Just in Time FIX
Just in Time FIX
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem
pemanufakturan
tradisional
mengatur
skedul
produksinya
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Just In Time
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973.
Tujuan utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan
menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam
perencanaan dan pengendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang
kadang disebut sebagaiproduk tanpa persedian. JIT bukan hanya sekedar sebuah
metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan
keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat
disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan
tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
2.2.1
a. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumbersumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
1. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
5
2.2.2
Dasar-dasar
pemanufakturan
JIT
pemanufakturan tradisional:
7
dan
perbedaannya
dengan
TRADISIONAL
Sistem Pull-through
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Berstruktur departemen
Dsentralisasi jasa
Sentralisasi jasa
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan
biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok
Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan
mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan
dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa
didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian
khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada
dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh
tenaga kerja tidak langsung.
5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga
kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua
akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi
menjadi berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan
penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya
produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka
persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan
tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol
(atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian
persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT,
keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan
manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk
membuat berbagai keputusan misalnya:
(a) penetapan harga jual berdasar cost-plus,
(b) analisis trend biaya,
(c) analisis profitabilitas lini produk,
(d) perbandingan dengan biaya para pesaing,
(e) keputusan membeli atau membuat sendiri,
7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus
memisahkan
bisnis
yang
sifatnya
berulang-ulang
dari
pesanan
10
dengan
pemilikan
teknologi
11
yaitu:
a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.
2.3.2 Analisis CPV dalam JIT
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch
menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:
B = T + V1X1 + V3X3
B = Biaya Total
X1 = Jumlah unit
T = Biaya tetap
X3 = Jumlah kegiatan
12
BAB III
KASUS
13
The 100 Yen Sushi House bukanlah sebuah restoran biasa. Restoran ini
memiliki produktivitas yang sangat tinggi di Jepang. Saat kita memasuki restoran
tersebut, kita akan disambut dengan kata-kata iratasai, sebuah ucapan selamat
datang dari siapapun yang bekerja dalam toko tersebut baik yang memasak,
pelayan, pemilik, dan anak-anak pemiliknya. Rumah ini memiliki ciri kas
berbentuk elipsoid yang melayani daerah di pertengahan ruangan, dimana tiga
atau empat koki yang sibuk mempersiapkan sushi. Sekitar 30 tempat duduk
mengelilingi daerah penyajian. Kita duduk di konter dan langsung disuguhi
segelas misoshiru, yang merupakan sebuah sop pasta kacang, sepasang sumpit,
segelas the hijau, sebuah piring kecil untuk membuat saus, dan sebuah lempeng
china untuk memegang sumpit. Sejauh ini, pelayanan ini adalah pelayanan ratarata untuk sushi house. Selanjutnya, ditemukan hal-hal yang khusus. Ada sebuah
pengangkut barang yang selalu mengelilingi area pelayanan yang berbentuk
elipsoid. Seperti sebuah boneka yang memiliki rel untuk berjalan. Pada
pengangkut tersebut terdapat sebuah kereta piring sushi. Anda bisa menemukan
jenis sushi apapun yang anda inginkan mulai dari jenis rumput-laut atau octupus
yang paling murah sampai hidangan salmon atau udang mentah yang mahal. Akan
tetapi, harganya semua sama, yakni 100 yen per piring. Jika diperiksa lebih dekat,
ditemukan bahwa porsi rumput laut yang murah memiliki 4 potongan, sedangkan
yang lebih mahal memiliki dua potongan.
Selanjutnya ada seorang pria membawa 8 piring dengan rapi. Ketika dia
akan pergi, kasir mengamatinya dan berkatan, 800 yen. Kasir tidak memiliki
kas register, karena dia hanya menghitung jumlah piring kemudian mengalikannya
dengan 100. Pada saat pelanggan pergi, terdengar ucapan Arigato Gosaimas
(terima kasih), dari semua pekerja.
Operasi harian pemilik didasarkan pada analisis informasi secara cermat.
Pemiliki memiliki ringkasan informasi permintaan yang lengkap tentang tipe-tipe
piring sushi yang berbeda, sehingga dia mengetahui secara pasti berapa banyak
dari masing-masing piring sushi yang harus dipersiapkan dan kapan. Lebih lanjut,
operasi seluruhnya diasaran pada prinsip produksi berulang dengan just-in-time
14
yang sesuai dan sistem kontrol kualitas. Sebagai contoh, toko tersebut memiliki
kapasitas refrigerator yang sangat terbatas (kita dapat melihat beberapa ikan atau
octopus dalam wadah gelas di depan konter). Sehingga, toko ini menggunakan
sistem kontrol inventaris just-in-time. Ketimbang meningkatkan kapasitas
refrigeratordengan
membeli
sistem-sistem
refrigerator
baru,
perusahaan
bekerjasama dengan penjaja ikan untuk mengirim ikan segar beberapa kali dalam
sehari, sehingga material tiba tepat ketika akan digunakan untuk membuat sushi.
Dengan demikian, biaya inventarisnya minimal.
Dalam sistem operasi just-in-time, prinsip stok aman tidak terlalu
diperhitungkan. Dengan kata lain, stok aman akan dihilangakan secara perlahan,
untuk masalah-masalah tidak teratasi dan kemungkinan solusinya. Ruang lantai
yang tersedia adalah untuk pra pekerja dan perlengkapan yang diperlukan tapi
tidak untuk menyimpan inventaris. Di perusahaan 100 Yen Sushi House, para
pekerja dan pelengkapannya diposisikan begitu dekat sehingga pembuatan sushi
dilakukan dari tangan ke tangan dan bukan sebagai operasi independen, Tidak
adanya dinding-dinding invetaris memungkinkan para pemilik dan pekerja untuk
terlibat dalam operasi total,, mulai dari menyambut pelanggan sampai
menyediakan apa yang dipesan. Tugas mereka sangat saling terkait dan setiap
orang akan bekerja sama dalam mengatasi sebuah masalah agar tidak menjadi
masalah besar dalam proses kerja.
The 100 Yen Sushi House merupakan sebuah operasi intensif-pekerja,
yang paling banyak didasarkan pada kesederhanaan, dan akal sehat ketimbang
teknologi tinggi, sebaliknya dengan persepsi orang-orang Amerika. Penulis begitu
terkesan. Setelah penulis menghabiskan piring ke-lima, saya melihat piring sushi
octopus berputar untuk yang ketigapuluh kalinya. Mungkin gambaran umum dari
sistem ini telah diketahui. Sehngga penulis menanyakan kepaa pemilik bagaimana
cara merawat masalah kebersihan ketika piring sushi berputar sepanjang hari. Dia
tersenyum dan berkata Iyya pak, kami tidak pernah membiarkan piring-piring
sushi kami tidak terpakai lebih dari 30 menit. Kemudian dia menggaruk kepala
dan mengatakan, Jika salah satu dari empat karyawan kami istirahat, dia bisa
15
mengambil
piring
yang
tidak
terjual
tersebut
dan
memakannya
atau
BAB IV
16
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dalam menangani tingginya biaya, menurunnya laba, dan menajamnya
persaingan
telah
mengakibatkan
perusahaan
mencari
cara-cara
untuk
kontrak panjang kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita
pesan sesering mungkin. Hal ini agar tidak adanya persediaan di gudang.
Produsi JIT adalah suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur
produksi menghasilkan secepatnya saat diperlukan dalam langkah selanjutnya
dalam jalur produksi. Perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan
jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan.
Pada system JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat
bersaing dengan perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan
kualitas mutunya. Dalam pengiriman barang dalam JIT harus tepat waktu, sesuai
dengan jumlah pesanan dan dengan kualitas yang bermutu tinggi. Karena hal ini
dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan produksi. Jika
pelanggan senang maka ia akan sering melakukn pesanan terhadap perusahaan
produksi dan sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka pelanggan akan memilih
ke perusahaan produksi lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19