecil kemudian akan mampu duduk, merangkak,
berdiri, lalu berjalan. Agar ketrampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang optimal, sebagai
orang tua kita perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan memberikan stimuli atau
rangsangan yg tepat sesuai tahap perkembangannya tersebut. Dengan semikian, bila terjadi
keterlambatan atau gangguan pada ketrampilan motorik si kecil, bisa segera terdeteksi dan
dikoreksi.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir
dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau bendabenda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan
motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. Keterampilan fisik yang
dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa
awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang
menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan
merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok
orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam
sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan
akan berhenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah
untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang Perkembangan Motorik Anak
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak
3. Mengetahui bagaimana cara yang digunakan untuk melatih motorik anak pada usia 0-24
bulan
4. Mengetahui tahapan perkembangan motorik anak pada usia 0-24 bulan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak. Secara umum, perkembangan motor dibagi menjadi dua yaitu motor kasar dan motor halus.
Motor kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan ketrampilan otot-otot besar.
Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangkat leher adalah bagian dari
aktivitas motor kasar. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak.
Sedangkan motor halus merupakan aktivitas ketrampilan yang melibatkan gerakan otot-oto kecil.
Menggambar, meronce manik-manik, menulis dan makan adalah contoh beberapa gerakan motor
halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah kemampuan motor kasar si kecil
berkembang optimal. Sebagai makhluk kecil yang "tak berdaya", bayi sangat tergantung kepada
orang lain. Karena itu, dalam perkembangan motor kasarnya, si kecil sangat memerlukan
bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya.
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Misal anak usia empat
tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa
setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan
menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola
yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak
harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang
bisa menstimulainya. Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi
perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik
untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga
akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang
mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
Selain berbagai kegiatan stimulai, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak adalah gizi anak. Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik
anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun akan terasah dengan baik.
Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
fisik dan kemampuannya secara umum. Contohnya kalau anak mengalami masalah penyerapan
makanan di ususnya, namun orangtuatidak sungguh-sungguh menanganinya. Ketertinggalan
pertumbuhan fisik akibat tidak tercukupinya kebutuhan gizi tentu akan berimbas pada
kemampuan motorik anak. Kalau di usia 7-8 bulan lazimnya anak sudah bisa duduk sendiri,
maka anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mungkin hanya mampu duduk
beberapa
saat
dan
itu
pun
masih
harus
bersandar
dan
ditopang
sepenuhnya.
Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta
perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus
mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism isolasi diri yaitu
mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan
mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi.
Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP),
anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam
melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja
dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang
lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya
bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh
mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup
banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang
mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein)
biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia
muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada
anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga
terjadi pertumbuhan badan yang terlambat. Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan
ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh
nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah
dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan
perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh
bisa
digunakan
dengan
paksa. Yang
perlu
dilakukan
hanyalah
memberikan
fisioterapi dan terapi okupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu.
Berat tubuh berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi jadi sulit mengembangkan
kemampuan motorik kasarnya. Yang perlu dilakukan adalah menjaga asupan makan si kecil agar
BB-nya mendekati angka ideal sehingga ia bisa lebih nyaman bergerak. Tentu saja mengenai hal
ini orangtua wajib mengonsultasikannya ke dokter
Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi, contohnya
bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit menggerakkan kaki karena terikat bedong atau
enggan melangkah karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh. Saat
mengajaknya belajar berjalan, sebaiknya lepaskan kaus kaki dan kenakan sepatu/kaus yang tidak
licin.
Pengalaman negative, misalnya saat belajar merangkak si kecil pernah terjatuh yang
membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan
latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul. Pengalaman negatif lainnya adalah
paksaan dari orangtua lewat hentakan dan tarikan yang dapat membuatnya enggan berlatih.
Bayi sering mengalami sakit, di antaranya infeksi telinga, batuk, pilek maupun radang
tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya.
Ini bisa dimaklumi karena energinya untuk tumbuh dan bergerak sudah terserap untuk
menghalau penyakitnya maupun untuk pemulihan. Dia baru akan melakukannya bila sudah
merasa lebih baik.
Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik
anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan
anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik
anak berlangsung secara bertahap tapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda
pada setiap anak.
Tumbuh kembang juga dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan pranatal dan post
natal. Faktor lingkungan post natal terdiri dari lingkungan biologis (imunisasi), fisik (sanitasi)
dan psikososial (stimulasi). Lingkungan biologis, fisik dan psikososial tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan merupakan
sumber untuk memenuhi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dengan pemenuhan kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak yang cukup, diharapkan tumbuh kembang yang optimal dengan
mencapai potensi bawaannya menjadi manusia dewasa muda yang berkualitas (Ranuh, 2005: 5).
a. Lingkungan biologis (imunisasi)
Lingkungan biologis mencakup kepekaan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
imunisasi. Imunisasi berasal dari kata latin imun yang berarti kebal. Dari kata ini pula diturunkan
kata imunitas yang berarti kekebalan. Istilah imunisasi berarti upaya untuk memperoleh
kekebalan, dalam hal ini yang dimaksud adalah kekebalan terhadap penyakit, umumnya penyakit
infeksi.
Kekebalan yang diberikan melalui imunisasi merupakan kekebalan aktif yang bersifat
cukup kuat dan dapat bertahan lama. Pada imunisasi, bayi atau anak yang belum sakit diberi
benih penyakit yang telah dimatikan atau dilemahkan atau zat yang diolah dari produk yang
dihasilkan kuman yang dapat merangsang timbulnya zat antibodi tetapi tidak membuat anak
menjadi sakit. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari penyakit yang menyebabkan
gangguan tumbuh kembang, cacat atau kematian.
Imunisasi yang biasa diberikan pada bayi atau anak yang termasuk program adalah:
BCG (Bacille Calmette Guerin) yang bermanfaat untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC),
DPT ( Difteria Pertusis Tetanus), polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan, Campak dan
Hepatitis B. Selain itu ada beberapa jenis imunisasi yang non program seperti MMR (Mumps
Measles Rubella), Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), cacar, influenza, IPD (Invasive
Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro, 2007:126).
b. Lingkungan Fisik (sanitasi).
Lingkungan fisik mencakup sanitasi, memiliki peranan yang dominan dalam penyediaan
lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan , baik
Memberikan bimbingan karena meniru tanpa bimbingan tak akan mendapatkan hasil
optimal. Ini penting agar ia mengenali kesalahannya.
Penggunaan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang bisa memantau perkembangan motorik
anak secara praktis, untuk melihat apakah anak berkembang sesuai dengan tahapannya
atau tidak.
Refleks hisap: Perhatikan bila Anda menyentuh putting susu ke ujung mulut bayi, maka
otomatis ia akan melakukan gerakan menghisap.
Refleks genggam: Bila Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya, si kecil otomatis
akan menggenggam jari Anda.
Refleks leher (tonic neck refklex): Pada posisi terlentang, jika kepala bayi menoleh ke
satu sisi maka terjadi ekstensi atau peningkatan tonus (kekuatan otot) pada lengan dan
tungkai sisi tersebut.
Rooting reflex: Jika pipi bayi disentuh, kepala akan menoleh ke arah stimulus dan mulut
terbuka.
Ada satu refleks lain yang diperlihatkan bayi pada minggu-minggu pertama
kehidupannya, yaitu refleks moro. Berbeda dengan refleks lainnya yg termasuk kategori gerakan
motor, refleks moro ini menurut para ahli sebetulnya termasuk reaksi emosional yg timbul dari
kemauan atau kesadaran si bayi. Refleks moro ini timbul kalau bayi dikagetkan secara tiba-tiba
atau mendengar suara keras, bayi melakukan gerakan refleks, yaitu melengkungkan badan
(bagian punggung) dan mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan
tersebut, kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi sesaat ini biasanya diiringi dengan
tangisan yg keras. Tetapi Anda tidak usah khawatir dengan kondisi ini, karena refleks moro akan
hilang dengan sendirinya dalam waktu yg singkat.
Pada bulan ke-2 dan 3 gerakan refleks bayi akan mulai menghilang. Kini mulai muncul
gerak motor kasar. Gerak ini tentu saja lebih terarah,seperti dapat dilihat pada gerakan otot
lehernya. Ia kini dapat mengangkat kepalanya karena otot lehernya semakin kuat. Bila
tengkurap, si kecil akan mengangkat kepalanya. Bukan itu saja, bila didudukkan, bayi usia
inipun sudah dapat menegakkan kepalanya.
Melatihnya duduk
Membalikkan badan.
Sering meletakkan bayi dalam posisi tengkurap.Bila si kecil sedang tengkurap, balikkan
tubuhnya. Atau sebaliknya, bila ia telentang balikkan badannya hingga ia tengkurap
Beri mainan dari plastik yang dapat digenggam, dilempar dan dijatuhkan, seperti mainan
berbunyi yang tidak mudah pecah, kubus-kubus kayu, cangkir plastik atau bola
Bayi sudah dapat berdiri dengan kedua tangannya berpegangan pada meja
atau kursi, lalu menggeser kakinya satu persatu ke arah samping
Merangkak
Bisa duduk sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya. Selain duduk tanpa
dibantu, anak usia 8 bulan dapat menarik tubuhnya ke dalam posisi
berdiri beri meja atau bangku yang rendah
Pegang kedua pinggang bayi dan gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri
untuk melatihnya berdiri
Letakkan mainan, misalnya bola, dan mainkan bola tersebut agar si kecil
tertarik untuk mengambilnya. Si kecil akan berusaha mendapatkan bola
tersebut dengan cara merangkak. Jika ia sudah mendapatkannya beri pujian dan katakan
bahwa ia pintar. Tetapi tetap awasi, mungkin di sekitar rurangan ada benda benda yang
berbahaya, seperti stop kontak.
Si kecil mulai belajar berjalan Sering-seringlah melatih si kecil jalan dengan cara
memegang kedua tangannya lalu biarkan ia melangkahkan kakinya selangkah demi
selangkah dan bimbing ke suatu tempat. Beri ciuman pada pipi si kecil bila ia berhasil
sampai di "tempat tujuan" agar lebih bersemangat lagi berlatih jalan.
bayi dalam mengoptimalkan kemampuan jalannya. Oleh karena itu, sekali lagi, keamanan di
sekitar anak harus terjaga. Di usia 10 bulan bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan. Dengan
menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya si kecil juga mulai mampu membangkitkan
tubuhnya ke posisi berdiri. Semua ketrampilan ini bisa dilakukan bayi karena ia semakin pandai
mengontrol otot punggung dan bahu. Selain membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri si kecil
juga senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk untuk kemudian duduk kembali. Mulai
usianya yg ke-11 bulan, yg paling menonjoldalam kemampuan motor kasar si kecil adalah dapar
berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2 detik. Pada saat ini tampaknya si kecil suka berdiri
tanpa bantuan apapun. Hal ini terjadi karena kontrol dirinya akan keseimbangan semakin
berkembang, sehingga membuat si kecil terbiasa berdiri di atas kedua kakinya.
Dalam melakukan aktivitas berlatih berdri tanpa bantuan ini, si kecil akan meluruskan
tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Lalu ia akan mengangkat tubuhnya dengan
bertumpu pada kedua telapak tangannya. Kesenangan barunya ini membuat bayi "malas" untuk
duduk kembali. Kalaupun ingin kembali ke posisi duduk, ia akan berpegangan apda meja.
Lagipula si kecil kini sudah dapat berdiri tegak 900 secara gagah dan dilanjutkannya
denganberjalan dua tiga langkah yg akan dicobanya lagi terus menerus untuk meyakinkan
dirinya, bahwa ia sekarang dapat menapak dunia tanpa bantuan siapapun. Selain sudah dapat
berdiri sendiri, si kecil kini akan menjadi tukang panjat. Sekarang ia akan mencoba memanjat
barang-barang yg tampaknya menarik untuk didaki seperti meja, kursi dan tangga. Jika
menemukan barang yg dapat dipanjat dengan lincah si kecil akan memanjatnya. Oleh karena itu
jangan tinggalkan si kecil memanjat tanpa pengawasan.
Memasuki usia 12 bulan sebagian besar bayi telah siap untuk jalan walau kelihatan
masih limbung. Berjalan merupakan pengalaman baru yg amat mengasyikkan. Namun kadangkadang si kecil memilih merangkak ketika bermain, mungkin karena aktivitas ini dapat
membuatnya bergerak lebih cepat. Berjalan merupakan aktivitas yg memukau dan dianggap oleh
banyak orang sebagai satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Dapat berjalan
merupakan pencapaian puncak dari aktivitas motor kasar.
Dudukkan bayi di lantai dan beri mainan yg disukainya. Ambil mainan tersebut dan
letakkan di tempat yg lebih tinggi. Usahakan ia melihat mainan tersebut dipindahkan dan
katakan "Ambil nak", sambil menepuk-nepuk tempat tersebut. Anak akan berusaha
meraih mainan tersebut dengan merambat, lalu memanjat tempat tinggi tersebut.
Dampingi anak dari belakangsambil beri dorongan. Jika ia menemukan kesulitan bantu
dengan mendorong pantatnya.
Mulai dapat berjalan walau masih 2-3 langkah dan kemudian jatuh terduduk
karena keseimbangannya belum sempurna
Sudah dapat berjalan. Kadang-kadang walaupun sudah dapat berjalan si keicl masih suka
merangkak, karena aktivitas ini berlangsung lebih cepat jika ia menginginkan sesuatu
benda yg jauh untuk dijangkaunya. Sekali-kali ajaklah si keicl berjalan di luar ruangan,
misalnya di halaman rumah atau taman. Ia membutuhkan ruang yg luas untuk mencoba
kaki-kakinya bergerak lincah.
Biarkan ia menjelajah ruangan dengan kakinya tanpa dipegang, yg penting awasi agar ia
tidak membentur benda keras seperti ujung meja
Berjalan cepat
Merangkak di tangga
Melempar bola
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh
kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi
pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam
ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang
bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara
yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong
anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga
bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar.
Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan
dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak
untuk membangun semua keterampilan ini.