MENINGOENSEFALITIS
Disusun Oleh :
HETTI FRAWATI SIMAMORA
02-151
Pembimbing:
dr. Tumpal Siagian, Sp.S
MENINGITIS
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig dan
Brudzinsky positif.
Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti
lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan
medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, gangguan
sensibilitas. Tanda-tanda khas penyakit ini adalah apatis, refleks pupil yang lambat dan refleksrefleks tendo yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan otak: periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis.
Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih
meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan radiologis:
Foto dada
Penatalaksanaan
1. Rejimen terapi: 2 HRZE 7 RH
a. 2 bulan pertama
INH
Rifampisin
Pirazinamid
: 15 - 30 mg/kg/hari, oral
Etambutol
: 15 20 mg/kg/hari, oral
b. 7 12 bulan berikutnya
INH
Rifampisin
2. Steroid
Diberikan untuk:
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi:
Kesadaran menurun
Defisit neurologist fokal
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2 minggu
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason
untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak.
Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergerakan ke kiri pada
hitung jenis.
4
Foto dada
Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suportif untuk
membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa
diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama minimal 10 hari
atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol disuntikkan
intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila pasien alergis
terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yagn disebabkan enterobacteriaceae.
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim, berikan:
campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg per infuse 2 kali 1 ampul per
hari, selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisiten terhadap penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi terhadap
penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi
dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari intravena. Pada anak ampisilin 400
mg/kgBB ditambah kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari intravena. Pada neonatus ampisilin
100-200 mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB perhari.
5
Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih demam, cari sebabnya di
antaranya:
1. Efusi subdural
2. Abses
3. Hidrosefalus
4. Empiema subdural
5. Trombosis
6. Sekresi hormone antidiuretik yang berkurang
7. Pada anak-anak: ventrikulitis
CSF lactic
acid
Glucose
Protein
Smear
<1/2 blood
glucose
>45 mg/dL
>35 mg/dL
Mild increase
Organisms
No
organisms
Marked increase
+,-
>35 mg/dL
Normal
Moderate or
marked decrease
<35 mg/dL
ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.
Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di dalam
paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma tembus otak atau
penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di
substansia alba karena perdarahan di sini kurang intensif dibandingkan dengan substansia grisea.
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang
disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah. Fibroblas sekitar pembuluh darah bereaksi
dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk
ke ventrikel dan menimbulkan kematian.
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri ,
akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala-gejala
tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu
7
nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada
lokasi dan luas abses.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus-kasus infeksi lainnya. Di samping itu dapat juga
dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), foto Rontgen kepala, bila mungkin CT-Scan
otak, atau arteriografi. Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat edema papil. Bila dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa peningkatan tekanan
intracranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein yang lebih besar daripada normal, dan
kadar klorida dan glukosa dalam batas-batas normal.
Diagnosis Banding
Pada kasus ensefalitis supuratif akut diagnosis bandingnya adalah neoplasma, hematoma
subdural kronik, tuberkuloma, hematoma intraserebri.
Penatalaksanaan
Pada ensefalitis supuratif akut diberikan ampisilin 4 x 3-4 g dan kloramfenikol 4 x 1 g per
24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk mengurangi edema otak. Bila
abses tunggal dan dapat dicapai dengan cara operasi sebaiknya dibuka dan dibersihkan tetapi bila
multiple, yang dioperasi ialah yang terbesar dan mudah dicapai.
Prognosis
Prognosis ensefalitis supuratif akut buruk karena angka kematian mencapai 50%.
Ensefalitis Sifilis
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui
permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga
terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf
pusat. Treponema pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain
susunan saraf pusat.
Manifestasi Klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan gejalagejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai
pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul
gangguan-gangguan motorik yang profresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang progresif.
Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang efektifnya kerja,
daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu, pasien kemudian tak
acuh terhadap pakaian dan penampilannya, tak acuh terhadap uang. Pada sebagian timbul
waham-waham kebesaran, sebagian menjadi depresif, lainnya maniakal.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan tes serologik darah
(VDRL, TPHA) dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis, kadar protein
meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologic positif. Sken otak dapat dilakukan bila dicurigai
ada komplikasi hidrosefalus
Penatalaksanaan
Terapi dengan medikamentosa yaitu:
Penisilin G dalam air: 12 24 juta unit/hari intravena dibagi 6 dosis selama 14 hari, atau
Penisilin prokain G: 2,4 juta unit/hari intramuskular + Probenesid 4 x 500 mg oral selama
14 hari
Dapat ditambahkan Benzatin penisilin G: 2,4 juta unit, intramuscklar, selama 3 minggu
Ensefalitis Virus
Etiologi
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus parotitis, virus
morbili, virus rabies, virus rubella, virus ensefalitis Jepang B, virus dengue, virus polio,
Cocksakie A, Cocksakie B, echovirus, dan virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA
(virus Herpes zoster-varisela, Herpes simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia dan AIDS).
10
Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila disebut sebagai
meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo-ensefalitis adalah konvulsi, gangguan
kesadaran (acute organic brain syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningoencephalomyelitis), gejala-gejala serebelar, nyeri, dan kaku kuduk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi terhadap
virus, pemeriksaan cairan otak: limfosit, monosit meningkat, kadar protein meninggi ringan,
kadar glukosa normal, kultur virus bila mungkin, EEG dan CT-Scan bila mungkin. Pada
ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran EEG khas berupa aktivitas
gelombang tajam periodic di temporal dengan latar belakang fokal/difus.
Penatalaksanaan
Pengobatan simtomatik diberikan untuk menurunkan demam dan mencegah kejang.
Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus diberikan pada
ensefaltis virus yang disebabkan herpes simpleks atau varisela zoster yaitu dengan memberikan
asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari selama 10 hari, atau 200 mg tiap 4 jam per oral.
Bila kadar hemoglobin (Hb) turun hingga 9 d/dl, turunkan dosis hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila
Hb kurang dari 7 g/dl, hentikan pengobatan dan baru diberikan lagi setelah Hb normal kembali
dengan dosis 200 mg per 8 jam.
11
STATUS NEUROLOGI
Nama (inisial)
: Ny.A
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 33 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Alamat
Masuk tanggal
: 13 Mei 2009
Anamnesis
Alloanamnesis
Keluhan utama
: penurunan kesadaran
12
tiba-tiba kesadarannya menurun dan kemudian dirujuk ke RS FK UKI. Riwayat darah tinggi
disangkal, jantung disangkal, kolesterol disangkal, riwayat stroke disangkal. Menurut
keluarga pasien, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak beberapa tahun ini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: Sopor, E2V1M6
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Suhu
: 38,5oC
Respirasi
: 24x/menit
Kuku
: Sianosis (-)
Kulit
: Sawo Matang
Pemeriksaan Regional
Kepala
: Normocephali
Mata
Toraks
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
: Oedem (-/-)
Pemeriksaan Neurologis
1. Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
:+
Kernig
: -/-
Laseque
: >700/>700
Brudzinski I
:-
Brudzinski II
: -/13
2. Nervus Cranialis:
N. II (Optikus)
Funduskopi
Kanan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
: simetris
Ptosis
: -/-
Strabismus
: Tidak ada
Eksoptalmus
: Tidak ada
Enoptalmus
: Tidak ada
Diplopia
: Tidak diperiksa
Deviasi konjuge
: Tidak ada
: Bulat
Letak
: di tengah
Tepi
: rata
Isokor
: Isokor
Ukuran
: 4 mm/4mm
Refleks Cahaya
Langsung
Konsensual
Kanan
+lambat
+lambat
:
:
Kiri
+lambat
+lambat
N.V (Trigesminus)
Refleks kornea
: +/+
Refleks maseter
: (+)
14
N. VII (Fasialis)
Sikap wajah (dalam istirahat) : simetris
Lagoftalmus
: -/-
Menyeringai
N. VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis
Nistagmus spontan
: sulit dinilai
Tes kalori
: tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: simetris
- atrofi
:-
Motorik
Tidak ada lateralisasi
Tonus Otot
Lengan
- Fleksor
- Ekstensor
Tungkai - Fleksor
- Ekstensor
Kanan
Kiri
:
:
:
:
normotoni
normotoni
normotoni
normotoni
normotoni
normotoni
normotoni
normotoni
Kanan
Eutrofi
Kiri
Eutrofi
Trofi Otot
Lengan
15
Tungkai
Eutrofi
Eutrofi
:-
Tetani
:-
Tremor
:-
Khorea
:-
Atetosis
:-
Balismus
:-
Diskinesia
:-
Mioklonik
:-
Koordinasi
Statis
Tidak bisa dilakukan
Dinamis
Tidak bisa dilakukan
Refleks
Refleks Tendo
Biseps
Triseps
KPR
APR
:
:
:
:
Kanan
++
++
++
++
Kiri
++
++
++
++
Refleks Kulit
Telapak kaki
Kulit perut
:
:
Kanan
+
+
Kiri
+
+
16
Refleks Abnormal
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gorodn
Schaeffer
:
:
:
:
:
Kanan
-
Kiri
-
Sensibilitas
Eksteroseptif : sulit dinilai
Proprioseptif : sulit dinilai
Vegetatif
Miksi
: kateter
Defekasi
: sulit dinilai
Salivasi
:-
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium:
pH darah
pCO2
pO2
HCO3
Sat O2
BE
TCO2
Konsentrasi O2
EKG
CT-Brain
Foto Thoraks
7,502
29
118
22,9
99%
1,1
23,8
15,3
Elektrolit: Na
K
Cl
137
4,2
111
17
Resume
Pasien, perempuan, berumur 33 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran.
3 minggu SMRS, pasien melahirkan anak pertama secara Sectio Caesar di RS Karunia
Bunda. Setelah 1 minggu kemudian, pasien pulang tapi mengeluh sakit kepala namun tidak
terlalu mengganggu.
+ 4 hari SMRS, pasien mengeluh tiba-tiba sakit kepala, di kepala bagian depan dan nafsu
makan pasien sudah mulai menurun dan pasien mulai merasakan selalu ingin tidur.
+3 hari SMRS, pasien tiba-tiba demam, muntah 3-4x/hari dan didahului rasa mual dan rasa
sakit kepala semakin dirasakan.
+2 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke RS FK UKI dengan keluhan demam, nafsu makan
menurun, mual (+), muntah (+) dan diberikan beberapa macam obat.
+ 1 hari SMRS, pasien dibawa ke RS Karunia Bunda dan sempat dirawat. Kemudian saat di
RS tersebut, tetapi demamnya tidak turun juga dan pasien masih mual dam muntah. pasien
tiba-tiba kesadarannya menurun dan kemudian dirujuk ke RS FK UKI. Menurut keluarga
pasien, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak beberapa tahun ini.
: soporokoma, E2V1M6
Tekanan darah
: 150/100mmHg
Nadi
: 92x/menit
RR
: 24x/menit
Suhu
: 38,5oC
Status neurologis
Rangsang meningeal:
Kaku kuduk
:+
18
Saraf kranial
N.III, IV, VI (Okulomotorius, Tohlearis, Abdusen)
RCL +/+ lambat, RCTL +/+ lambat
Diagnosis
Klinis
: meningoensefalitis
Etiologi
: infeksi
Topis
Therapy
-
IVFD: II RL
I Triofusin 1000 /24 jam
Prognosis
Ad vitam
: Dubia ad malam
Ad sanasionum
: Dubia ad malam
Ad fungsionum
: Dubia ad malam
FOLLOW UP
Kamis, 14 Mei 2009
PH: 1
S:
O: Status generalis: KU:TSB
RR: ventilator
19
Kesadaran: E2VxM4
N: 120x/mnt
S: 38,50C
Status neurologis:
Laseque >700/ >700
(-)
Kernig -/-
triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-
Basofil: 0
ureum: 17
Hb: 13,8
eosinofil: 0
kreatinin: 0,7
Leuko: 13,4
batang: 0
GDS: 215
segmen: 91
20
Hematokrit: 40,7 %
limfosit: 9
Trombosit: 332.000
monosit: 0
MCV: 78
MCH: 26,5
albumin: 3,5
MCHC: 34
SGOT: 3,5
Retikulosit: 13
SGPT: 28
PH: 2
S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E2VxM2
RR: ventilator-CMV
N: 130x/mnt
S: 360C
Status neurologis:
Laseque >700/ >700
(-)
Kernig -/-
triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-
21
PH: 3
S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E3VxM4
RR: ventilator-CMV
N: 130x/mnt
S: 360C
Status neurologis:
Laseque >700/ >700
(-)
Kernig -/-
triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-
Oppenheim -/-
22
PH: 4
S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E3VxM4
RR: ventilator-SimV
N: 110x/mnt
S: 36,80C
Status neurologis:
Laseque >700/ >700
(-)
Kernig -/-
triseps ++/++
KPR ++/++
Gordon -/Schaefer -/-
Oppenheim -/-
23
Laboratorium:
Hb: 11,8
Leuko: 9300
Hematokrit: 34,9 %
Trombosit: 236.000
AGD: pH darah: 7,499
pCO2: 29,7
pO2: 214,5
HCO3: 23,4
Saturasi O2: 99,8 %
BE: 1,4
TCO2: 24,3
Konst O2: 15,7
24
PH: 5
S:
O: Status generalis: KU:TSB
Kesadaran: E1VxM1
RR: ventilator-SimV
N: 80x/mnt
S: 370C
Status neurologis:
Laseque >700/ >700
(-)
Kernig -/-
triseps +/+
KPR +/+
25
Laboratorium:
AGD: pH darah: 7,542
pCO2: 27,3
pO2: 166,8
HCO3: 23,7
Saturasi O2: 99,8 %
BE: 3,0
TCO2: 24,5
Konst O2: 15,2
Protein total: 4,9
Albumin: 2,3
Globulin: 2,6
Ureum: 15
Kreatinin: 0,45
GDS: 204 gr/dL
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Hauser,Stephen,L (ed). Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2005
2. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta, IDAI, 1999,
hlm. 373 84
3. Mark Mumenthaler, Neurologi jilid 1, Bern, Swiss, 1989. hlm. 66 7
4. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997
5. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 163.htm
6. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 247.htm
7. http ://www.postgradmed.com/issue/guti.htm
27