Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

MENINGOENSEFALITIS

Disusun Oleh :
HETTI FRAWATI SIMAMORA
02-151
Pembimbing:
dr. Tumpal Siagian, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 4 MEI 6 JUNI 2009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

MENINGITIS
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig dan
Brudzinsky positif.

Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti
lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan
medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

Meningitis Tuberkulosis Generalisata


Manifestasi Klinis
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun,
kadang-kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, lebih sering dijumpai nada yang lambat.
Selain itu terdapat hiperestesi umum. Abdomen tampak mencekung. Gangguan saraf otak yang
terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang sering terkena nervus III dan VII.

Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, gangguan
sensibilitas. Tanda-tanda khas penyakit ini adalah apatis, refleks pupil yang lambat dan refleksrefleks tendo yang lemah.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan otak: periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis.
Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih
meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan radiologis:

Foto dada

Foto kepala, bila mungkin CT scan.

Penatalaksanaan
1. Rejimen terapi: 2 HRZE 7 RH
a. 2 bulan pertama

INH

: 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin

: 1 x 600 mg/hari, oral

Pirazinamid

: 15 - 30 mg/kg/hari, oral

Streptomisin : 15 mg/kg/hari, oral


Atau

Etambutol

: 15 20 mg/kg/hari, oral

b. 7 12 bulan berikutnya

INH

: 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin

: 1 x 600 mg/hari, oral


3

2. Steroid
Diberikan untuk:
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi:
Kesadaran menurun
Defisit neurologist fokal
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2 minggu
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason
untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak.

Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergerakan ke kiri pada
hitung jenis.
4

2. Cairan serebrospinalis: lengkap dan kultur


Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati,
jaringan yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan radiologis:

Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi

Foto dada

Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suportif untuk
membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa
diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama minimal 10 hari
atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol disuntikkan
intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila pasien alergis
terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yagn disebabkan enterobacteriaceae.
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim, berikan:
campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg per infuse 2 kali 1 ampul per
hari, selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisiten terhadap penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi terhadap
penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi
dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari intravena. Pada anak ampisilin 400
mg/kgBB ditambah kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari intravena. Pada neonatus ampisilin
100-200 mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB perhari.
5

Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih demam, cari sebabnya di
antaranya:
1. Efusi subdural
2. Abses
3. Hidrosefalus
4. Empiema subdural
5. Trombosis
6. Sekresi hormone antidiuretik yang berkurang
7. Pada anak-anak: ventrikulitis

Differential diagnosis of meningitis


Type of
meningitis
Cells
>500
polymorphonuclear
Bacterical
leukocytes/mm3
<500 mononuclear
Viral
cells/mm3
Tuberculous,
<500 mononuclear
fungal
cells/mm3

CSF lactic
acid

Glucose

Protein

Smear

<1/2 blood
glucose

>45 mg/dL

>35 mg/dL

Mild increase

Organisms
No
organisms

Marked increase

+,-

>35 mg/dL

Normal
Moderate or
marked decrease

<35 mg/dL

ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.

Ensefalitis Supuratif Akut


Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokokus, E. coli, M.
tuberculosa dan T. pallidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis bakterial
akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri.
Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut.

Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di dalam
paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma tembus otak atau
penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di
substansia alba karena perdarahan di sini kurang intensif dibandingkan dengan substansia grisea.
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang
disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah. Fibroblas sekitar pembuluh darah bereaksi
dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk
ke ventrikel dan menimbulkan kematian.

Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri ,
akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala-gejala
tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu
7

nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada
lokasi dan luas abses.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus-kasus infeksi lainnya. Di samping itu dapat juga
dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), foto Rontgen kepala, bila mungkin CT-Scan
otak, atau arteriografi. Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat edema papil. Bila dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa peningkatan tekanan
intracranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein yang lebih besar daripada normal, dan
kadar klorida dan glukosa dalam batas-batas normal.

Diagnosis Banding
Pada kasus ensefalitis supuratif akut diagnosis bandingnya adalah neoplasma, hematoma
subdural kronik, tuberkuloma, hematoma intraserebri.

Penatalaksanaan
Pada ensefalitis supuratif akut diberikan ampisilin 4 x 3-4 g dan kloramfenikol 4 x 1 g per
24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk mengurangi edema otak. Bila
abses tunggal dan dapat dicapai dengan cara operasi sebaiknya dibuka dan dibersihkan tetapi bila
multiple, yang dioperasi ialah yang terbesar dan mudah dicapai.

Prognosis
Prognosis ensefalitis supuratif akut buruk karena angka kematian mencapai 50%.

Ensefalitis Sifilis
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui
permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga
terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf
pusat. Treponema pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain
susunan saraf pusat.

Manifestasi Klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan gejalagejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai
pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul
gangguan-gangguan motorik yang profresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang progresif.
Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang efektifnya kerja,
daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu, pasien kemudian tak
acuh terhadap pakaian dan penampilannya, tak acuh terhadap uang. Pada sebagian timbul
waham-waham kebesaran, sebagian menjadi depresif, lainnya maniakal.

Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan tes serologik darah
(VDRL, TPHA) dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis, kadar protein
meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologic positif. Sken otak dapat dilakukan bila dicurigai
ada komplikasi hidrosefalus

Penatalaksanaan
Terapi dengan medikamentosa yaitu:

1. Penisilin parenteral dosis tinggi

Penisilin G dalam air: 12 24 juta unit/hari intravena dibagi 6 dosis selama 14 hari, atau

Penisilin prokain G: 2,4 juta unit/hari intramuskular + Probenesid 4 x 500 mg oral selama
14 hari

Dapat ditambahkan Benzatin penisilin G: 2,4 juta unit, intramuscklar, selama 3 minggu

2. Bila alergi penisilin:

Tetrasiklin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau

Eritromisin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau

Kloramfenikol: 4 x 1 gram intravena selama 6 minggu, atau

Seftriakson: 2 gram intravena/muskular selama 14 hari

Ensefalitis Virus
Etiologi
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus parotitis, virus
morbili, virus rabies, virus rubella, virus ensefalitis Jepang B, virus dengue, virus polio,
Cocksakie A, Cocksakie B, echovirus, dan virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA
(virus Herpes zoster-varisela, Herpes simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia dan AIDS).

10

Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila disebut sebagai
meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo-ensefalitis adalah konvulsi, gangguan
kesadaran (acute organic brain syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningoencephalomyelitis), gejala-gejala serebelar, nyeri, dan kaku kuduk.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi terhadap
virus, pemeriksaan cairan otak: limfosit, monosit meningkat, kadar protein meninggi ringan,
kadar glukosa normal, kultur virus bila mungkin, EEG dan CT-Scan bila mungkin. Pada
ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran EEG khas berupa aktivitas
gelombang tajam periodic di temporal dengan latar belakang fokal/difus.

Penatalaksanaan
Pengobatan simtomatik diberikan untuk menurunkan demam dan mencegah kejang.
Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus diberikan pada
ensefaltis virus yang disebabkan herpes simpleks atau varisela zoster yaitu dengan memberikan
asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari selama 10 hari, atau 200 mg tiap 4 jam per oral.
Bila kadar hemoglobin (Hb) turun hingga 9 d/dl, turunkan dosis hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila
Hb kurang dari 7 g/dl, hentikan pengobatan dan baru diberikan lagi setelah Hb normal kembali
dengan dosis 200 mg per 8 jam.

11

STATUS NEUROLOGI
Nama (inisial)

: Ny.A

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 33 tahun

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Alamat

: Jatinegara, Jakarta Timur

Masuk tanggal

: 13 Mei 2009

Anamnesis
Alloanamnesis

Tgl : 13 Mei 2009

Keluhan utama

: penurunan kesadaran

Keluhan tambahan : Riwayat Perjalanan Penyakit


3 minggu SMRS, pasien melahirkan anak pertama secara Sectio Caesar di RS Karunia
Bunda. Setelah 1 minggu kemudian, pasien pulang tapi mengeluh sakit kepala namun tidak
terlalu mengganggu.
+ 4 hari SMRS, pasien mengeluh tiba-tiba sakit kepala, di kepala bagian depan dan nafsu
makan pasien sudah mulai menurun dan pasien mulai merasakan selalu ingin tidur. Bicara
pelo disangkal, lemah separuh badan atau seluruh badan disangkal. Mual (-), muntah (-).
+3 hari SMRS, pasien tiba-tiba demam, muntah 3-4x/hari dan didahului rasa mual dan rasa
sakit kepala semakin dirasakan.
+2 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke RS FK UKI dengan keluhan demam, nafsu makan
menurun, mual (+), muntah (+) dan diberikan beberapa macam obat dan disarankan untuk
kontrol kembali ke RS di mana pasien melahirkan anak di RS Karunia Bunda.
+ 1 hari SMRS, pasien dibawa ke RS Karunia Bunda dan sempat dirawat. Kemudian saat di
RS tersebut, tetapi demamnya tidak turun juga dan pasien masih mual dam muntah. pasien

12

tiba-tiba kesadarannya menurun dan kemudian dirujuk ke RS FK UKI. Riwayat darah tinggi
disangkal, jantung disangkal, kolesterol disangkal, riwayat stroke disangkal. Menurut
keluarga pasien, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak beberapa tahun ini.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran

: Sopor, E2V1M6

Tekanan darah

: 150/100 mmHg

Nadi

: 92x/menit

Suhu

: 38,5oC

Respirasi

: 24x/menit

Kuku

: Sianosis (-)

Kulit

: Sawo Matang

Kelenjar getah bening

: Tidak teraba membesar

Pemeriksaan Regional
Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Toraks

: pergerakan dinding dada simetris

Jantung

: Bunyi jantung I & II murni, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

: Bunyi nafas dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Oedem (-/-)

Pemeriksaan Neurologis
1. Rangsang Meningeal
Kaku kuduk

:+

Kernig

: -/-

Laseque

: >700/>700

Brudzinski I

:-

Brudzinski II

: -/13

2. Nervus Cranialis:
N. II (Optikus)
Funduskopi

Kanan
Tidak dilakukan

Kiri
Tidak dilakukan

N.III, IV, VI (Okulomotorius, Tohlearis, Abdusen)


Sikap Bola Mata

: simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: Tidak ada

Eksoptalmus

: Tidak ada

Enoptalmus

: Tidak ada

Diplopia

: Tidak diperiksa

Deviasi konjuge

: Tidak ada

Doll eyes fenomena : Tidak ada


Pupil
Bentuk

: Bulat

Letak

: di tengah

Tepi

: rata

Isokor

: Isokor

Ukuran

: 4 mm/4mm

Refleks Cahaya
Langsung
Konsensual

Kanan
+lambat
+lambat

:
:

Kiri
+lambat
+lambat

N.V (Trigesminus)
Refleks kornea

: +/+

Refleks maseter

: (+)

14

N. VII (Fasialis)
Sikap wajah (dalam istirahat) : simetris
Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Nasolabialis simetris

N. VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis
Nistagmus spontan

: sulit dinilai

Tes kalori

: tidak dilakukan

N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)


Refleks faring

: Tidak dilakukan

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus karotikus: +/+
N. XII ( Hipoglosus)
- sikap lidah

: simetris

- atrofi

:-

Motorik
Tidak ada lateralisasi
Tonus Otot

Lengan

- Fleksor
- Ekstensor
Tungkai - Fleksor
- Ekstensor

Kanan

Kiri

:
:
:
:

normotoni
normotoni
normotoni
normotoni

normotoni
normotoni
normotoni
normotoni

Kanan
Eutrofi

Kiri
Eutrofi

Trofi Otot
Lengan

15

Tungkai

Eutrofi

Eutrofi

Gerakan Spontan Abnormal


Kejang

:-

Tetani

:-

Tremor

:-

Khorea

:-

Atetosis

:-

Balismus

:-

Diskinesia

:-

Mioklonik

:-

Koordinasi
Statis
Tidak bisa dilakukan
Dinamis
Tidak bisa dilakukan

Refleks
Refleks Tendo
Biseps
Triseps
KPR
APR

:
:
:
:

Kanan
++
++
++
++

Kiri
++
++
++
++

Refleks Kulit
Telapak kaki
Kulit perut

:
:

Kanan
+
+

Kiri
+
+

16

Refleks Abnormal
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gorodn
Schaeffer

:
:
:
:
:

Kanan
-

Kiri
-

Sensibilitas
Eksteroseptif : sulit dinilai
Proprioseptif : sulit dinilai
Vegetatif
Miksi

: kateter

Defekasi

: sulit dinilai

Salivasi

:-

Fungsi Luhur : sulit dinilai

Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium:
pH darah
pCO2
pO2
HCO3
Sat O2
BE
TCO2
Konsentrasi O2

EKG

CT-Brain

Foto Thoraks

7,502
29
118
22,9
99%
1,1
23,8
15,3

Elektrolit: Na
K
Cl

137
4,2
111

17

Resume
Pasien, perempuan, berumur 33 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran.
3 minggu SMRS, pasien melahirkan anak pertama secara Sectio Caesar di RS Karunia
Bunda. Setelah 1 minggu kemudian, pasien pulang tapi mengeluh sakit kepala namun tidak
terlalu mengganggu.
+ 4 hari SMRS, pasien mengeluh tiba-tiba sakit kepala, di kepala bagian depan dan nafsu
makan pasien sudah mulai menurun dan pasien mulai merasakan selalu ingin tidur.
+3 hari SMRS, pasien tiba-tiba demam, muntah 3-4x/hari dan didahului rasa mual dan rasa
sakit kepala semakin dirasakan.
+2 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke RS FK UKI dengan keluhan demam, nafsu makan
menurun, mual (+), muntah (+) dan diberikan beberapa macam obat.
+ 1 hari SMRS, pasien dibawa ke RS Karunia Bunda dan sempat dirawat. Kemudian saat di
RS tersebut, tetapi demamnya tidak turun juga dan pasien masih mual dam muntah. pasien
tiba-tiba kesadarannya menurun dan kemudian dirujuk ke RS FK UKI. Menurut keluarga
pasien, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak beberapa tahun ini.

Pada pemeriksaan fisik dan neurologis didapatkan :


Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran

: soporokoma, E2V1M6

Tekanan darah

: 150/100mmHg

Nadi

: 92x/menit

RR

: 24x/menit

Suhu

: 38,5oC

Status neurologis
Rangsang meningeal:
Kaku kuduk

:+

18

Saraf kranial
N.III, IV, VI (Okulomotorius, Tohlearis, Abdusen)
RCL +/+ lambat, RCTL +/+ lambat

Diagnosis
Klinis

: meningoensefalitis

Etiologi

: infeksi

Topis

: selaput meningen + parenkim otak

Therapy
-

Diet: NGT sementara dialirkan

IVFD: II RL
I Triofusin 1000 /24 jam

MM/ Terfacef 2x1 gr


Kemicetin 4x1 gr
OMZ drip 1x1

Prognosis
Ad vitam

: Dubia ad malam

Ad sanasionum

: Dubia ad malam

Ad fungsionum

: Dubia ad malam

FOLLOW UP
Kamis, 14 Mei 2009

PH: 1

S:
O: Status generalis: KU:TSB

TD: 110/80 mmHg

RR: ventilator
19

Kesadaran: E2VxM4

N: 120x/mnt

S: 38,50C

Status neurologis:
Laseque >700/ >700

Rangsang meningeal: kaku kuduk (+)


Bruzinski I

(-)

Kernig -/-

Bruzinski II: sulit dinilai


Nn.carniales:
N III, IV, VI: sikap bola mata simetris, pupil bulat, isokor, 5 mm/ 5mm, di tengah tepi
rata, refelk cahaya langsung +/+ lambat, reflek cahaya tidak langsung +/+ lambat
N V: reflek cahaya (+)
Motorik: tidak ada lateralisasi
Refleks fisiologis: biseps ++/++
APR ++/++
Refleks patologis: Babinski -/Chaddock -/-

triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-

Oppenheim -/A: Diagnosa klinis: meningoensefalitis


Diagnosa etilogis: infeksi
Diagnosa topis: selaput meningen+ ensefalon
P: Diet: NGT sementara dialirkan
IVFD: II RL
I Triofusin 1000/ 24 jam
MM/ Terfacef 2x1 gr
Kemicetin 4x1 gr (skin test dulu)
OMZ drip 1x1
Laboratorium:
LED: 36

Basofil: 0

ureum: 17

Hb: 13,8

eosinofil: 0

kreatinin: 0,7

Leuko: 13,4

batang: 0

GDS: 215

Eritrosit: 5,2 juta

segmen: 91

20

Hematokrit: 40,7 %

limfosit: 9

Trombosit: 332.000

monosit: 0

MCV: 78

protein total: 7,1

MCH: 26,5

albumin: 3,5

MCHC: 34

SGOT: 3,5

Retikulosit: 13

SGPT: 28

VP Shunt (pukul 11.00 WIB)

Jumat, 15 Mei 2009

PH: 2

S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E2VxM2

TD: 100/70 mmHg

RR: ventilator-CMV

N: 130x/mnt

S: 360C

Status neurologis:
Laseque >700/ >700

Rangsang meningeal: kaku kuduk (+)


Bruzinski I

(-)

Kernig -/-

Bruzinski II: sulit dinilai


Nn.carniales:
N III, IV, VI: sikap bola mata simetris, pupil bulat, isokor, 5 mm/ 5mm, di tengah tepi
rata, refelk cahaya langsung +/+ lambat, reflek cahaya tidak langsung +/+ lambat
N V: reflek cahaya (+)
Motorik: tidak ada lateralisasi
Refleks fisiologis: biseps ++/++
APR ++/++
Refleks patologis: Babinski -/Chaddock -/-

triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-

Oppenheim -/A: Diagnosa klinis: meningoensefalitis

21

Diagnosa etilogis: infeksi


Diagnosa topis: selaput meningen+ ensefalon
P: Diet: NGT sementara dialirkan
IVFD: II RL
I Triofusin 1000/ 24 jam
I RL + tramal (1x saja)
MM/ Terfacef 2x1 gr
Kemicetin 4x1 gr (skin test +)
OMZ drip 1x1
Ikaphenitoin 3x100 mg

Sabtu, 16 Mei 2009

PH: 3

S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E3VxM4

TD: 100/70 mmHg

RR: ventilator-CMV

N: 130x/mnt

S: 360C

Status neurologis:
Laseque >700/ >700

Rangsang meningeal: kaku kuduk (+)


Bruzinski I

(-)

Kernig -/-

Bruzinski II: sulit dinilai


Nn.carniales:
N III, IV, VI: sikap bola mata simetris, pupil bulat, anisokor, 4 mm/ 5mm, di tengah tepi
rata, refelk cahaya langsung +/+ lambat, reflek cahaya tidak langsung +/+ lambat
N V: reflek kornea (+)
Motorik: tidak ada lateralisasi
Refleks fisiologis: biseps ++/++
APR ++/++
Refleks patologis: Babinski -/Chaddock -/-

triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-

Oppenheim -/-

22

A: Diagnosa klinis: meningoensefalitis


Diagnosa etilogis: infeksi
Diagnosa topis: selaput meningen+ ensefalon
P: Diet: puasa
IVFD: II RL
I Triofusin 1000/ 24 jam
MM/ Terfacef 2x1 gr
OMZ drip 1x1
Ikaphenitoin 3x100 mg
Dumin supp k/p demam

Minggu, 17 Mei 2009

PH: 4

S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E3VxM4

TD: 120/80 mmHg

RR: ventilator-SimV

N: 110x/mnt

S: 36,80C

Status neurologis:
Laseque >700/ >700

Rangsang meningeal: kaku kuduk (+)


Bruzinski I

(-)

Kernig -/-

Bruzinski II: sulit dinilai


Nn.carniales:
N III, IV, VI: sikap bola mata simetris, pupil bulat, anisokor, 4 mm/ 5mm, di tengah tepi
rata, refelk cahaya langsung +/+ lambat, reflek cahaya tidak langsung -/N V: reflek kornea (+)
Motorik: tidak ada lateralisasi
Refleks fisiologis: biseps ++/++
APR ++/++
Refleks patologis: Babinski -/Chaddock -/-

triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-

Oppenheim -/-

23

A: Diagnosa klinis: meningoensefalitis


Diagnosa etilogis: infeksi
Diagnosa topis: selaput meningen+ ensefalon
P: Diet: Dextrose 5% 6x50 cc
IVFD: II NaCl 0,9 %
I Triofusin 1000
I RL
MM/ Terfacef 2x1 gr
OMZ drip 1x1
Ikaphenitoin 3x100 mg
Dumin supp k/p demam
KSR 2x1

Laboratorium:
Hb: 11,8
Leuko: 9300
Hematokrit: 34,9 %
Trombosit: 236.000
AGD: pH darah: 7,499
pCO2: 29,7
pO2: 214,5
HCO3: 23,4
Saturasi O2: 99,8 %
BE: 1,4
TCO2: 24,3
Konst O2: 15,7

24

Senin, 18 Mei 2009

PH: 5

S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E1VxM1

TD: 110/80 mmHg

RR: ventilator-SimV

N: 80x/mnt

S: 370C

Status neurologis:
Laseque >700/ >700

Rangsang meningeal: kaku kuduk (+)


Bruzinski I

(-)

Kernig -/-

Bruzinski II: sulit dinilai


Nn.carniales:
N III, IV, VI: sikap bola mata simetris, pupil bulat, anisokor, 4 mm/ 5mm, di tengah tepi
rata, refelk cahaya langsung +/+ lambat, reflek cahaya tidak langsung -/N V: reflek kornea (+)
Motorik: tidak ada lateralisasi
Refleks fisiologis: biseps +/+
APR +/+

triseps +/+
KPR +/+

Refleks patologis: Babinski -/Chaddock -/-

Gordon -/Schaefer -/-

Oppenheim -/A: Diagnosa klinis: meningoensefalitis


Diagnosa etilogis: infeksi
Diagnosa topis: selaput meningen+ ensefalon
P: Diet: SV 8 x 100 cc
IVFD: I RL
I Triparen 2
MM/ Terfacef 2x1 gr
OMZ drip 1x1
Ikaphenitoin 3x100 mg
Dumin supp k/p demam
KSR 2x1
PCT 3x1

25

Visit dr. Chintya, SpS:

Tes kalori: nistagmus (+)

I RL + Nootropil 6 gr/ 24 jam

Kalmetason 3x1 amp

Laboratorium:
AGD: pH darah: 7,542
pCO2: 27,3
pO2: 166,8
HCO3: 23,7
Saturasi O2: 99,8 %
BE: 3,0
TCO2: 24,5
Konst O2: 15,2
Protein total: 4,9
Albumin: 2,3
Globulin: 2,6
Ureum: 15
Kreatinin: 0,45
GDS: 204 gr/dL

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Hauser,Stephen,L (ed). Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2005
2. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta, IDAI, 1999,
hlm. 373 84
3. Mark Mumenthaler, Neurologi jilid 1, Bern, Swiss, 1989. hlm. 66 7
4. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997
5. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 163.htm
6. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 247.htm
7. http ://www.postgradmed.com/issue/guti.htm

27

Anda mungkin juga menyukai