Beberapa di antaranya adalah dengan memanfaatkan energi arus laut, memanfaatkan energi dari
gelombang lautan, memanfaatkan energi dari pasang-surut air laut, memanfaatkan sifat osmosis,
serta memanfaatkan energi panas air laut. Dari cara-cara tersebut, yang paling banyak
dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan gelombang dan arus laut.
Sejarah
Tercatat, paten pertama penggunaan gelombang laut ada pada tahun 1799 di Paris, dibuat
oleh Girard, namun paten ini belum diteruskan menjadi sebuah alat konversi energi. Alat
konversi energi gelombang laut pertama dibuat oleh Bochaux-Praceique, seorang Perancis, untuk
menyalakan lampu-lampu dan alat listrik di rumahnya sendiri. Selanjutnya, dari tahun 1855
hingga 1973, sudah ada 340 paten (hanya di Inggris) mengenai penggunaan energi gelombang
laut ini. Eksperimen modern mengenai sumber energi ini dimulai oleh seorang warga Jepang
bernama Yoshio Masuda. Dia sudah merancang berbagai alat konversi gelombang laut, beberapa
ratus di antaranya digunakan untuk menyalakan lampu navigasi (mercusuar). Munculnya
kembali ketertarikan orang untuk meneliti sumber energi jenis ini dimulai saat krisis minyak
pada tahun 1973, banyak peneliti dari berbagai universitas yang meriset alat konversi energi jenis
ini. Tahun 1980, harga minyak turun kembali dan ketertarikan pada sumber energi ini kembali
menurun. Namun, isu perubahan iklim baru-baru ini membuat ketertarikan pada sumber-sumber
energi terbarukan, termasuk energi gelombang laut, menjadi tinggi kembali.
Lalu, pembangkit yang menggunakan energi pasang-surut air laut pertama dibangun
antara tahun 1960 hingga 1966 di Perancis dengan kapasitas 240MW. Setelah, itu bermunculan
berbagai pembangkit listrik mulai dari kapasitas kecil (0.4 MW) hingga kapasitas 1320 MW
yang dijadwalkan akan dibangun Korea Selatan pada tahun 2017.
Prinsip Kerja
Secara umum, sistem kerja pembangkit listrik tenaga gelombang laut sangat sederhana. Sebuah
tabung beton dipasang pada ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang di bawah
permukaan air laut. Ketika ada ombak yang datang ke pantai, air dalam tabung beton tersebut
mendorong udara di bagian tabung yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya terjadi saat
ombat surut. Gerakan udara yang berbolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin
yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Terdapat alat khusus yang dipasang pada
turbin sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun arus udara dalam tabung beton
bergerak dalam 2 arah.
Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik, yaitu dengan sistem offshore (lepas pantai) atau on-shore (pantai).
Sistem off-shore dirancang pada kedalaman 40 meter dengan mekanisme kumparan yang
memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Listrik dihasilkan dari gerakan
relatif antara pembungkus luar (external hull) dan bandul dalam (internal pendulum). Naikturunnya pipa pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang berpengaruh pada
pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi turbin bawah laut. Cara lain untuk
menangkap energi gelombang laut dengan sistem off-shore adalah dengan membangun sistem
tabung dan memanfaatkan gerak gelombang yang masuk ke dalam ruang bawah pelampung
sehingga timbul perpindahan udara ke bagian atas pelampung. Gerakan perpindahan udara inilah
yang menggerakkan turbin.
Sedangkan pada sistem on-shore, ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu channel
system, float system, dan oscillating water column system. Secara umum, pada prinsipnya,
energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini mengaktifkan generator secara langsung
dengan mentransfer gelombang fluida (air atau udara penggerak) yang kemudian mengaktifkan
turbin generator.
1. Float System
Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan rotasional pelampung
dan dapat ditambatkan pada untaian rakit yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar
laut dan dihubungkan dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung ini menimbulkan tekanan
hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut penelitian, deretan rakit sepanjang 1000
km akan mampu membangkitkan energi listrik yang setara dengan 25000 MW.
Untuk prototipe pertama, controlsystem yang dibuat harus kuat, efisien dan stabil. Salah
satu contoh sistem kontrol pada pembangkit misalnya pada turbin. Turbin akan dikontrol untuk
menghasilkan torsi maksimum, sehingga sebuah inherent inertia akan digunakan untuk
memperhalus pengaruh gelombang dan menjaga agar keseluruhan sistem dapat tuning sendiri.
Turbin udara pada aliran unsteady atau bi-directional dapat menghasilkan daya yang lebih bersih
jika kecepatan rotasi bervariasi. Karena alasan inilah maka diputuskan untuk secara aktif
mengontrol kecepatan sistem dalam hubungannya dengan torsi turbin
.
dimana F adalah panjang fetch, UA adalah faktor stress angin, dan g adalah percepatan gravitasi.
Sedangkan daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung dengan menggunakan
persamaan daya gelombang, yaitu:
dimana P adalah daya (kW/m panjang gelombang), H adalah tinggi gelombang (m), S adalah
perioda (detik), dan Tz adalah zero crossing period. Daya yang terkandung dalam ombak juga
dirumuskan oleh K. Hulls dalam bentuk sebagai berikut:
dimana P adalah daya, b adalah berat jenis air laut, g adalah percepatan gravitasi, T adalah
periode gelombang, dan H adalah tinggi ombak rata-rata.
Perkembangan Teknologi
Berbagai macam riset dan teknologi telah diterapkan oleh beberapa lembaga dan perusahaan
untuk mengembangkan madel baru bagi sistem konversi energi tenaga ombak ini sehingga dapat
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Beberapa contoh perusahaan tersebut adalah:
1. Renewable Energy Holdings, memiliki ide untuk menghasilkan listrik dari tenaga ombak
menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi pantai sedikit mirip dengan
Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan piston
yang bergerak naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya
digunakan untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
2. SRI International, menggunakan konsep pemakaian sejenis plastik khusus bernama
elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan melalui elastomer
tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer
tersebut dikompresi atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep
tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar
laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun tahanan yang
dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
3. BioPower System, mengembangkan inovasi sirip-ekor-ikan-hiu buatan dan rumput laut
mekanik untuk menangkap energi dari ombak. Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa
sistem yang berfungsi paling baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama
beribu-ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari samping ke
samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut menjadi gerakan searah yang
menggerakkan sebuah generator magnetik. Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara
yang sama, yaitu dengan menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator
yang serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.
4. Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas terlihat seperti
ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis) sebagai penghasil listrik. Setiap
tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak
yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal
maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan
segmen yang selanjutnya memompa cairan hidrolik bertekanan melalui sebuah motor untuk
menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar
laut menggunakan jangkar khusus.
Kiri: Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power Delivery. Tengah: Rumput laut
mekanik yang disebut juga Biowave. Kanan: Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.
Estimasi Biaya
Meskipun biaya operasional pembangkit listrik tenaga ombak sangat rendah, namun untuk
membangun instalasi pembangkit ini diperlukan dana yang besar. Apalagi instalasi pembangkit
ini terletak di tengah laut, sehingga diperlukan biaya yang lebih besar untuk menjamin safety dan
endurability-nya. Berikut adalah estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah
instalasi pembangkit listrik dengan memanfaatkan gelombang laut.
Potensi di Dunia
Gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energi. Ombak di
perairan dalam dapat menghasilkan daya sebesar 1 hingga 10 terrawatt. Lokasi yang sangat
potensial untuk menjadi tempat pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut adalah
wilayah laut bagian barat Eropa, pantai utara Inggris, dan sepanjang garis pantai Samudera
Pasifik di Afrika Selatan, Amerika Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Pengembangan
instalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi gelombang dan pasang surut
telah dilakukan hingga mencapai tingkat komersil di beberapa negara, seperti Skotlandia dan
Portugal untuk energi gelombang, dan Perancis dan Amerika Serikat untuk energi pasang surut.
Teknologi ini tergolong baru dan hanya dikuasai beberapa negara sehingga diperlukan
pendanaan yang besar dalam pengembangannya di Indonesia. Hal ini terkait kondisi sumber arus
Indonesia yang spesifik dan tidak dapat disamakan dengan negara-negara yang telah berhasil
mengembangkan teknologi ini sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam baik dalam
hal perancangan alat ataupun penentuan tempat yang efektif untuk dibangunnya teknologi ini dan
tentu saja pendanaan untuk para ahli yang bersangkutan.