Anda di halaman 1dari 25

1

PENGARUH NILAI UJIAN NASIONAL (NUN) MADRASAH ALIYAH


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL
MAHRUSIYAH LIRBOYO KEDIRI

1. Konteks Penelitian
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang
secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang
dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks
akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya
khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.
Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat
dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait
dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara
tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan

operasional, sebagaimana termaktub dalam UU

No. 20 Tahun 2003tentang SISDIKNAS, yakni:


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama
yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2)
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan
secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.
1.Usaha sadar dan terencana.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa
pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang
(proses kerja intelektual). Oleh karena itu, di setiap level manapun, kegiatan
pendidikan harus

disadari dan direncanakan, baik dalam tataran

(makroskopik),

regional/provinsi

dan

institusional/sekolah (mikroskopik) maupun

kabupaten

kota

nasional

(messoskopik),

operasional (proses pembelajaran

oleh guru).
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada
dasarnya setiap kegiatan pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu
sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Menurut
Permediknas ini bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata
pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi,

tujuan

pembelajaran,

materi

ajar,

alokasi

waktu,

metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.


2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya
a. Mewujudkan suasana belajar
Berbicara tentang

mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat

dilepaskan dari upaya menciptakan lingkungan belajar, diantaranya mencakup:


(a) lingkungan fisik, seperti: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, taman sekolah dan lingkungan fisik
lainnya;

dan

(b)

lingkungan

sosio-psikologis

(iklim

dan

budaya

belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi, kreativitas,


toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek sosioemosional lainnya,
yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
Baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya

didesan agar peserta didik dapat secara aktif

mengembangkan segenap

potensinya. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, di sini tampak


jelas bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas (classroom management)
menjadi amat penting. Dan di sini pula, tampak bahwa peran guru lebih
diutamakan sebagai fasilitator belajar siswa.

b. Mewujudkan proses pembelajaran


Upaya mewujudkan suasana pembelajaran lebih ditekankan untuk
menciptakan kondisi dan

pra kondisi

agar siswa belajar, sedangkan proses

pembelajaran lebih mengutamakan pada upaya bagaimana

mencapai tujuan-

tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa. Dalam konteks pembelajaran yang


dilakukan guru, maka guru dituntut

untuk dapat mengelola pembelajaran

(learning management), yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian


pembelajaran (lihat

Permendiknas RI

No. 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses). Di sini, guru lebih berperan sebagai agen pembelajaran (Lihat penjelasan
PP 19 tahun 2005), tetapi dalam hal ini saya lebih suka menggunakan istilah
manajer pembelajaran, dimana guru bertindak

sebagai seorang planner,

organizer dan evaluator pembelajaran)


3.Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi
pendidikan sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita ,
yang menurut hemat saya sudah demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang
berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan sosial. Artinya, pendidikan yang
dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan individualistik, dan
bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari keseimbangan
diantara ketiga dimensi tersebut.

Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan


melihat pokok pikiran yang ketiga

dari definisi pendidikan

ini

maka

sesungguhnya pendidikan karakter sudah implisit dalam pendidikan, jadi


bukanlah sesuatu yang baru.
A. Fokus Penelitian
1.

Bagaimanakah Sistem pembelajaran di Madrasah Aliyah

Al Mahrusiyah

Lirboyo Kediri yang berdampak pada hasil belajar siswa?


2.

Bagaimanakah pengaruh UAN Ujian Nasional terhadap Prestasi belajar siswa


di Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri?

B. Tujuan Penelitian
Sebagaimana fokus penelitian yang telah dituliskan di atas, dalam
penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa hal sebagai berikut :
1.

Mengetahui pengaruh Nilai Ujian Nasional (NUN) MA terhadap Prestasi


Belajar di Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri,

2.

Mendeskripsikan peran

Nilai Ujian Nasional terhadap Prestasi Belajar

Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri,.


C. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada beberapa pihak Yaitu :
1) Bagi siswa yang mempunyai nilai ujian nasional yang rendah diharuskan
mengikuti pelajaran tambahan baik di sekolah maupun diluar sekolah; 2) Bagi
siswa yang mempunyai motivasi memilih jurusan yang tinggi dan prestasi yang
baik diupayakan agar mempertahankan prestasi belajarnya, dan sebaliknya yang
memiliki motivasi yang rendah harus meningkatkan motivasi belajarnya; 3) Bagi

orang tua hendaknya juga turut aktif memberikan motivasi siswa dalam
menentukan jurusan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa agar prestasi belajar yang dicapai memuaskan; 4) Peneliti menyadari dalam
penelitian ini masih ada banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
1.

Bagi Peneliti

a.

Sebagai wujud pengamalan/praktek dari materi Metodologi Penelitian, untuk


mengadakan sebuah penelitian di bidang pendidikan.

b.

Sebagai penambah wacana pengetahuan peneliti di bidang manajemen


pendidikan Islam, khususnya menyadari pentingnya sebuah nilai terhadap
prestasi belajar.

2.

Bagi Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri

a.

Mampu

menjadi

sebuah

evaluasi

bagi

Madrasah,

untuk

lebih

mengembangkan pengajaran yang ada di dalamnya, serta memotivasi para


siswa agar lebih semangat mengikuti Ujian Nasional.
b.

Sebagai wujud evaluasi pada pengambilan hasil nilai Ujian Nasional yang
telah diterapkan, untuk lebih diperhatikan kembali.

D. Definisi Operasional
3.

Penelitian ini berjudul Pengaruh Nilai Ujian Nasional (NUN) Madrasah


Aliyah terhadap Prestasi Belajar siswa di Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah
Lirboyo Kediri. Dan untuk lebih memudahkan serta agar tidak terjadinya
kesalahan dalam pemahaman, penulis memberikan beberapa definisi sebagai
berikut :

1.

Pengaruh, merupakan sesuatu yang dapat berdampak pada objeknya.

2.

Ujian Nasional ( UAN )


Ujian Nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada
dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara
nasional. Ujian Akhir Nasional (UAN) yang sekarang bernama Ujian
Nasional, dapat diartikan sebagai hasil menguji mutu suatu kepandaian untuk
memperoleh hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan yang
bersifat nasional. Dalam konteks akademis atau profesional, ujian (atau ujian
untuk pendek) adalah tes yang bertujuan untuk menentukan kemampuan
seorang mahasiswa atau calon dokter. Biasanya ujian tes tertulis, walaupun
beberapa mungkin praktis atau komponen praktis, dan sangat bervariasi
dalam struktur, isi dan kesulitan tergantung pada subjek, kelompok usia orang
yang diuji dan profesi. Seseorang yang melewati ujian menerima ijazah,
sebuah surat izin mengemudi atau profesional, tergantung pada tujuan
pemeriksaan. Pemeriksaan kompetitif adalah ujian di mana pelamar bersaing
untuk sejumlah posisi, sebagai lawan hanya harus mencapai tingkat tertentu
untuk lulus.

3.

Prestasi diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai atas segala sesuatu yang
telah dilakukan atau dikerjakan.

F. Kajian Pustaka
A. NILAI
a.

Pengertian Nilai

Sebagaimana yang telah peneliti sampaikan pada definisi operasional,


Nilai merupakan angka yang digunakan sebagai standarisasi hasil dari sebuah
proses.
Salah satu permasalahan pendidikan yang sampai saat ini masih dihadapi oleh
Bangsa Indonesia adalah rendahnya "mutu hasil belajar" pada setiap, jenjang dan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya melalui
pengembangan kurikulum nasional maupun lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, peningkatan kesejahteraan bagi guru, pengadaan buku dan alatalat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, namun
berbagai indikator tersebut belum mampu meningkatkan mutu hasil pembelajaran
yang berarti.
Rendahnya mutu hasil belajar, dari beberapa ahli (Djemari Mardapi
1999: 11) mengatakan bahwa, dalam lima tahun terakhir hasil Ujian Nasional
(UN) murni Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum
(SMU) menunjukkan angka naik turun dengan rata-rata Nilai Ujian Nasional
(UN) murni bergerak antara 4,00-6,00. Sementara (Achmad Lutfi, 2002: 35)
mengatakan, rendahnya mutu hasil belajar disebabkan oleh keuletan siswa pada
umumnya rendah. Pada proses pembelajaran, kebanyakan siswa kurang berani
mengambil resiko, mereka sering mencontoh pekerjaan teman, kurang berani
bertanya kepada guru, kurang berani mengemukakan pendapat dan terlihat
cemas".

Belum baiknya kualitas hasil belajar tersebut tampaknya berpengaruh


terhadap daya saing kualitas angkatan kerja di tingkat dunia. Menurut (Suyanto,
2001: 55), dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja bangsa kita sangat
memprihatinkan. Hal tersebut dikarenakan, 53 % -nya tidak berpendidikan, 34 %
berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 11 % berpendidikan menengah, dan sisanya
yaitu 2% yang berpendidikan tinggi." Sedangkan menurut laporan dari human
development report 2006, tentang indeks kualitas sumber daya manusia (Human
Development Indexs-HDI) dari 174 negara di dunia (Suyanto, 2001: 56)
mengatakan, bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 102, dan pada tahun 2007
HDI Indonesia berada pada peringkat 109 berada di bawah Negara Vietnam yang
berada pada peringkat 108.
Terkait dengan masalah mutu, pendekatan dalam pembelajaran mempunyai
nilai strategis. Pada pendekatan belajar tradisional misalnya, guru terlalu dominan
berperan dalam setiap kegiatan, guru kurang memberdayakan siswa. Akibatnyai
siswa cenderung bersifat pasif, dan kegiatannya tidak bervariasi, kerja sama antar
teman rendah, tidak beranii bertanya kepada guru, apalagi mengemukakan
pendapat dihadapan teman-temannya, padahal setiap siswa memiliki potensi yang
selalu dapat dikembangkan. Untuk mengatasi keadaan seperti tersebut di atas,
perlu ada upaya perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Di sektor
pengelolaan proses belajar mengajar, mungkin paling tepat bila dilakukan
perbaikan, karena masalah pengelolaan proses belajar mengajarlah yang

10

sebenarnya sebagi inti persoalan dalam penyelenggaraan pendidikan.


b.

Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali
dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears
dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience. Belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Belajar
adalah

mengamati,

membaca,

berinisiasi,

mencoba

sesuatu

sendiri,

mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.


3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as a result of
practice.Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsanganrangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan

11

demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu


dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)
dikemukakan bahwalear ning (belajar) mengandung pengertian proses
perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2)
yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan
kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami
proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses
belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

12

dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan


kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang
ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan
sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi
manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar
yang memadai.
c. Prestasi Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3 prestasi diartikan
sebagai sesuatu yang telah dicapai atas segala sesuatu yang telah dilakukan
atau dikerjakan. Sedangkan berprestasi berarti mempunyai prestasi dalam
suatu hal dari segala sesuatu yang telah dulakukan atau dukerjakan.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di
dalam websters New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang
prestasi yaitu: Achievement test a standardised test for measuring the skill
or knowledge by person in one more lines of work a study (Websters New
Internasional Dictionary, 1951 : 20).Mempunyai arti kurang lebih prestasi
adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi
seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar.
Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai
(Purwodarminto, 1979 : 251).
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai
berikut :

13

To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult


as well and as quickly as possible. Kebutuhan untuk prestasi adalah
mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang
sulit dengan baik dan secepat mungkin.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi
Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi
Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan
suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya.
Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,
penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki,
mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima
umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai
raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo
S. Nasution berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan
kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat. S.
Nasution (1996).
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor

14

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan


instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan
tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan
tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap
keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes
prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap
performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan- bahan atau materi yang
telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujianujian masuk perguruan tinggi.
Dari beberapa definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang
menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan
prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran

15

kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar
ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.
B. UJIAN NASIONAL
1. Pengertian Ujian Nasional
Ujian Akhir Nasional, berasal dari tiga kata yaitu ujian yang memiliki arti
hasil menguji sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu kepandaian,
kemampuan hasil belajar. Akhir memiliki arti selesai, pungkasan, tamat. Dan
nasional berarti kebangsaan, mencakup bangsa, bersentral pada pemerintahan
pusat.
Ujian Akhir Nasional (UAN) yang sekarang bernama Ujian Nasional,
dapat diartikan sebagai hasil menguji mutu suatu kepandaian untuk
memperoleh hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan yang
bersifat nasional.
Pemerintah mengadakan ujian akhir nasional dengan memberikan standar
atau patokan itu digunakan sewaktu-waktu tingkat pencapai standar perlu
mengetahui sampai dimana efektivitasnya.
Sejak kemerdekaan, bentuk evaluasi belajar tahap akhir yang diberlakukan
oleh pemerintah terhadap lembaga-lembaga pendidikan formal, paling tidak,
ada tiga macam bentuk, seperti Ujian Negara, Ujian Sekolah, Ebtanas, dan
Ujian Nasional.

16

Ujian Nasional Atau UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar


pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat
pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan,
Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi
tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong
peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar
pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan
sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai
batas antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan
peserta didik yang belum menguasai kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada
ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi untuk memisahkan
antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas kelulusan,
kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standard setting.
Manfaat pengaturan standar ujian akhir:

Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan

kompetensi minimum.

17

Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar

minimum pencapaian kompetensi.


UJIAN NASIONAL adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada
dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara
nasional. UAN merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di
sekolah.Penilaian merupakan serangakaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis,dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan (Depdikbud, 1994).
Hasil ujian di suatu sekolah akan memberikan informasi tingkatkeberhasilan
pencapaian

siswa

dari

tujuan

pembelajaran

atau

intruksional(Grounlund,1985). Tingkat keberhasilan ini akan mengambarkan


kemampuansiswa yang sebenarnya (Pophan,1995). Hasil ujian tersebut dapat
digunakansebagai

dasar

penyempurnaan

program

pembelajaran

(Haribowo,1994). Dengan demikian hasil ujian akan bermanfaat sebagai


bahan umpan balik dalam proses pembelajaran dan hasil ujian digunakan
untuk mengetahui efektivitas dan tingkat pencapaian atau keberhasilan suatu
program kegiatan terutama program pengajaran (Nitko, 1996).UAN sebagai
alat kontrol sekolah pada era otonomi masih diperlukansepanjang tidak
digunakan sebagai penentu kelulusan namun berfungsi layaknya instrumen
penelitian. Tetapi mapel UAN diperluas. Dari data yang diperoleh bisa
digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap Depdiknas dalampengambil
kebijakan pendidikan untuk meningkatkan mutu. Dari hasil tersebutbisa juga

18

diperoleh peringkat kedudukan sekolah yang satu dengan yang lain.Akibatnya


sekolah secara moral tetap terikat komitmen pada standar baku yangdibuat
oleh Pemerintah Pusat.
Dan kekhawatiran terjadinya rentang mutusekolah yang jauh antara
satu dengna yang lain bisa dihindari.Sekaligusmelindungi hak guru sebagai
pemegang otoritas eva luasi seperti tercantum padapasal 58 UU
Sisdiknas.31Alasan lain UAN tetap diperlukan adalah sebagai alat seleksi ke
PT, olehsebab itu bukan sebagai bahan pertimbangan kelulusan. Namun
dengan tigamapel UAN tersebut tidaklah representatif, harus ditambah sesuai
dengankebutuhan di PT.Dan sudah barang tentu mengikuti UAN. Karena
menyangkutdengan institusi lain, koordinasi antara Departemen Pendidikan
dan PTdiperlukan. Kemudian UAN sebagai alat pengendali mutu sulit
diterimakeabsahannya. Desain formula UAN diperlukan yang memungkinkan
mampumewadahi berbagai kepentingan. Dan UAN tetap diperlukan dengan
berbagaiprasarat yang menyertainya.Pasal 1Dalam keputuasn ini yang
dimaksud dengan: 1. Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan penilaian hasil
belajar peserta didikyang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur
sekolah /madrasahyang diselenggarakan secara nasional.2. Ujian Nasional
(UN) adalah kegiatan penilaian hasil belajar peserta didiksyng telah
menyelesaikan jenjang pendidikan pada jalur sekolah /madrasahyang
diselenggarkan nasional

19

a. Metodologi Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, terdiri dari dua kata
yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata
methodos adalah metode ilmiyah yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan
tertentu. Adapun metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu
yang membicarakan tentang metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat
dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan
tehnik ilmiyah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu cara atau jalan usaha untuk
mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian atau
pengetahuan ilmiyah. Jadi Metodologi Penelitian adalah usaha memperoleh dan
mengumpulkan data.
1. Pendekatan / Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian
kualitatif. Yang mana penelitian ini disampaikan secara deskriptif dengan
gamblang berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti yang mendasarkan
analisisnya pada data dan fakta yang ditemui di lapangan, bukan melalui ide atau
teori yang ada sebelumnya yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data
yang di peroleh secara sistematik dengan menggunakan metode analisis
komparatif konstan.1 Ciri khas pendekatan kualitatif ini terletak pada tujuannya
untuk mendiskripsikan fakta dengan memahami makna dan gejala.

Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam : Dalam Teori dan Praktek, cet 1, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998), hal. 47.

20

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah Lirboyo Kota
Kediri. Tepatnya di Jl. KH. Abdul Karim no.09 Mojoroto Lirboyo Kediri 64101.
3. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument (human as
instrument) dan juga sebagai pengumpul data. Kehadiran peneliti pada penelitian
ini sangatlah penting utnuk terjun secara langsung. Peneliti juga sebagai santri
pada lokasi penelitian, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti benar- benar
mengoptimalkan informasi dari beberapa informan dan data secara` kongkrit
sehingga, data yang terkumpul bisa dikatakan obyektif.
4. Sumber Data
Data diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen cetak dan peristiwaperistiwa lainnya tertulis maupun tidak tertulis serta informan yaitu pengurus,
guru dan tokoh terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1.

Riset kepustakaan, yaitu pengumpulan data referensi-referensi tertulis,


meliputi buku-buku tentang pendidikan, pendidikan Islam pada umumnya
dan dokumen tertulis yang berkaitan dengan topik penelitian.

2.

Pengamatan terlibat (participant observation) yaitu pengamatan langsung


pada obyek penelitian tanpa intervensi eksistensinya dan terjadi interaksi
antara peneliti dan informan. Observasi merupakan dasar memperoleh fakta
sebelum mengunakan teknik pengumpulan data lainya. Metode observasi
adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara melakukan

21

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena


yang diselidiki dan diteliti.2
3.

Dokumen yang dimilki oleh Madrasah Aliyah Al Mahrusiyah, dokumentasi


digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang dekat dengan studi
fonomena-fenomena dan dalam rangka memperoleh informasi yang
menambah akurasi data.3

5. Tehnik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mengintesiskannya, mencari dan menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan

kepada

orang

lain.

Analisis

data

melibatakan

pengerjaan,

pengorganisasian dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal penting
dan penutupan apa yang dilaporkan.4 Dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini, peneliti lakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Triangulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.5 Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi,
2

Amirul Hadi dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 1998), h.

129.
3

Muhtarom.H. M, Reproduksi Ulama Di Era Globalisasi, h. 36.


Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda karya,
2009), h. 248.
5
Ibid, h.330.
4

22

peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dengan


berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti melakukannya
dengan jalan :
a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
b) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
2. Pengecekan atau analisis kasus melalui ditransfer ke latar lain (transferability),
ketergantungan pada konteksnya (dependability) dan dikonfirmasikan kepada
sumbernya (confirmability).6
3. Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif,
dengan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur situasi yang sangat releven
dengan persoalan.
4. Uraian rinci
Usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif jelas sangat berbeda
dengan nonkualitatif dengan validitas eksternalnya. Dalam penelitian kualitatif
hal itu dilakukan dengan cara uraian rinci.
7. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam hal ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang sesuai
dengan model penahapan sebagai berikut :

Tim Penyiapan Naskah, Pedoman Penulisan Skripsi Institut Agama Islam Tribakti

(IAIT) Kediri (Kediri: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIT Kediri, 2010), h. 37.

23

1. Tahap pra lapangan, ada enam tahap kegiaan yang dilakukan oleh peneliti
dalam tahapan ini di tambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami,
yaitu etika penelitian lapangan. Antara lain : menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, persoalan etika penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan, dibagi atas tiga bagian, yaitu : memahami latar
penelitian dan persiapan memasuki lapangan, dan berperan serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data, pada bagian ini dibahas prinsip pokok, tetapi tidak akan
diperinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan karena ada bab khusus
yang menguraikannya secara rinci.
b. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang akan penulis gunakan dalam penelitian
ini, adalah sebagai berikut :
BAB I

: Pendahuluan.

Dalam Bab ini akan membahas tentang : a) Konteks Penelitian ( latar


belakang masalah ); b) Fokus Penelitian ( rumusan masalah ); c) Tujuan
Penelitian; d) Kegunaan Hasil Penelitian; e) Definisi Operasional; f) Sistematika
Penulisan.
BAB II

: Kajian Pustaka.

Dalam Bab ini akan membahas tentang : a) Nilai, terdiri atas tiga sub bab,
yakni a.Pengertian Nilai, b. Pengertian Belajar dan c. Prestasi Siswa. ; b) Ujian
Nasional, terdiri atas satu sub bab, yakni a. Pengertian Ujian Nasional.

24

BAB III

: Metode Penelitian.

Dalam Bab ini akan membahas tentang : a) Pendekatan/jenis Penelitian; b)


Kehadiran Peneliti; c) Lokasi Penelitian; d) Sumber Data; e) Prosedur
Pengumpulan Data; f) Teknik Analisis Data; g) Pengecekan Keabsahan Data; h)
Tahap-tahap Penelitian.
BAB IV

: Paparan Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Dalam bab ini akan membahas tentang : a) Setting Penelitian, yang


memaparkan tentang kondisi secara umum pada focus penelitian yang dikaji oleh
peneliti; b) Temuan Penelitian, yang menguraikan tentang data dari berbagai
sumber yang diperoleh peneliti dengan konsekuen terhadap prosedur yang telah
dirumuskan pada bab sebelumnya; c) Pembahasan, yang akan membahas tentang
penafsiran dan penjelasan oleh peneliti dengan mengkolerasikan antara fakta yang
terjadi di lapangan penelitian dengan beberapa teori atau konsep yang ada.
BAB V

: Penutup.

Dalam Bab ini akan membahas tentang : a) Kesimpulan dan b) Saransaran.


]

DAFTAR PUSTAKA
Amirul Hadi dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 1998),
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam : Dalam Teori dan Praktek, cet 1, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998),

25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda karya,
2009),
Muhtarom.H. M, Reproduksi Ulama Di Era Globalisasi,
Tim Penyiapan Naskah, Pedoman Penulisan Skripsi Institut Agama Islam Tribakti (IAIT)
Kediri (Kediri: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIT Kediri, 2010),

Anda mungkin juga menyukai