Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh perkembangan Motorik anak dalam proses tumbuh kembang anak pada usia 024 bulan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang seorang anak di tahun pertamanya memang sangat menakjubkan.
Bayangkan saja, dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir, ia akan memiliki sejumlah
kepandaian yang mempesonakan kita, kedua orang tuanya. Awalnya, tubuh bayi yang mungil
memang hanya mampu menggerakkan kepala, tangan dan kakinya. Pada saat ini, refleks
tubuhnyalah yang bekerja sempurna. Perkembangan bayi memang diawali dengan gerakan
refleks, yaitu gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tanpa disadari. Seiring dengan
menghilangnya kemampuan refleks bayi, secara bertahap kemampuan motoriknya berkembang.
Ia tidak saja mampu mengangkat kepala dan membalikkan tubuhnya, tetapi juga mencoba
merangkak. Lalu dengan bertambahnya usia, si kecil kemudian akan mampu duduk, merangkak,
berdiri, lalu berjalan. Agar ketrampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang optimal, sebagai
orang tua kita perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan memberikan stimuli atau
rangsangan yg tepat sesuai tahap perkembangannya tersebut. Dengan semikian, bila terjadi
keterlambatan atau gangguan pada ketrampilan motorik si kecil, bisa segera terdeteksi dan
dikoreksi.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir
dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau bendabenda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan
motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. Keterampilan fisik yang
dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa
awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang
menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan
merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok

orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam
sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan
akan berhenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah
untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimanakah pengertian Perkembangan Motorik Anak?


Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak?
Bagaimanakah cara yang digunakan untuk melatih motorik anak pada usia 0-24 bulan?
Bagaimanakah tahapan perkembangan motorik anak pada usia 0-24 bulan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang Perkembangan Motorik Anak
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak
3. Mengetahui bagaimana cara yang digunakan untuk melatih motorik anak pada usia 0-24
bulan
4. Mengetahui tahapan perkembangan motorik anak pada usia 0-24 bulan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak. Secara umum, perkembangan motor dibagi menjadi dua yaitu motor kasar dan motor halus.
Motor kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan ketrampilan otot-otot besar.
Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangkat leher adalah bagian dari
aktivitas motor kasar. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak.
Sedangkan motor halus merupakan aktivitas ketrampilan yang melibatkan gerakan otot-oto kecil.
Menggambar, meronce manik-manik, menulis dan makan adalah contoh beberapa gerakan motor
halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah kemampuan motor kasar si kecil
berkembang optimal. Sebagai makhluk kecil yang "tak berdaya", bayi sangat tergantung kepada
orang lain. Karena itu, dalam perkembangan motor kasarnya, si kecil sangat memerlukan
bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya.
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Misal anak usia empat
tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa
setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan
menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola
yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak
harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang
bisa menstimulainya. Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi
perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik
untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga
akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang
mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
Selain berbagai kegiatan stimulai, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak adalah gizi anak. Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik
anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun akan terasah dengan baik.

Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
fisik dan kemampuannya secara umum. Contohnya kalau anak mengalami masalah penyerapan
makanan di ususnya, namun orangtuatidak sungguh-sungguh menanganinya. Ketertinggalan
pertumbuhan fisik akibat tidak tercukupinya kebutuhan gizi tentu akan berimbas pada
kemampuan motorik anak. Kalau di usia 7-8 bulan lazimnya anak sudah bisa duduk sendiri,
maka anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mungkin hanya mampu duduk
beberapa

saat

dan

itu

pun

masih

harus

bersandar

dan

ditopang

sepenuhnya.

Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta
perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus
mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism isolasi diri yaitu
mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan
mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi.
Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP),
anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam
melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja
dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang
lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya
bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh
mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup
banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang
mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein)
biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia
muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada
anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga
terjadi pertumbuhan badan yang terlambat. Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan
ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh
nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah
dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan
perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh

kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan mengakibatkan terhambatnya


perkembangan kecerdasan anak. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, telah dilakukan
penelitian di daerah Jawa Barat yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor
dan University of California, Davis, USA untuk dapat menerangkan tentang bagaimana
mekanisme gizi berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.
Kematangan otot ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kemampuan motorik
kasarnya. Bila demikian akan sulit pula menstimulasinya karena otot-ototnya yang belum matang
tidak

bisa

digunakan

dengan

paksa. Yang

perlu

dilakukan

hanyalah

memberikan

fisioterapi dan terapi okupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu.
Berat tubuh berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi jadi sulit mengembangkan
kemampuan motorik kasarnya. Yang perlu dilakukan adalah menjaga asupan makan si kecil agar
BB-nya mendekati angka ideal sehingga ia bisa lebih nyaman bergerak. Tentu saja mengenai hal
ini orangtua wajib mengonsultasikannya ke dokter
Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi, contohnya
bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit menggerakkan kaki karena terikat bedong atau
enggan melangkah karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh. Saat
mengajaknya belajar berjalan, sebaiknya lepaskan kaus kaki dan kenakan sepatu/kaus yang tidak
licin.
Pengalaman negative, misalnya saat belajar merangkak si kecil pernah terjatuh yang
membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan
latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul. Pengalaman negatif lainnya adalah
paksaan dari orangtua lewat hentakan dan tarikan yang dapat membuatnya enggan berlatih.
Bayi sering mengalami sakit, di antaranya infeksi telinga, batuk, pilek maupun radang
tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya.
Ini bisa dimaklumi karena energinya untuk tumbuh dan bergerak sudah terserap untuk
menghalau penyakitnya maupun untuk pemulihan. Dia baru akan melakukannya bila sudah
merasa lebih baik.

Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik
anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan
anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik
anak berlangsung secara bertahap tapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda
pada setiap anak.
Tumbuh kembang juga dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan pranatal dan post
natal. Faktor lingkungan post natal terdiri dari lingkungan biologis (imunisasi), fisik (sanitasi)
dan psikososial (stimulasi). Lingkungan biologis, fisik dan psikososial tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan merupakan
sumber untuk memenuhi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dengan pemenuhan kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak yang cukup, diharapkan tumbuh kembang yang optimal dengan
mencapai potensi bawaannya menjadi manusia dewasa muda yang berkualitas (Ranuh, 2005: 5).
a. Lingkungan biologis (imunisasi)
Lingkungan biologis mencakup kepekaan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
imunisasi. Imunisasi berasal dari kata latin imun yang berarti kebal. Dari kata ini pula diturunkan
kata imunitas yang berarti kekebalan. Istilah imunisasi berarti upaya untuk memperoleh
kekebalan, dalam hal ini yang dimaksud adalah kekebalan terhadap penyakit, umumnya penyakit
infeksi.
Kekebalan yang diberikan melalui imunisasi merupakan kekebalan aktif yang bersifat
cukup kuat dan dapat bertahan lama. Pada imunisasi, bayi atau anak yang belum sakit diberi
benih penyakit yang telah dimatikan atau dilemahkan atau zat yang diolah dari produk yang
dihasilkan kuman yang dapat merangsang timbulnya zat antibodi tetapi tidak membuat anak
menjadi sakit. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari penyakit yang menyebabkan
gangguan tumbuh kembang, cacat atau kematian.
Imunisasi yang biasa diberikan pada bayi atau anak yang termasuk program adalah:
BCG (Bacille Calmette Guerin) yang bermanfaat untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC),
DPT ( Difteria Pertusis Tetanus), polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan, Campak dan
Hepatitis B. Selain itu ada beberapa jenis imunisasi yang non program seperti MMR (Mumps
Measles Rubella), Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), cacar, influenza, IPD (Invasive
Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro, 2007:126).
b. Lingkungan Fisik (sanitasi).
Lingkungan fisik mencakup sanitasi, memiliki peranan yang dominan dalam penyediaan
lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan , baik

kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting dalam


timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, anak akan sering misalnya diare,
cacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria demam berdarah dan sebagainya.
Polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok dapat
berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Anak
yang sering menderita sakit maka tumbuh kembangnya akan terganggu, oleh sebab itu
pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus ditujukan bagaimana membuat lingkungan
menjadi layak untuk tumbuh kembang anak. Lingkungan yang bersih meningkatkan rasa aman
bagi ibu dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengexplorasi lingkungan
(Soetjiningsih, 2002: 136)
c. Lingkungan psikososial (stimulasi)
Lingkungan psikososial meliputi stimulasi atau perangsangan yang datang dari
lingkungan di luar individu anak. yang merupakan hal terpenting dalam tumbuh kembang anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih
efektif
apabila
memperhatikan
kebutuhan
anak
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya. (Soetjiningsih, 2002 : 105).
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan anak, setiap hari, terus
menerus, bervariasi dan disesuaikan dengan umurnya. Stimulasi dilakukan oleh keluarga
terutama ibu, dalam suasana yang menyenangkan ( Soedjatmiko, 2008: 2). Stimulasi juga dapat
berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, selain stimulasi visual,
verbal dan auditif, perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang penting ada awal
perkembangan anak.

2.3 Cara melatih motorik anak pada usia 0-24 bulan


Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menstimulasi perkembangan motorik anak adalah
sebagai berikut:

Memberikan kesempatan belajar anak untuk mempelajari kemampuan motoriknya, agar


ia tak mengalami kelambatan perkembangan.

Memberikan kesempatan mencoba seluas-luasnya agar ia bisa menguasai kemampuan


motoriknya.

Memberikan contoh yang baik, karena mempelajari dan mengembangkan kemampuan


motoriknya lewat cara meniru, si kecil perlu mendapat contoh (model) yang tepat dan
baik.

Memberikan bimbingan karena meniru tanpa bimbingan tak akan mendapatkan hasil
optimal. Ini penting agar ia mengenali kesalahannya.

Penggunaan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang bisa memantau perkembangan motorik
anak secara praktis, untuk melihat apakah anak berkembang sesuai dengan tahapannya
atau tidak.

2.4 Tahapan Perkembangan Motorik


Usia 0-3 bulan.
Sampai kurang lebih usia 3 bulan, gerakan refleks yang memang sudah terjadi pada
saat ia masih ada dalam kandungan masih dominan. Ini adalah gerakan di luar kesadaran si bayi,
tidak terkoordinasi dan merupakan gerak primitif. Gerak motor kasar ini muncul jika gerak
refkleks si kecil telah hilang. Gerakan refleks yg muncul pada bayi adalah :

Refleks hisap: Perhatikan bila Anda menyentuh putting susu ke ujung mulut bayi, maka
otomatis ia akan melakukan gerakan menghisap.

Refleks genggam: Bila Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya, si kecil otomatis
akan menggenggam jari Anda.

Refleks leher (tonic neck refklex): Pada posisi terlentang, jika kepala bayi menoleh ke
satu sisi maka terjadi ekstensi atau peningkatan tonus (kekuatan otot) pada lengan dan
tungkai sisi tersebut.

Rooting reflex: Jika pipi bayi disentuh, kepala akan menoleh ke arah stimulus dan mulut
terbuka.
Ada satu refleks lain yang diperlihatkan bayi pada minggu-minggu pertama

kehidupannya, yaitu refleks moro. Berbeda dengan refleks lainnya yg termasuk kategori gerakan
motor, refleks moro ini menurut para ahli sebetulnya termasuk reaksi emosional yg timbul dari
kemauan atau kesadaran si bayi. Refleks moro ini timbul kalau bayi dikagetkan secara tiba-tiba
atau mendengar suara keras, bayi melakukan gerakan refleks, yaitu melengkungkan badan

(bagian punggung) dan mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan
tersebut, kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi sesaat ini biasanya diiringi dengan
tangisan yg keras. Tetapi Anda tidak usah khawatir dengan kondisi ini, karena refleks moro akan
hilang dengan sendirinya dalam waktu yg singkat.
Pada bulan ke-2 dan 3 gerakan refleks bayi akan mulai menghilang. Kini mulai muncul
gerak motor kasar. Gerak ini tentu saja lebih terarah,seperti dapat dilihat pada gerakan otot
lehernya. Ia kini dapat mengangkat kepalanya karena otot lehernya semakin kuat. Bila
tengkurap, si kecil akan mengangkat kepalanya. Bukan itu saja, bila didudukkan, bayi usia
inipun sudah dapat menegakkan kepalanya.

Perkembangan & Rangsangan Motor Bayi Usia 0-3 Bulan

Pada Perkembangan motor kasar, rangsangan yg diberikan:

Tangan dan kaki bergerak aktif

Mengangkat kepala dalam posisi tengkurap

Membaringkan bayi dalam posisi tengkurap

Dalam posisi tengkurap dapat mengangkat dada (masuk usia 3 bulan)

Panggil namanya atau bertepuk tangan sambil tersenyum padanya

Kepala tegak ketika didudukkan

Melatihnya duduk

Usia 4-6 bulan


Setelah gerak reflek menghilang dan gerak motorik mulai muncul, maka aktivitas si
kecil makin bermacam-macam. Pada usia 4 bulan, misalnya, si kecil sudah dapat tengkurap dan
terlentang, menumpu badan pada kaki, serta dada terangkat menumpu pada lengan.
Di bulan ke-5 usianya, gerakan beyi semakin bervariasi. Otot leher dan otot tangan
bayi, misalnya, semakin menguat. Ia kini sudah pandai berputar dengan menggunakan
tangannya. Ketika diletakkan terlentang, ia menggunakan tangannya untuk mendorong dia
berguling membalikkan badannya. Bukan hanya berguling. Kini kaki si kecilpun semakin lincah

beraktivitas. Ia akan sering menendang, menggeserkan kaki atau mendorong-dorongkan kakinya.


Seiring dengan makin lincahnya gerakan kaki si kecil, otot leher dan punggungnya pun menjadi
lebih kuat. Mulai usia 6 bulan bayi kini mulai belajar duduk tanpa pegangan, walapun untuk ini
ia masih harus dibantu. Dengan bantuan Anda ia dapat duduk selama beberapa saat.
Pada bulan ke-6 timbul suatu kepandaian lain dari si kecil yg dapat membuat orang tua
merasa "frustasi". Di bulan ke-6 ini ia mulai senang melempar dan menjatuhkan mainan atau
benda-benda yang ada di sekitarnya. Terkadang, bayi menangis karena tidak dapat menemukan
benda yang dapat dijatuhkan atau dilemparnya. Kesenangan baru si kecil ini mungkin membuat
anda merasa jengkel karena setiap kali anda memungut benda yang dibuangnya, seletika itu pula
ia melemparkannya kembali. Kegiatan ini merupakan cara si kecil untuk mengembangkan
persepsinya terhadap ruang.

Perkembangan & Rangsang Motorik Bayi Usia 4-6 Bulan

Perkembangan Motor Kasar,rangsangan yang diberikan:

Tengkurap dan terlentang sendiri.

Membalikkan badan.

Sering meletakkan bayi dalam posisi tengkurap.Bila si kecil sedang tengkurap, balikkan
tubuhnya. Atau sebaliknya, bila ia telentang balikkan badannya hingga ia tengkurap

Menumpu badan pada kaki bila dipegang pada ketiak (diberdirikan)

Melempar atau menjatuhkan benda-benda yg dapat digenggamnya.

Bisa duduk sendiri tanpa pegangan.

Beri mainan dari plastik yang dapat digenggam, dilempar dan dijatuhkan, seperti mainan
berbunyi yang tidak mudah pecah, kubus-kubus kayu, cangkir plastik atau bola

Bisa duduk sendiri tanpa pegangan


Dudukkan anak di pangkuan dengan menghadap keluar dan bersandar pada perut Anda.
Lalu, pegang mainan (kerincingan) pada jarak penglihatannya. Usahakan agar si kecil
tertarik sehingga ia berusaha meraihnya. Bila ia tertarik dan ingin meraih kerincingan
tersebut, jauhkan si kecil sedikit demi sedikit sampai si kecil tidak bersandar lagi

Usia 7-9 bulan


Di bulan ke-7 ini bayi mulai senang mengangkat dan menurunkan bokong serta
punggungnya. Ketrampilan kakinya juga ditunjukkan olehnya, misalnya saat ia diberdirikan di
pangkuan kita si kecil pasti akan meloncat-loncat gembira menggoyang-goyangkan kedua
kakinya. Merangkak merupakan aktivitas menonjol yang banyak mendapat sorotan dari orang
tua. Di usia ke-8 bulan bayi mulai merangkak dan mengesot sepanjang lantai. Kepandaiannya
merangkak membuat si kecil senang "berjalan" kesana kemari. Selain itu otot punggung dan
bahu si kecil sudah semakin terkontrol. Oleh karena itu ia kini bisa duduk sendiri tanpa bantuan
dari kedua orangtuanya. Selain duduk tanpa dibantu anak usia 8 bulan juga mulai dapat menarik
tubuhnya ke dalam posisi berdiri. Dengan latihan berdiri ini si kecil sebetulnya melatih
perkembangan otot kakinya. Ia jadi senang menggoyang-goyangkan tubuhnya ke depan dan ke
belakang. Kekuatan otonya ini akan membantunya merangkak dengan cepat.
Tahap selanjutnya, bayi akan berlatih berdiri dengan kedua tangannya bertumpu pada
kursi, meja atau perabot rumah tangga lainnya yang dapat menahan berat badannya. Lihatlah
ketika ia tengkurap atau merangkak, kedua tangannya akan berusaha memegang meja atau kursi
kecil. Lalu sambil berpegangan, secara perlahan ia akan mengangkat tubuhnya untuk berdiri.
Dari berdiri ia pun kini dapat duduk sendiri tanpa bantuan. Tahap selanjutnya adalah merambat.
Jika ia sudah pandai berdiri sambil berpegangan, kedua tangan yg bertumpu akan bergeser ke
samping, diikuti oleh kakinya. Tetapi di usia ke-8 bulan ini si kecil belum mampu untuk duduk
kembali tanpa bantuan. Karena itu jangan membiarkan si kecil tanpa pengawasan.Di usia 9 bulan
kepandaian si kecil dalam belajar berjalan sudah semakin pintar. Jika anda memegang kedua
tangannya ia akan berlatih menapakkan serta melangkahkan kedua kakinya. Pada saat ini si kecil
semakin giat melatih oto-otot kakinya sehingga dapat cepat berjalan. Seiring dengan
latihan jalannya bayi juga semakin "aksi" memperlihatkan kepandaian merangkak yg sudah
ditunjukkan di usianya yg ke-8.

Perkembangan & Rangsang Motor Bayi Usia 7-9 Bulan

Perkembangan Motor Kasar, rangsangan yg diberikan:

Bila digendong dan diberdirikan dipangkuan anda, bayi akan meloncat-loncat.

Senang mengakat dan menurunkan bokong serta punggungnya.Sering-seringlah

ia diberdirikan di pangkuan anda. Jangan takut tungkainya akan bengkok


atau patah karena sebetulnya ia sedang melatih kekuatan kakinya untuk
menahan berat badannya

Bayi sudah dapat berdiri dengan kedua tangannya berpegangan pada meja
atau kursi, lalu menggeser kakinya satu persatu ke arah samping

Merangkak

Bisa duduk sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya. Selain duduk tanpa
dibantu, anak usia 8 bulan dapat menarik tubuhnya ke dalam posisi
berdiri beri meja atau bangku yang rendah

Pegang kedua pinggang bayi dan gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri
untuk melatihnya berdiri

Melatihnya merangkak dengan meletakkan bayi di ruangan yg luas (dan


bersih) yg memungkinkan si kecil berjalan merangkak kesana kemari.

Letakkan mainan, misalnya bola, dan mainkan bola tersebut agar si kecil
tertarik untuk mengambilnya. Si kecil akan berusaha mendapatkan bola
tersebut dengan cara merangkak. Jika ia sudah mendapatkannya beri pujian dan katakan
bahwa ia pintar. Tetapi tetap awasi, mungkin di sekitar rurangan ada benda benda yang
berbahaya, seperti stop kontak.

Si kecil mulai belajar berjalan Sering-seringlah melatih si kecil jalan dengan cara
memegang kedua tangannya lalu biarkan ia melangkahkan kakinya selangkah demi
selangkah dan bimbing ke suatu tempat. Beri ciuman pada pipi si kecil bila ia berhasil
sampai di "tempat tujuan" agar lebih bersemangat lagi berlatih jalan.

Duduk tanpa bantuan

Usia 10-12 bulan


Menjelang usianya satu tahun, kepandaian serta ketrampilan bayi makin berkembang.
Tonggak kepandaian motor kasarnya yg paling menonjol pada usia ini adalah semakin mahirnya
ia melangkahkan kakinya. Kini si kecil semakin rajin melangkahkan kakinya ke samping sambil
berpegangan pada perabot rumah tangga. :Jatuh bangun" adalah hal yg biasa yg akan dialami

bayi dalam mengoptimalkan kemampuan jalannya. Oleh karena itu, sekali lagi, keamanan di
sekitar anak harus terjaga. Di usia 10 bulan bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan. Dengan
menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya si kecil juga mulai mampu membangkitkan
tubuhnya ke posisi berdiri. Semua ketrampilan ini bisa dilakukan bayi karena ia semakin pandai
mengontrol otot punggung dan bahu. Selain membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri si kecil
juga senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk untuk kemudian duduk kembali. Mulai
usianya yg ke-11 bulan, yg paling menonjoldalam kemampuan motor kasar si kecil adalah dapar
berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2 detik. Pada saat ini tampaknya si kecil suka berdiri
tanpa bantuan apapun. Hal ini terjadi karena kontrol dirinya akan keseimbangan semakin
berkembang, sehingga membuat si kecil terbiasa berdiri di atas kedua kakinya.
Dalam melakukan aktivitas berlatih berdri tanpa bantuan ini, si kecil akan meluruskan
tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Lalu ia akan mengangkat tubuhnya dengan
bertumpu pada kedua telapak tangannya. Kesenangan barunya ini membuat bayi "malas" untuk
duduk kembali. Kalaupun ingin kembali ke posisi duduk, ia akan berpegangan apda meja.
Lagipula si kecil kini sudah dapat berdiri tegak 900 secara gagah dan dilanjutkannya
denganberjalan dua tiga langkah yg akan dicobanya lagi terus menerus untuk meyakinkan
dirinya, bahwa ia sekarang dapat menapak dunia tanpa bantuan siapapun. Selain sudah dapat
berdiri sendiri, si kecil kini akan menjadi tukang panjat. Sekarang ia akan mencoba memanjat
barang-barang yg tampaknya menarik untuk didaki seperti meja, kursi dan tangga. Jika
menemukan barang yg dapat dipanjat dengan lincah si kecil akan memanjatnya. Oleh karena itu
jangan tinggalkan si kecil memanjat tanpa pengawasan.
Memasuki usia 12 bulan sebagian besar bayi telah siap untuk jalan walau kelihatan
masih limbung. Berjalan merupakan pengalaman baru yg amat mengasyikkan. Namun kadangkadang si kecil memilih merangkak ketika bermain, mungkin karena aktivitas ini dapat
membuatnya bergerak lebih cepat. Berjalan merupakan aktivitas yg memukau dan dianggap oleh
banyak orang sebagai satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Dapat berjalan
merupakan pencapaian puncak dari aktivitas motor kasar.

Perkembangan & Rangsangan Motor Bayi Usia 10-12 Bulan

Perkembangan Motor Kasar, rangsangan yg diberikan:

Bangkit untuk berdiri

Bangkit lalu duduk. Dudukkan bayi di permukaan seperti lantai atau


kasur, dan biarkan ia mencoba sendiri untuk berdiri atau bangkit untuk
kemudian duduk sendiri

Mulai mampu memanjat ketinggian 15-30 cm.

Berdiri tegak di tempat dalam waktu sekitar 2 detik tanpa pegangan

Dudukkan bayi di lantai dan beri mainan yg disukainya. Ambil mainan tersebut dan
letakkan di tempat yg lebih tinggi. Usahakan ia melihat mainan tersebut dipindahkan dan
katakan "Ambil nak", sambil menepuk-nepuk tempat tersebut. Anak akan berusaha
meraih mainan tersebut dengan merambat, lalu memanjat tempat tinggi tersebut.
Dampingi anak dari belakangsambil beri dorongan. Jika ia menemukan kesulitan bantu
dengan mendorong pantatnya.

Mulai dapat berjalan walau masih 2-3 langkah dan kemudian jatuh terduduk
karena keseimbangannya belum sempurna

Ketika sudah meulai berjalan, langkah si kecil masih limbung.

Sudah dapat berjalan. Kadang-kadang walaupun sudah dapat berjalan si keicl masih suka
merangkak, karena aktivitas ini berlangsung lebih cepat jika ia menginginkan sesuatu
benda yg jauh untuk dijangkaunya. Sekali-kali ajaklah si keicl berjalan di luar ruangan,
misalnya di halaman rumah atau taman. Ia membutuhkan ruang yg luas untuk mencoba
kaki-kakinya bergerak lincah.

Biarkan ia menjelajah ruangan dengan kakinya tanpa dipegang, yg penting awasi agar ia
tidak membentur benda keras seperti ujung meja

Usia 12-24 bulan


Pada usa ini bayi sudah belajar untuk mengenal benda-benda disekitarnya, dia mengambil
benda-benda tersebut menggunakan ibu jari atau telunjuknya. Rasa igin tahunya juga sudah
mulai muncul, dia belajar untuk membuka buku meski 2-3 halaman buku secara bersamaan,
menyalakan TV dan bermain remote, sikap mandiri juga mulai diperlihatkannya dengan bermain
menyusun menara dari balok, memindahkan air gelas ke gelas lain, memakai kaos kaki sendiri,
serta mengupas pisang sendiri untuk dimakannya. Namun meski dia bisa melakikan semua hal
tersebut peran orang tua untuk tetap mengawasi semua kegiatan harus tetap berjalan.

Perkembangan & Rangsang Motor Bayi usia 12-24 bulan

Perkembangan Motor Kasar, rangsangan yg diberikan:

Berdiri dan berjalan beberapa langkah

Berjalan cepat

Cepat-cepat duduk agar tidak jatuh

Merangkak di tangga

Berdiri di kursi tanpa pegangan

Menarik dan mendorong benda-benda berat

Melempar bola

BAB III
KESIMPULAN

Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap korelasi perkembangan individu


dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka,
melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.
Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan


sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah
dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak
untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau
menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
e.

Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept


atau kepribadian anak.

Stimulasi yang bisa diberikan unruk mengoptimalkan perkembangan motorik anak


adalah:
1. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar.
2. Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga.
3. Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.
4. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan
ketertiban.
5. Gerakan-gerakan ibadah shalat

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh
kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi
pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam
ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang
bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara
yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong
anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga
bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar.
Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan
dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak
untuk membangun semua keterampilan ini.

Anda mungkin juga menyukai