Anda di halaman 1dari 5

ISSN 2337-6686

ISSN-L 2338-3321

DAMPAK PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN


KADER POSYANDU TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI
SEIMBANG (PUGS) DI PONDOK BETUNG PONDOK AREN

Meylina Djafar
PS Gizi Stikes Binawan
E-mail: linadjafar@yahoo.com
Abstrak: Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan
pemahaman dan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, perilaku sehat berdasarkan 4 pilar prinsip yaitu: (1) konsumsi anekaragam pangan,
(2) perilaku hidup bersih, (3) aktivitas fisik dan (4) mempertahankan berat badan normal. Kader posyandu mempunyai peranan yang sangat
penting dalam tercapainya perilaku yang mendukung peningkatan status kesehatan seluruh anggota keluarga. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan kader posyandu tentang PUGS di masyarakat. Penelitian ini merupakan
studi kasus yang dilakukan di Posyandu di RW 01 Kelurahan Pondok Betung Kecamatan Pondok Aren selama 3 hari pada bulan Juni 2013
dengan sampel 56 orang dan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tindakan kader Posyandu tentang PUGS, (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dengan tindakan kader posyandu tentang
PUGS, (3) Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS. (4) Terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS, (5) Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS.
Kata kunci: kader posyandu, pengetahuan, sikap, tindakan, pugs
Abstract: The general guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) need to be socialized to all walk Indonesian society in order to improve
the understanding and the ability to consume food, healthy behaviors based on 4 pillars principles, namely: (1) variety of food consumption,
(2) behaviors of clean living, physical activity, (3) and (4) maintain a normal body weight. Posyandu cadre has a very important role in
supporting the achievement of behavior level that supports the health status improvement of the whole family. The purpose of this research
was to determine the relationship between the knowledge and attitude of posyandu cadre acts of PUGS in the community. This research is a
case study conducted at Posyandu in Pondok Betung Village RW 01 Pondok Aren District for 3 days in June 2013 with a sample of 56 people
and using questionnaires. The results showed that: (1) there is no relationship between the level of education with action cadre of Posyandu
PUGS, (2) there is no relation between the age and the action of posyandu cadre PUGS, (3) there was no connection between the job action
cadre of posyandu about PUGS. (4) there is a link between knowledge and action cadre of posyandu about PUGS, (5) there is no relationship
between the attitude of posyandu cadre with the action of PGUS.
Key words: cadres of posyandu, knowledge, attitude, action, pugs

oleh keadaan gizi, Sehingga gizi memegang peranan


paling penting.
Penduduk Indonesia masih mengalami berbagai
masalah gizi seperti (1) masalah gizi kurang, (2) gizi
ganda, dan (3) gizi tidak seimbang. Hasil Kajian ilmiah
Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa perhatian masalah
gizi ganda perlu ditingkatkan melalui upaya perubahan
perilaku gizi masyarakat kearah perilaku gizi seimbang.
Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan, perlu
disosialisasikan perilaku sehat bagi seluruh lapisan
masyarakat berdasarkan 4 pilar prinsip yaitu: (1) konsumsi
anekaragam pangan, (2) perilaku hidup bersih, (3) aktivitas
fisik dan (4) mempertahankan berat badan normal, yang
diwujudkan dalam bentuk Pedoman Umum Gizi Seimbang

PENDAHULUAN
Latar belakang penelitian adalah adanya masalah
gizi yang berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) dimana rendahnya kualitas SDM di
Indonesia merupakan tantangan berat dalam menghadapi
persaingan bebas di era globalisasi. Menurut Fasli Jalal
dan Sumali M. Atmojo (1998), bahwa banyak faktor yang
harus diperhatikan untuk menciptakan SDM yang
berkualitas, antara lain (1) faktor pangan (unsur gizi), (2)
kesehatan, (3) pendidikan, (4) informasi teknologi dan
(5) jasa pelayanan lainnya.
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa
yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan
produktivitas kerja yang tinggi yang ketiganya dipengaruhi
Jurnal Ilmiah WIDYA

21

Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Meylina Djafar, 21 - 25

Dampak Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Kader Posyandu tentang


Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Pondok Betung Pondok Aren

Pesan Umum dan 8 pesan Khusus Dasar Gizi Seimbang


(Kemenkes, PUGS 2014, pembaharuan PUGS Depkes
2003).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)
dampak pengetahuan dan sikap terhadap tindakan kader
posyandu tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS), (2) hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan
serta sikap terhadap tindakan kader posyandu di Pondok
Betung Pondok Aren. Penelitian ini dilakukan di Pondok
Betung, Pondok Aren selama 3 hari pada bulan Juni 2013.
Metode yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif,
eksploratif dengan populasi 65 orang kader posyandu
yang ada, diambil sampling sebanyak 56 orang. Data
diperoleh dengan cara wawancara, dan menggunakan
kuesioner tertutup dengan jawaban benar diberikan nilai
1 dan jawaban yang salah diberikan nilai 0.. Identitas
Sampel, meliputi: Kode sampel, Nama Sampel, Alamat,
Umur, Pekerjaan dan Tingkat pendidikan. Pengetahuan
responden, meliputi 13 pertanyaan. Sikap responden,
meliputi 13 pernyataan sikap (SS : Sangat Setuju, S:
setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju).
Tindakan responden, meliputi 13 pertanyaan (Ya atau
Tidak). Kuesioner terbuka dengan cara mengumpulkan
responden pada suatu tempat kemudian responden diminta
untuk mengisi sendiri kuesioner tersebut. Pada kuesioner
Tindakan Record hari pertama adalah informasi hasil pola
makan responden hari sebelumnya (15 Juni 2013),
responden diajarkan langsung cara mengisinya sampai
selesai dan langsung dikumpulkan. Record hari kedua
(16 Juni 2013) responden boleh membawa pulang
kuesioner dan dikumpulkan keesokannya.

(PUGS). PUGS Kemenkes 2014 merupakan pembaharuan


dari pembaharuan dari PUGS Depkes 2003.
Pemerintah sudah lebih dari 15 tahun
memperkenalkan PUGS kepada masyarakat, bahkan saat
ini pemerintah juga sedang menerapkan dan
mengintensifkan pola konsumsi pangan yang menekankan
pada pentingnya gizi seimbang. Pola konsumsi pangan
tersebut mengarah pada konsumsi pangan yang
mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah yang cukup, sehingga diharapkan diperoleh
status kesehatan dan gizi yang optimal (Mukson dkk,
1999). Namun masih banyak kendala dan halangan dalam
sosialisasi PUGS ini, sehingga harapan untuk merubah
perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang
masih belum sepenuhnya tercapai. Menurut Susanto
(2002), beberapa kendala dalam penerapan PUGS di
masyarakat adalah kadar ilmiah isi, kata-kata dan uraian
PUGS yang relatif tinggi dan sulit dipahami oleh provider
kesehatan masyarakat yang belum pernah duduk di bangku
kuliah dan tidak memiliki dasar pendidikan gizi. Dengan
demikian PUGS dibutuhkan disosialisasikan secara intensif
kepada masyarakat terutama kepada pihak-pihak yang
terkait.
Posyandu merupakan kegiatan dari; oleh, dan untuk,
masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat
terutama para ibu dalam mengembangkan kesehatan
keluarga dan tumbuh kembang anak dengan alih teknologi
dari pemerintah. Dengan demikian diharapkan masyarakat
tidak tergantung lagi pada pemerintah dan dituntut untuk
mandiri.
Kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan
posyandu mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mencapai tujuan utama posyandu yaitu tercapainya
perilaku yang mendukung peningkatan status kesehatan
seluruh anggota keluarga, khususnya balita dan ibu hamil.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan posyandu dan
mencapai tujuan utamanya maka para kader harus
mempunyai pengetahuan, sikap yang benar serta
melakukan praktek gaya hidup sehat yang akan
disosialisasikannya, di antaranya adalah perilaku makan
sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang yang berisi 10
Jurnal Ilmiah WIDYA

PEMBAHASAN
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Menurut Kodyat dan Halim (1997) Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS), merupakan suatu alat promosi
makanan sehat yang dituangkan dalam bentuk gambar
dan pesan-pesan dasar bagi masyarakat. Menurut
Direktorat bina gizi Kemenkes (2014), pedoman ini
merupakan petunjuk teknis bagi petugas dari berbagai
institusi baik pemerintah maupun non pemerintah dalam
22

Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Meylina Djafar, 21 - 25

Dampak Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Kader Posyandu tentang


Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Pondok Betung Pondok Aren

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas,


faktor dukungan (support) dari pihak lain.
Sumber Informasi; Informasi penting bagi terbentuknya
persepsi seseorang. Namun informasi itu sendiri belum
cukup individu yang bersangkutan harus mampu menyerap
informasi yang diterima secara baik. Kemampuan
menyerap informasi ini merupakan kapasitas yang dimiliki
seseorang untuk menampung informasi pengalaman yang
diperolehnya.

melaksanakan pendidikan gizi seimbang kepada


masyarakat. PUGS yang lama memuat tiga belas pesan
dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas
sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan seharihari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
(Almatsier,2001). Sedangkan PUGS baru 2014, memuat
10 pesan Umum dan 8 pesan Khusus berdasarkan 4 pilar,
yaitu (1) anekaragam pangan, (1) perilaku hidup bersih,
(3) aktivitas fisik dan (4) mempertahankan berat badan
normal.
Kader Posyandu; adalah masyarakat yang mau bekerja
dengan sukarela membantu petugas kesehatan dalam
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dengan tidak
memandang profesi. Kegiatan ini dipilih dari, oleh, untuk
masyarakat, dengan kriteria dapat baca tulis, tinggal di
lingkungan setempat, mau dan mampu bekerja dengan
sukarela, mempunyai waktu, mengikuti pelatihan-pelatihan
tentang kesehatan.(Dinkes,2011)
Pengetahuan; adalah merupakan hasil mengetahui yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yakni, indera penglihatan, pencengaran,
penciuman, rasa dan raba.
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Suhardjo (2003), pengetahuan gizi membuka
sumbangan pengertian tentang apa yang kita makan,
mengapa kita makan, dan bagaimana hubungan makan
dengan kesehatan dan kesejahteraan, baik secara
perorangan, masyarakat secara menyeluruh.
Sikap (Attitude); Menurut Notoatmodjo (2013), Sikap
merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas.
Tindakan; Menurut Notoatmodjo (2013), suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
Jurnal Ilmiah WIDYA

Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian


Secara keseluruhan jumlah penduduk Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2009 tercatat 1.042.026 jiwa, yang
terdiri dari 519.851 jiwa laki-laki dan 522.175 jiwa
perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan
Pondok Aren sebanyak 261.064 jiwa.
Hasil data yang diperoleh berdasarkan:
1. Umur
Menurut Sarwono (2002) Umur seseorang akan
mempengaruhi kinerja karena semakin lanjut umurya
akan semakin bertanggung jawab, lebih tertib, lebih
bermoral, lebih berbakti dari pada umur muda. 31
responden (55,4%) berumur lebih atau sama dengan 48
tahun dan yang berumur kurang dari 48 tahun sebanyak
25 responden (44,6%).
Dengan usia tersebut diharapkan kader posyandu
dapat menjadi: (a) bersosialisasi dengan masyarakat, (b)
memikul tanggung jawab sebagai penggerak posyandu
dan (c) dapat menyampaikan informasi tentang kesehatan
kepada masyarakat.
Menurut hasil penelitian:
a. Sebagian besar kader posyandu sebanyak 41 responden
(73,2%) memiliki tindakan baik tentang P Umum Gizi
Seimbang, sedangkan sisanya sebanyak 15 responden
(26,8%) memiliki tindakan yang kurang. Tindakan yang
baik tentang PUGS lebih banyak dimiliki oleh kader
posyandu yang berumur kurang dari atau sama dengan
48 tahun, yaitu sebanyak 25 orang (80,6%).
b. Hubungan antara umur dan tindakan kader posyandu
tentang PUGS.
23

Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Meylina Djafar, 21 - 25

Dampak Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Kader Posyandu tentang


Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Pondok Betung Pondok Aren

adalah Ibu Rumah Tangga atau tidak bekerja, sedangkan


sisanya sebanyak 6 orang (10,7%) bekerja.
b. Tindakan yang baik mengenai PUGS paling banyak
dimiliki oleh kader posyandu yang tidak bekerja yaitu
sebanyak 36 responden (72,0%).
c. Hubungan antara tingkat pekerjaan dan tindakan kader
posyandu tentang PUGS
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmans
menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan
dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan
nilai r= 0,079 dan P = 0,562 (P>0,05).

Hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya


hubungan antara umur dengan tindakan kader posyandu
tentang PUGS. dengan nilai r= 0,187 dan P = 0,168
(P>0,05). Hal ini diduga karena umur yang semakin
bertambah belum tentu dapat menjadikan seseorang
melakukan tindakan yang baik mengenai PUGS dengan
melakukan pesan-pesannya.
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Amalia (2009), bahwa tingkat pendidikan
berhubungan dengan kemampuan dalam menerima
informasi kesehatan misalnya petugas kesehatan sehingga
dapat ikut berperan serta dalam kegiatan peningkatan
kesehatan seperti posyandu.
Menurut hasil penelitian sebagai berikut:
a. Terdapat variasi tingkat pendidikan kader posyandu
yaitu Responden yang memiliki tingkat pendidikan (1)
SD sebanyak 11 orang (19,6 %), (2) SMP sebanyak 17
orang (30,4%), SMA sebanyak 27 orang (48,2%) dan
Perguruan Tinggi (1 orang (1,8%)
b. Kader posyandu yang memiliki tindakan yang baik
tentang PUGS lebih banyak terdapat pada kader posyandu
yang memiliki tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak
21 responden (77,8%).
c. Hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan kader
posyandu tentang PUGS
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmans
menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tindakan kader posyandu tentang
PUGS dengan nilai r= - 0,063 dan P = 0,642 (P>0,05).

4. Pengetahuan
Menurut Dodi (2004), bahwa pengetahuan seseorang
tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan, sehingga apabila lingkungannya mendukung
seseorang untuk dapat memperoleh informasi mengenai
gizi, maka dengan demikian pengetahuan gizi orang
tersebut akan bertambah.
Berdasarkan hasil penelitian:
a. Sebagian besar kader posyandu sebanyak 44 responden
(78,6%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 11
responden (19,6%) memiliki pengetahuan yang cukup
dan 1 responden (1,8%) memiliki pengetahuan yang
kurang.
b. kader posyandu yang memiliki tindakan baik tentang
PUGS paling banyak dimiliki oleh kader posyandu yang
memiliki pengetahuan yang baik pula yaitu sebanyak 35
responden (79,5%).
c. Hubungan antara Pengetahuan dan tindakan kader
posyandu tentang PUGS.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmans
menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan
dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan
nilai r= 0,284* dan P = 0,034 (P<0,05)

3. Pekerjaan
Menurut Widagdo (2009), bahwa pekerjaan dapat
menjadi salah satu kendala dalam keaktifan kader dalam
posyandu karena pekerjaan merupakan salah satu sumber
pendapatan sehingga akan lebih difokuskan daripada
kegiatan posyandu. Bekerja pada ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga sehingga semakin
banyak waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan
maka semakin sempit kesempatan untuk menjadi kader.
Hasil penelitian menunjukkan:
a. Sebagian besar responden sebanyak 50 orang (89,3%)
Jurnal Ilmiah WIDYA

5. Sikap
Menurut Notoatmodjo (1997), secara teori perubahan
tindakan mengikuti tahapan pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), praktik (practice). Namun di dalam
praktik sehari-hari dapat saja terjadi tindakan yang baik
24

Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Meylina Djafar, 21 - 25

Dampak Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Kader Posyandu tentang


Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Pondok Betung Pondok Aren

tidak melalui sikap yang positif. Hal tersebut bisa terjadi


karena beberapa faktor.
Berdasarkan hasil penelitian:
a. Responden yang memiliki sikap yang positif adalah 26
responden (46,4%) hampir sama dengan responden yang
memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 30 responden
(53,6%).
b. Tindakan yang baik mengenai PUGS paling banyak
dimiliki oleh kader posyandu yang memiliki sikap positif,
yaitu sebanyak 21 responden.
c. Hubungan antara Sikap dan tindakan kader posyandu
tentang PUGS
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmans
menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap
dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan
nilai r= 0,159 dan P = 0,242 (P>0,05)

training, penyegaran dan demonstrasi dengan materi


mengenai gizi, khususnya PUGS agar terbentuk sikap
kader posyandu yang mendorong terbentuknya perilaku
untuk menyampaikan informasi tentang pesan gizi
seimbang kepada masyarakat.
2. Bagi Kader Posyandu; Penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan tentang PUGS kepada kader sehingga
diharapkan kader memiliki sikap dan tindakan lebih baik
dalam aplikasi sehari-hari dan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
3. Bagi Posyandu Pondok Aren Kelurahan Pondok
Betung; Penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan
dalam mengembangkan sosialisasi dan penyampaian
mengenai PUGS pada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fatoni. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader dalam
Penyelenggaraan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Rajeg
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. 1997.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta, 2001.
Departemen Kesehatan. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta, 1996.
Departemen Kesehatan. Pedoman Umum Gizi Seimbang: Panduan
untuk Petugas. Jakarta.2003
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Buku Petunjuk Tehnis Kader
Kesehatan. Tangerang Selatan.2011
Dodi Garnadi. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Sekitar
Hutan terhadap Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2004
Fasli Jalal, dkk.. Kebijakan Ketahanan Pangan Dalam Pemenuhan
Gizi Seimbang. Prosiding Kongres Nasional PERSAGI dan
Temu Ilmiah XII. Jakarta. 1988.
Hanim Diffah dkk.. Metoda Penelitian Pedoman Gizi Seimbang Pada
Kelompok Ibu Menyusui di Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Ilmiah WIDYA 44 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014.
Kemenkes. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta, 2014
Mukson, dkk. Laporan Hasil Penelitian Faktor Penentu Pola Konsumsi
Pangan Keluarga Kaitanya Dengan Pola Gizi Seimbang di
Kotamdya Dati II Semarang. Fakultas Peternakan Universitas
Dipenogoro. Semarang. 1999.
Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat :Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Jakarta. 2007.
Widagdo L. Besar TH. Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu:
S t u d i P a d a K a d e r P o s y a n d u d i Wi l a y a h K e r a
PuskesmasKedungadem Kabupaten Bojonegoro. Makara
Kesehatan, Vol 13, No.1. 2009

PENUTUP
Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara umur dengan tindakan
kader posyandu tentang PUGS
2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tindakan kader Posyandu tentang PUGS.
3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
tindakan kader posyandu tentang PUGS.
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
tindakan kader posyandu tentang PUGS.
5. Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan
kader posyandu tentang PGUS.
Saran saran
1. Perlunya dukungan semua pihak yang terkait untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui

Jurnal Ilmiah WIDYA

25

Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai