Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan akan energi listrik sangatlah tinggi. Hampir setiap
kegiatan manusia membutuhkan energi listrik di dalamnya sehingga dalam setiap
bangunan diperlukan adanya suatu instalasi listrik. Di dalam instalasi listrik suatu
bangunan terdapat generator yang akan mensuply listrik saat sumber listrik dari
PLN terputus. Generator yang digunakan untuk mengubah energi kimia atau
kinetik menjadi energi listrik terbagi dua yaitu. Generator AC dan DC. Generator
AC adalah generator yang menghasilkan arus listrik bolak-balik, sedangkan
generator DC generator yang menghasilkan arus listrik searah. Agar generator
dapat bertahan lebih lama, faktor yang harus di perhatikan antara lain adalah
perawatan yang benar.
Perawatan

adalah suatu konsep dari semua aktivitas yang diperlukan

untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi
dengan baik seperti dalam kondisi sebelumnya.
Dari pengertian diatas, dapat diartikan bahwa :

Fungsi

perawatan

sangat

berhubungan

erat

dengan

proses

berlangsungnya pekerjaan

Peralatan yang dapat digunakan terus menerus adalah hasil adanya


perawatan

Aktivitas perawatan banyak berhubungan erat dengan pemakaian


peralatan, bahan pekerjaan, cara penanganan dlln.

Aktivitas perawatan harus dikontrol berdasarkan pada kondisi yang


terjaga.

1.2 Maksud dan Tujuan


Penulisan laporan kerja praktek ini bertujuan untuk :
1.2.1

Mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan mata


kuliah yang didapat dikampus serta penerapannya didunia usaha atau
dunia kerja.

1.2.2
1.2.3
1.2.4

Sebagai petunjuk jawaban tertulis setelah kerja praktek.


Memahami pengoperasian generator set yang benar
Memahami cara perawatan generator set yang benar

1.3 Batasan Masalah


Isi laporan kerja praktik ini adalah tentang bagaimana cara mengoperasikan
generator set dengan benar serta bagaimana cara melakukan perawatan dengan
benar.
1.4 Metodologi Studi
Ada beberapa metode atau cara penulis lakukan dalam mengumpulkan datadata yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam penulisan laporan ini,
Yaitu:

1.4.1

Metode observasi
Penulis mendapatkan data yang tidak diperoleh melalui interview,

1.4.2

seperti spesifikasi alat dan proses yang rumit.


Metode Literatur
Dalam hal ini penuis mencari referensi buku, membaca dan mencatat

1.4.3

untuk memperjelas data-data.


metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh obyek sehingga dapat lebih

1.4.4

memperjelas obyek dengan benar.


Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi lima
bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metodologi studi
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM CV. IKHSAN TEKNIK
Berisi tentang profil perusahaan, struktur, dan manajajemen
perusahaan.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Pengertian generator set serta komponen-komponennya.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang bagaimana pengoperasian dan perawatan generator
set yang benar.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari kerja praktek dan saran dari penulis
serta daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN UMUM CV. IKHSAN TEKNIK
2.1 Sejarah CV. Ikhsan Teknik
Listrik sudah menjadi kebutuhan yang harus ada sekarang ini. Sejak listrik
ditemukan oleh Thales, seorang cendikiawan Yunani, lalu dikembangkan oleh Ben
Franklin di tahun 1752, lalu terciptanya baterai oleh Alesandro Volta dari Italia
pada tahun 1880, dan akhirnya terciptanya medan magnet listrik oleh seorang
ilmuan Inggris Michael Faraday, sampai tercipyanya cahaya lampu oleh Thomas

Alfa Edison tahun 1879, Listik sudah melekat dikehidupan sehari hari warga di
dunia ini.
Latar belakang didirikannya CV. Ikhsan Teknik yaitu, melihat kegunaan
listrik sekarang sudah bersifat universal, apalagi di dunia modern saat ini, Listrik
sudah sangat dibutuhkan, bahkan mungkin bisa dikatakan sekarang mungkin
manusia sudah tidak dapat dipisahkan dari Listrik. Disamping itu melihat potensi
pasar dibidang kelistrikan dan mekanikal masih cukup besar karena pada dasarnya
kebutuhan listrik bagi masyarakat Indonesia akan terus bertambah dari tahun
ketahun. Oleh karena itu kami CV. Ikhsan Teknik, sebagai kontraktor listrik dan
perdagangan umum, akan berusaha membantu anda dalam hal pekerjaan yang
berhubungan dengan kelistrikan dan mekanikal. CV. Ikhsan Teknik akan selalu
berusaha untuk bersikap professional dan dipercaya untuk melakukan pekerjaan
listrik dan mekanikal.
CV. Ikhsan Teknik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor
listrik dan perdagangan umum, memiliki tenaga ahli yang terampil dan sudah
berpengalaman dalam hal kelistrikan dan mekanikal, yang sudah diakui oleh
customer yang sudah menggunakan jasa kami sebagai kontraktor listrik dan
perdagangan umum. CV. Ikhsan Teknik, selalu memegang prinsip bahwa kami
adalah pekerja yang profesional dan bertanggung jawab, dan akan memberikan
pelanggan kepuasan yang tidak dalam jangka waktu sebentar, tetapi dalam jangka
waktu yang lama.
CV. Ikhsan Teknik adalah sebagai salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang

Kontraktor

Mekanikal Elektrikal,Perdagangan umum dan

maintenance telah menyumbangkan partisipasinya dalam pembangunan industri


kelistrikan di Indonesia dan secara aktif terlibat dalam aktivitas pembangunaan
dan

pemeliharaan

jaringan

perkantoran pemerintah

listrik

maupun pemeliharaan listrik gedung

dan hasil setiap pekerjaan untuk mengutamakan

kepuasan pelanggan dengan selalu menjaga kualitas pekerjaan.


Adapun visi dan misi dari CV. Ikhsan Teknik adalah sebagai berikut :
Visi :
1. Membangun kepercayaan masyarakat dengan norma, etika, kepedulian
dan kualitas terbaik.
2. Mengembangkan SDM yang tangguh, inovatif, berkualitas, terus
belajar (long life learning) dan motivasi untuk mengutamakan
kepuasan pelanggan.
3. Berperan secara aktif dan maksimal dalam memberikan kontribusi
pemikiran dan Masyarakat dengan selalu mengikuti standar yang telah
ditentukan oleh ISO.
4. Menjadi perusahaan yang Unggul dan Tangguh dalam bidang
Mechanikal & Electrical yang sangat dibutuhkan dalam pembanguna
di Indonesia serta mampu menghadapi persaingan global.
Misi :
1. Mengutamakan Mutu dan Pelayanan Demi Kepuasan Pelanggan.
2. Menjadi Mitra Usaha yang Handal dan Terpercaya.
3. Menjadi Asset yang Berharga dan Membanggakan Bagi Masyarakat,
bangsa dan Negara.

2.2 Struktur Organisasi dan pola majemen CV. Ikhsan Teknik

Mencapai tujuan organisasi perusahaan dibutuhkan koordinasi yang


baik antara satu bagian dengan bagian yang lainya dalam kegiatan yang ada pada
instansi. Oleh karna itu,, dibutuhkan sebuah struktur organisasi agar tercipta
hubungan yang baik dan harmonis satu sama lain. Detail struktur organisasi pada
CV. Ikhsan Teknik adalah sebagai berikut:

Direktur
Sudardi

Wakil Direktur

Sekertaris

Pujo Kristiyono

Septi Soraya

Administrasi

Project Manager

Keuangan

Mursilah

Wahyu Wintoro

Mursilah

Ahli Teknik

Site Manager

Marketing

Santoso

Puji Haryanto
7

Miftakur Rozaq

Divisi Project
Supervisor

Gudang/ Logistik
Rochyadi

Rochimin

Divisi
Maintenance
Supervisor
Antoro

Pelaksana

Pelaksana

Gambar : 2.1 Struktur Organisasi CV. Ikhsan Teknik

2.3 Lokasi CV. Ikhsan Teknik


CV. Ikhsan Teknik terletak di Jl. Sendang Bendo III Gedawang
Banyumanik Kota Semarang,Jawa Tengah
Nama Perusahaan

: CV.IKHSAN TEKNIK

Alamat Pendirian

: Jl. Sendang Bendo III Gedawang Banyumanik


Kota Semarang,Jawa Tengah

Alamat Operasional : Jl. Sendang Bendo III Gedawang Banyumanik


Kota Semarang,Jawa Tengah
Phone

: 024-76922110

Fax

: 024-76922110

Mobile

: 085727362827.085227596145.

E-mail

: ikhsanteknik@gmail.com

Website

: www.ikhsanteknik.com

BAB III
DASAR TEORI
3.1 Pengertian Generator
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi
tenaga listrik melalui proses induksi magnetik. Generator ini memperoleh energi
mekanis dari prime mover. Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan
sebutan alternator. Generator didesain untuk mampu mensuplai tenaga listrik
ketika terjadi gangguan, yang kemudian suplai tersebut digunakan untuk beban
prioritas

Genset (Generator set) adalah perangkat kombinasi antara pembangkit


listrik (generator) dan mesin penggerak yang digabung dalam satu set unit untuk
menghasilkan tenaga listrik. Mesin penggerak pada genset umumnya merupakan
mesin pembakaran internal berupa motor / mesin diesel dengan bahan bakar solar
mesin dengan bahan bakar bensin. Genset mampu digunakan sebagai sistem
cadangan listrik atau "off-grid" (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan
pemakai).
Generator terpasang satu poros dengan motor diesel, yang biasanya
memakai generator sinkron (alternator) pada pembangkitan. Generator sinkron
mempunyai dua bagian utama yaitu: sistem medan magnet dan jangkar.
Konstruksi generator adalah sebagai berikut :
1. Rangka Stator
Rangka stator merupakan penopang dan rumah bagi bagian-bagian
generator yang lain.
2. Stator
Stator merupakan bagian dari generator yang tidak bergerak atau diam.
Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat-baja beralur yang didukung
dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat-baja yang
dipabrikasi.
3. Rotor
Rotor merupakan bagian dari generator yang berputar. Perputaran rotor
disebabkan oleh medan magnet dari lilitan kawat pada rotor yang diberi
eksitasi.
4. Slip Ring (Cicin Geser)
Slip ring di buat dari bahan kuningan atau tembaga yang di pasang pada
poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersamasama dengan poros dan rotor.

10

Pada umumnya generator AC ini dibuat sedemikian rupa, sehingga lilitan


tempat terjadinya GGL induksi tidak bergerak, sedemikian kutub-kutub akan
menimbulkan medan magnet berputar. Generator itu disebut dengan generator
berkutub dalam. [A.E. Fitzgerald. Mesin Mesin Listrik. PT. Gelora Aksara
Pratama. Jakarta]
Keuntungan generator kutub dalam adalah dapat mengambil arus yang
tidak dibutuhkan pada cincin geser. Karena lilitan-lilitan tempat terjadinya GGL
itu tidak berputar, maka generator sinkron sangat cocok untuk mesin-mesin
dengan tegangan yang tinggi dan arus besar.
Secara umum, kutub magnet generator sinkron dibedakan atas :
1. Kutub magnet dengan bagian kutub yang menonjol (salient pole).
Konstruksi seperti ini digunakan untuk putaran rendah, dengan jumlah
kutub yang banyak. Diameternya besar dan berporos pendek.
2. Kutub magnet dengan bagian kutub yang tidakmenonjol (non salient pole).
Konstruksi seperti ini digunakan untuk putaran tinggi (1500 rpm sampai
dengan 3000 rpm), dengan jumlah kutub yang sedikit. Kira kira 2/3 dari
seluruh permukaan rotor dibuat alur-alur untuk tempat lilitan penguat.
Yang 1/3 bagian lainnya merupakan bagian yang utuh, yang berfungsi
sebagai inti kutub.
Mesin sinkron yang berputar pada kecepatan sinkron akan menghasilkan
tegangan yang mempunyai frekuensi yang memenuhi persamaan sebagai berikut :
f = p n / 60
Dimana :

f = Frekuensi sumber AC (Hz)


11

P = Jumlah pasang kutub mesin


n = Putaran / menit atau rpm

3.1.1

Cara Kerja Generator

3.2 Karakteristik Dioda


Setiap dioda memiliki karakteristik yang berbeda setiap jenisnya.
Karakteristik-karakteristik tersebut adalah:
1.

Tegangan cut-in

2.

Tegangan breakdown

3.

Kemiringan kurva yang berarti besarnya resistansi dinamis pada titik


tersebut

4.

Beberapa kemungkinan penggunaan diode berdasarkan karakteristiknya


Berdasarkan karakteristik-karakteristik diatas, bisa didapat beberapa

kemungkinan penggunaan dioda tersebut.


3.3 Penyearah
Ada tiga jenis penyearah gelombang sinyal: penyarah gelombang
setengah, penyearah gelombang penuh dengan trafo center tapper, dan penyearah
gelombang penuh tipe jembatan.
Tegangan pada rangkaian penyearah gelombang penuh diperoleh sebesar:
1
V O=V P V r
2

12

.(3.1)

VP adalah magnituda tagangan puncak AC yang disearahkan dan tegangan ripplenya sebesar:
V r=

Vp
2 fCR

(3.2)

Dengan f adalah frekuensi sinyal AC jala-jala yang digunakan, C


kapasitansi filter dan R bebad pada rangkaian penyearah dan filter.
Untuk catu daya DC murni, ripple harus bernilai nol. Bisa diperoleh
dengan nilai R beban tak hingga atau nilai C tak hingga.
Karena catu daya ini tidak ideal, tegangan output-nya mengalami
degradasi, dimodelkan dengan rangkaian Thevenin dengan sumber tegangan dan
resistansi output. Resistansi output dapat dimodelkan dihitung:
RO=

1
4 fC

..(3.3)

Besaran ini menentukan berapa besar degradasi tegangan. Besaran lain


yang bisa digunakan adalah faktor regulasi tegangan VR, dihitung dengan:
VR=

V nl V fl
100 .(3.4)
V fl
Dengan Vnl adalah tegangan tanpa beban dan Vfl adalah tegangan beban

penuh.
3.4 Filter RC
Sebuah rangkaian resistor-kapasitor (RC circuit), atau RC filter atau RC
network, adalah rangkaian listrik yang terdiri dari resistor dan kapasitor didorong
oleh tegangan atau sumber arus Perintah sirkuit RC pertama terdiri dari satu
resistor dan satu kapasitor dan merupakan jenis yang paling sederhana dari
rangkaian RC.

13

Rangkaian filter yang sederhana bias dibuat dengan merangkai komponen


R dan C dengan nilai tertentu. Rangkaian inilah yang akan memanfaatkan
perubahan nilai reaktansi suatu kapasitor yang sangat tergantung pada frekuensi
dari arus yang dilewatkan pada kapasitor tersebut.
2 f C

1
Xc=

(3.5)

Dimana Xc

: rektansi kapasitif (Ohm)

: frekuensi sinyal yang lewat C (Hz)

: nilai kapasitor (farad

3.5 Rangkaian Clipper


Rangkaian

clipper

(pemotong)

berfungsi

untuk

memotong

atau

menghilangkan sebagian sinyal masukan yang berada di bawah atau di atas level
tertentu. Contoh sederhana dari rangkaian clipper adalah penyearah setengah
gelombang. Rangkaian ini memotong atau menghilangkan sebagian sinyal
masukan di atas atau di bawah level nol. Rangkaian dasar dari sebuah clipper atau
pemotong sinyal dapat menggunakan sebuah dioda. Secara umum rangkaian
clipper menggunakan dioda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: rangkaian
clipper seri dan rangkaian clipper paralel. Rangkaian clipper seri berarti dioda
berhubungan secara seri dengan beban, sedangkan clipper paralel berarti dioda
dipasang paralel dengan beban. Sedangkan untuk masing-masing jenis tersebut
dibagi menjadi clipper negatip (pemotong bagian negatip) dan clipper positip
(pemotong bagian positip).
3.6 Rangkaian Clamper
Rangkaian clamping adalah suatu rangkaian yang menggenggam sinyal
pada level dc yang berbeda. Rangkaian harus memiliki paling tidak sebuah
kapasitor, sebuah diode, dan sebuah resistor, tetapi dapat juga menggunakan

14

tambahan sebuah sumber dc. Besaran nilai R dan C harus dipilih sehingga time
constant = RC adalah cukup besar untuk menjamin tegangan pada kapasitor
tidak berkurang secara signifikan selama diode tidak menghantar. Dalam
keseluruhan analisa disini diasumsikan untuk keperluan praktis kapasitor akan
terisi penuh atau menjadi kosong sama sekali dalam 5 kali time constant.
3.7 Transistor bjt
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika paling penting.
Terdapat dua jenis transistor berdasarkan jenis muatan penghantar listriknya, yaitu
bipolar dan unipolar. Dalam hal ini akan kita pelajari transistor bipolar. Transistor
bipolar terdiri atas dua jenis, bergantung susunan bahan yang digunakan, yaitu
jenis NPN dan PNP. Simbol hubungan antara arus dan tegangan dalam transistor
ditujukkan oleh gambar berikut ini.

Gambar 3.1 Transistor BJT NPN

15

Gambar 3.2 Transistor BJT PNP

Terdapat suatu hubungan matematis antara besarnya arus kolektor (IC),


arus Basis (IB), dan arus emitor (IE), yaitu beta () = penguatan arus DC untuk
common emitter, alpha ()= penguatan arus untuk common basis, dengan
hubungan matematis sebagai berikut.

IC
IB

IC
IE

dan

, (3.6)

besarnya arus kolektor (IC)


arus Basis (IB)
arus emitor (IE
beta ()= penguatan arus DC untuk common emitte
alpha ()= penguatan arus untuk common basis
sehingga

1
1

(3.7)

Karakteristik sebuah transistor biasanya diperoleh dengan pengukuran arus


dan tegangan pada rangkaian dengan konfigurasi common emitter (kaki emitter
terhubung dengan ground), seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

16

Gambar 3.3 Karakteristik transistor biasanya dengan konfigurasi common emitter


Dari Terdapat dua buah kurva karakteristik yang dapat diukur dari rangkaian
diatas, yaitu:

Karakteristik IC - VBE

Karakterinstik IC - VCE

3.8 kurva Karakteristik IC - VBE


Arus kolektor merupakan fungsi eksponensial dari tegangan VBE,
I C I ES eVBE / kT

sesuai dengan persamaan:

. Persamaan ini dapat

digambarkan sebagai kurva seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.4 grafik kemiringan dari kurva

17

Dari kurva di atas juga dapat diperoleh transkonduktansi dari transistor,


yang merupakan kemiringan dari kurva di atas, yaitu

gm

I C
V BE
(3.8)

3.9 kurva Karakteristik IC VCE

Arus kolektor juga bergantung pada tegangan kolektor-emitor. Titik kerja


(mode kerja) transistor dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu daerah aktif, saturasi,
dan cut-off. Persyaratan kondisi ketiga mode kerja ini dapat dirangkum dalam
tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Titik kerja (mode kerja) transistor.


Mode
kerja
Aktif
Saturas

IC
=.IB
Max

VCE
=VBE+VCB
~ 0V

VBE
~0.7V
~0.7V

VCB

Bias B- Bias B-

0
-

C
Reverse
Forward

E
Forward
Forward

0.7V<VCE<

Cut-Off ~ 0

0
0

=VBE+VCB

Dalam kurva IC-VCE mode kerja transistor ini ditunjukkan pada area-area dalam
gambar berikut ini.

18

Gambar 3.5 kurva IC-VCE mode kerja transistor

BAB IV
ANALISIS
4.1 Karakteristik Dioda
Setiap dioda memiliki karakteristik yang berbeda setiap jenisnya. Karakteristikkarakteristik tersebut adalah:
1
2
3

Tegangan cut-in
Tegangan breakdown
Kemiringan kurva yang berarti besarnya resistansi dinamis pada titik
tersebut.

4.2 Alat dan Bahan:


19

Kit Praktikum Karakteristik Dioda & Rangkaian Penyearah

Sumber tegangan DC

Trafo CT 15 V

(1 buah)

Osiloskop

(1 buah)

Multimeter

(1 buah)

Dioda 1N4002

(3 buah)

Dioda Zener 5V1

(2 buah)

Resistor Variabel

(1 buah)

Resistor 150k

(1 buah)

Kapasitor 10 F

(1 buah)

Breadboard

(1 buah)

Kabel-kabel

(2 buah)

4.3. Percobaan
1: Karakteristik Dioda
Bagan1: Langkah percobaan karakteristik dioda

Gambar 4.1 Rangkaian percobaan 1


4.4 Percobaan 2: Penyearah dan Filter

20

Bagan2: Langkah percobaan rangkaian penyearah dan filter

Gambar 4.2 Rangkaian penyearah setengah gelombang

Gambar 4.3 Setelah dipasang Rm

Gambar 4.4 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh dengan Trafo Center


Tapped

Gambar 4.5 Penyearah Gelombang Penuh Tipe Jembatan


4.4. Percobaan
4.4.1: Rangkaian Clipper

21

4.4.2: Langkah percobaan rangkaian clipper

Gambar 4.6 Rangkaian clipper dengan tegangan DC

Gambar 4.7 Rangkaian clipper dengan dioda zener

4.5. Percobaan
4.5.1: Rangkaian Clamper

Gambar 4.8 Rangkaian clamper


4.6.

HASILDANANALISIS
4.6.1 Percobaan 1: Karakteristik Dioda

Tabel 4.1 Hasil percobaan karakteristik dioda


Jenis

Teganga

Tegangan

Catata

Dioda

n Cut-In

Breakdow

22

(V)

n
(V)

Silikon

0.9

-3,8

VS =
12 Vpp

Germaniu

-0.3

-9

VS =
12 Vpp

Zener

0.6

-2.6

VS =
20 Vpp

4.6.2 Kurva karakteristik Dioda


a. Diode Silikon

Gambar 4.9 Kurva Ch 2 Silikon

Gambar 4.10 Kurva i-v dioda silikon. Skala horizontal dan vertikal 1 V/div.

23

b. dioda germanium

Gambar 4.11 Kurva Ch 1 dioda Germanium

Gambar 4.12 Kurva Ch 1 dioda Germanium

24

Gambar1 4.13 Kurva i-v dioda germanium. Skala horizontal dan vertikal 1 V/div.
c. Dioda zener.

Gambar 4.14 Kurva Ch 1 dioda Zener

Gambar 4.15 Kurva Ch 2 dioda Zener

25

Gambar 4.16 Kurvai-v dioda zener. Skala horizontal dan vertikal 1 V/div.
Dari Tabel 1, bisa dilihat bahwa tegangan cut-in dioda silikon dan zener
hampir sama. Dioda germanium memiliki tegangan cut-in lebih rendah, yang
berarti dioda germanium lebih mendekati dioda ideal.
Saat tegangan melebihi nilai cut-in dioda, arus mengalir melalui dioda.
Kondisi ini yang disebut forward bias. Kebalikannya, saat tegangan lebih kecil
dari nilai cut-in dioda, arus yang mengalir sama dengan nol, yang berarti tidak ada
arus yang mengalir. Kondisi ini disebut reverse bias.
Pada ketiga kurva diatas, nilai arus yang mengalir diwakili dengan sumbu
Y. Sebenarnya, sumbu Y menunjukkan tegangan pada resistor. Karena resistor
yang digunakan bernilai 27 , berarti arus yang mengalir sebesar:
iR =

v out
27

(4.1)

Tegangan breakdown dioda silikon dan germanium pada data di tabel


didapat dengan melihat ujung grafik. Kenyataannya, tegangan breakdown dioda
silikon dan germanium cukup besar, sekitar 40 V. Tetapi, pada percobaan ini
kedua dioda tidak benar-benar dicoba hingga tegangan breakdown karena akan
merusak dioda tersebut.
Berbeda dengan dioda zener, yang memang dimaksudkan untuk bekerja
pada tegangan breakdown. Setelah tegangan VS diperbesar, akan terlihat ekor
pada kurva i-v dioda zener, yang merupakan tegangan breakdownnya. Dioda zener

26

belum rusak pada tegangan breakdownnya. Pada area lain, dioda zener berfungsi
seperti dioda biasa.
Seharusnya, tegangan breakdown dioda zener yang diukur adalah 7.5 V,
seperti yang tertera pada dioda zenernya. Tetapi perbedaannya cukup dekat.
4.6.3 Percobaan 2: Penyearah dan Filter
Tabel 4.2 Hasil percobaan 2
Rangkaian

V DC

diamati

()

(F)

(V)

Penyearah

V ripple
per-hitungan
(V)

V ripple

Arus

peng-

f arus

maksi

amatan

ripple

(Hz)

mum

(V)

(Hz)

(A)

R
output
()

470

5.91

50

50

1000

2.78

50

50

6.4

gelombang
setengah
dengan

27

resistansi
konstan
Penyearah

27

5.91

50

50

6,4

gelombang

180

12.5

0.89

1.5

50

50

0.9

6,4

15

0.15

0.4

50

50

0.1

470

5.91

100

100

1000

2.78

100

100

5.91

100

100

6.4

13

0.89

100

100

0.9

setengah
dengan
kapasitansi

470
1000

konstan
Penyearah
gelombang
penuh 2
dioda

27

dengan
resistansi
konstan
Penyearah

27

gelombang
penuh 2
dioda
dengan

180

470

kapasitansi
konstan

27

Penyearah

470

9.5

5.91

1.6

100

100

1.2

6.4

1000

2.78

100

100

1.2

9.5

5.91

1.6

100

100

1.1

6.4

13

0.89

100

100

1.1

6.4

gelombang
penuh
jembatan

27

dengan
resistansi
konstan
Penyearah

27

gelombang
penuh
jembatan
dengan

180

470

resistansi
konstan

Data yang didapat dari Tabel 2 banyak yang kurang akurat, karena sudah
kehabisan waktu. Pengukuran yang benar-benar dilakukan hanya sampai arus
maksimum.
Dari data diatas, bisa dilihat pengaruh R dan C pada penyearah dan filter.
Nilai kapasitansi C tidak terlalu mempengaruhi besarnya tegangan DC (V DC),
tetapi semakin besar nilainya, akan semakin kecil ripple pada output. Sementara
itu, nilai resistansi R mempengaruhi VDC dan ripple; semakin besar nilai R akan
semakin besar tegangannya dan semakin kecil ripple-nya. Hubungan antara ripple
dan nilai R & C sesuai dengan teori.
Hasil perhitungan cukup jauh berbeda, tetapi hasil dari percobaan lebih
menunjukkan yang seharusnya terjadi.
Ada yang salah pada saat pengukuran data frekuensi ripple dan arus.
Untuk penyearah gelombang setengah, frekuensi ripple memang sama dengan
frekuensi input, 50 Hz. Tetapi, untuk gelombang penuh, seharusnya frekuensi
ripple adalah 2 kali frekuensi output (100 Hz) karena untuk penyearah gelombang
penuh, baik nilai tegangan positif maupun negatif disearahkan menjadi tegangan
DC positif. Data pada tabel 2 sudah diperbaiki.

28

Arus maksimum diukur dengan mengukur tegangan yang melalui resistor


Rm. Pada percobaan ini, Rm yang digunakan nilai resistansinya 0.2 . Nilai
resistansi memang harus sangat kecil agar tidak membebani rangkaian. Bisa
dilihat dari data, nilai R juga mempengaruhi besar arus yang terukur. Grafik yang
didapat sudah sesuai dengan teori.

Gambar 4.17 Grafik arus yang mengalir pada Rm


Nilai resistansi output diukur dengan membandingkan besar tegangan saat
tidak ada beban (Vnl) dengan saat diberi beban dengan resistor variabel. Apabila
nilai tegangan pada beban sudah mencapai separuh dari Vnl, sesuai dengan prinsip
pembagi tegangan, nilai resistansi output sama dengan nilai resistansi pada
resistor variabel.
4.6.4 Percobaan 3: Rangkaian Clipper

Gambar 4.18 Grafikrangkaian clipper dengansumbertegangan DC


Pada rangkaian clipper dengan sumber tegangan DC, sinyal sinusoidal dari
trafo akan terpotong pada batas 5 + 0.7 V, dengan 0.7 V adalah voltage drop pada
dioda. Ini terjadi karena saat tegangan sangat positif (VS 5.7 V), dioda di sebelah
kiri akan forward bias sehingga short, dan tegangan yang terukur adalah tegangan
dioda ditambah sumber tegangan sumber DC. Saat tegangan sangat negatif (Vs

29

-5.7 V), dioda sebelah kanan yang short, sehingga tegangan terukur juga tegangan
dioda ditambah tegangan sumber DC. Diantara dua nilai tersebut (-5.7 > V out>
5.7), kedua dioda reverse bias sehingga tegangan yang terukur sama dengan
tegangan sumber.

Gambar 4.19 Grafikrangkaian clipper dengandioda zener


Pada rangkaian clipper dengan dioda zener, tegangan juga hanya bisa naik
dan turun pada batas tertentu. Pada rangkaian ini, batasnya adalah tegangan
breakdown dioda zener. Pada saat tegangan sangat positif, dioda diatas forward
bias dan yang dibawah breakdown, sehingga yang terukur adalah tegangan
breakdown zener. Begitu kebalikannya.
Kemudian, saat tidak satupun dari keduanya yang berada pada tegangan
breakdown, tegangan yang terukur akan mengikuti sumber tegangan karena kedua
dioda keadaannya reverse bias.
Kedua grafik diatas tidak terlalu akurat; grafik yang sebenarnya tidak
terpotong lurus, tetapi agak landai, terutama dioda zener. Ini karena dioda yang
digunakan tidak ideal sehingga ada sedikit perubahan tegangan.
4.6.4 Percobaan 4: Rangkaian Clamper

30

Gambar 4.20 Grafik tegangan setelah melalui rangkaian clamper


Grafik tegangan menyerupai sumber, tetapi bergeser keatas sejauh 20 V.
Pergeserannya disebabkan tegangan DC dan resistor yang memuat tegangan dari
trafo.
4.7 KARAKTERISTIK BJT
4.7.1 Alat dan Komponen

DC power supply

Kit Percobaan Karakteristik & Rangkaian Bias

Sumber arus konstan

Multimeter 4 buah

Osiloskop

Generator sinyal

4.7.2 Bagian3: Percobaan 1


1. Karakteristik Input Transtistor IB-VBE

31

Gambar 4.21 Percobaan 1


4.7.3 Bagan4: Percobaan 2
1. Karakteristik Output Transistor IC-VCE

Gambar 4.22 Pembiasan dengan arus konstan


4.7.4 Bagan5: Percobaan 3
1.Early Effect

Gambar 4.23 Pembiasan diskrit


32

4.7.5 Bagan: Percobaan 4


1. Pengaruh Bias pada Kerja Transistor

Gambar 4.24 Percobaan 4

4.8 Karakteristik Input Transistor IB-VBE


Table 4.3 Karakteristik Input Transistor IB-VBE
VBE

IB

IC

(V)

(mA)

(mA)

0.1

0.2

0.1

0.4

0.1

0.5

0.1

0.54

0.13

0.58

0.72

0.62

0.035

0.66

0.25

2.01

0.70

0.75

2.02

0.72

1.25

2.02

33

IB (mA)
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

IB (mA)

Gambar 4.25 Grafik Percobaan 1


Kurva hubungan IB-VBE eksponensial. Ini disebabkan hubungan antara IB-IC yang
linear

I C =I B

sehingga apabila IC berubah secara ekponensial terhadap VBE,

maka IB juga berubah secara ekponensial terhadap VBE.


Apabila percobaan terus dilakukan dengan tegangan yang lebih besar, maka arus
IB akan naik jauh lebih besar lagi.
4.8.1 Karakteristik Output Transistor IC-VCE
1 Pembiasan dengan arus konstan
Mempertimbangkan titik breakdown transistor, pada VCE = 5 V tidak semua
kondisi IB dicoba. Ini disebabkan apabila daya berlebih melalui transistor,
transistor akan rusak.
Tabel 4.4 Hasil percobaan 2 dengan sumber arus konstan
V

IC

34

I
B

CE

= IB

IB

IB

IB

IB

0 0.2 0.4 0.8 1.2 1.6


0

0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

0,
1

25, 36, 46, 50,


0 56

0,
3

0 3

52, 10
0 9

0 9

44

24

30

1,6

19

26

32

0 57

20

29

36

3,7 6,2 3,9 0,2


11

0,6 5,1 9,3 3

54, 10
1

47, 99, 17

0,
5

81

21

32

1,2 7,8 1

39
5,2

60, 12
5

0 5

6,7

500
400
300
200
100
0

IB = 0
IB = 0.2
IB = 0.4
IB = 0.8
IB = 1.2
IB = 1.6

Gambar 4.26 Kurva Karakteristik IC-VCE

35

Pada percobaan yang ini, ada beberapa kali penggantian multimeter dan
satu

kali

penggantian

transistor.

Penggantian

multimeter

tidak

terlalu

mempengaruhi data, tetapi penggantian transistor mungkin mempengaruhi.


Transistor diganti dari 2n2222 ke KSP2222A. Keduanya sama-sama transistor
BJT NPN, tetapi memiliki nilai breakdown berbeda, dan sedikit perbedaan pada
titik kerja.
Dari grafik bisa dilihat ketiga daerah kerja transistor: daerah aktif, daerah
saturasi, dan daerah aktif. Saat IB mendekati 0, arus tidak akan mengalir dari IC,
seberapapun besarnya VCE. Pada bagian ini, transistor berada pada kondisi cut-off;
tidak ada arus yang lewat.
Daerah saturasi adalah daerah dimana hubungan antara I C dengan VCE
mendekati linear. Daerah saturasi dan cut-off digunakan transistor yang
dimanfaatkan sebagai switch.
Daerah aktif adalah daerah yang penguatan IC mendekati linear terhadap IB, tetapi
nyaris tidak dipengaruhi VCE. Pada bagian ini, transistor bisa digunakan sebagai
amplifier.
Ini sesuai dengan konsep transistor yang bisa digunakan sebagai switch
atau amplifier tergantung rangkaian yang dibuat.
2. Pembiasan Diskrit
Tabel 4.5 Hasil percobaan 2 dengan pembiasan diskrit
IC
VCE

IB
=

IB =

IB =

IB =

IB =

IB =

0.2

0.4

0.8

1.2

1.6

1,72

1,73

1,74

1,74

1,75

0,1

28,8

57,6

46,6

50,7

44

0,3

33

85,7

0,5

37,6

88

38,6

89,1

39,3

93,8

36

43

500
400
300
200
100
0

IB = 0
IB = 0.2
IB = 0.4
IB = 0.8
IB = 1.2
IB = 1.6

Gambar 4.27 Kurva karakteristik IC-VCE


Data tidak bisa didapatkan secara lengkap karena potensiometer pada kit memiliki
batas. Potensiometer mencapai maksimum. VCE maksimum yang bisa didapat
berubah-ubah setiap karena untuk merubah IB juga menggunakan potensiometer.
Dari data yang ada, bisa dilihat bahwa daerah kerja yang didapat hampir sama.
Perbedaannya ada pada besar arus IC yang masuk transistor. Ini disebabkan arus IC
yang masuk merupakan hasil dari pembagian arus dengan IB.
3. Early Effect
a. Pembiasan dengan sumber arus konstan
Tabel 4.6 Percobaan 3 dengan sumber arus konstan
VCE

5
10

IC
IB

= IB

0.05
14,63
161,9

37

0.1
35
164,9

Gambar 4.28 Grafik percobaan 4 dengan sumber arus konstan


Dari grafik, perpotongan antara kedua garis berada pada VCE = 7 V.
Seharusnya, perpotongan berada pada VCE yang lebih kecil dari 0. Ini karena
gradien garis keduanya seharusnya tidak terlalu jauh pada daerah aktif. Kesalahan
bisa terjadi pada saat pengukuran.

4. Pembiasan Diskrit
Tabel 4.7 Percobaan 3 dengan pembiasan diskrit
VCE

5
7,5
8,7

IC
IB

= IB

0.05
12.8
14.8

38

0.1
31.8
32.3

Gambar 4.29 Percobaan 3 dengan pembiasan diskrit


Karena masalah yang sama dengan percobaan 2B, data yang didapat tidak
menggunakan titik VCE yang sama.
Early voltage yang didapat adalah sekitar 165 V.
Seharusnya, bentuk grafik yang terjadi seperti berikut[3].

Gambar 4.30 Grafik early effect yang seharusnya

5. Pengaruh Bias pada Kerja Transistor


Karena waktu tidak cukup, percobaan 5 dilakukan dengan simulasi pada EWB.
Tabel 4.8 Tabel grafik VIN (merah) dan VOUT (kuning).
VIN dan VOUT

39

Daerah CutOff
IB = 0,2 mA
IC = 0,1 mA
VCE = 0 V
VBE = 0 V
Daerah Aktif
IB = 0,4 mA
IC = 126,7
mA
VCE = 5 V
VBE = 0 V
Daerah
Saturasi
IB = 0,2 mA
IC = 25,56
mA
VCE = 0,1 V
VBE = 0 V

Pada daerah cut-off, output frekuensinya sama dengan input dan


tegangannya sangat kecil (mendekati 0. Skala garis kuning 50uV/div dan merah
20V/div). Selain itu, pada daerah cut-off, saat tegangan input negatif, arus tidak
mengalir.
Pada daerah saturasi, seberapapun besarnya input, tegangan output yang
dihasilkan tetap sama (Skala garis kuning 50mV/div dan merah 20V/div). Pada
kondisi ini, tegangan pada output cukup terlihat.

40

Pada daerah aktif, seberapapun besarnya tegangan input, tegangan


outputnya akan tetap sama dengan VCE

BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dari kerja praktek yang penulis laksanakan, penulis
menyadari keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis berusaha untuk
menarik kesimpulan dari laporan ini, yaitu :

41

1) Universitas Semarang adalah Universitas yang mempunyai beberapa


jurusan, diantaranya ada fakultas Hukum, Teknik, dan lain lain. Dari
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro itu sendiri mempunyai beberapa
peralatan dari yang manual sampai digital, sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan praktek kerja secara lengkap dan memberikan pengetahuan
lebih kepada mahasiswa.
2) Dalam pelaksanaan kerja praktek di Universitas Semarang Selalu
mengutamakan 3 hal antara lain :
Keselamatan kerja
Kualitas alat yang dihasilkan
Kebersihan lingkungan
3) Dalam melakukan kerja praktek, Universitas Semarang selalu mengunakan
peralatan kerja yang sesuai dengan alat-alat yang dipakai di masyarakat,
sehingga dalam kerja praktek ini di luar jam kuliah, mahasiswa mampu
menerapkan ilmu praktek yang didapatkan di Universitas.
4) Perwatan perlu dilakukan dengan tujuan menghindari kerusakan,
memperpanjang

usia

peralatan

guna

memperlancar

proses

pembelajarannya.
5.2 SARAN
5.2.1 saran untuk laboratorium Elektronika Teknik Elektro Universitas
Semarang.
Dapat menjaga kualitas praktek dengan

baik sehingga tidak

mengecewakan para mahasiswa, dan dapat meningkatkan mutu


SDM.
Pengecekan peralatan dapat dilakukan sesering mungkin, sehingga
jika terjadi kerusakan peralatan yang belum fatal, peralatan masih
bisa diperbaiki.
Perlu adanya peralatan modern, sehingga dapat menunjang
kemajuan SDM secara pesat.
5.2.2 saran untun Universitas Semarang

42

Monitoring mahasiswa selama kerja praktek oleh bapak/ibu dosen


pembimbing

harus

lebih

ditingkatkan

guna

memantau

perkembangan mahasiswa.
Hubungan pihak kampus dan industry harus ditingkatkan agar
dapat menyesuaikan dan meningkatkan pembelajaran untuk
mahasiswa yang nantinya akan terjun didunia industri.

43

Anda mungkin juga menyukai